Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image YuBus KICA

Mitigasi Tanggung Jawab Pemerintah, Segera Evaluasi Jangan Bikin Susah

Agama | Friday, 10 Dec 2021, 07:00 WIB

Oleh : Wahyuni Ibu Rumah Tangga

Indonesia kembali diguncang bencana. Pada Minggu, 4 Desember 2021 pukul 15.00 gunung Semeru bererupsi dengan menumpahkan material yang ada di dalamnya. Dalam video yang beredar terlihat Abu vulkanik membumbung tinggi serta banyak orang berlarian ada pula yang mengucap tahmid.

Dikutip dari Kompas.com, 5/12/2021 BNPB mencatat ada 13 orang yang meninggal sementara BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Lumajang melaporkan 902 warga mengungsi. Wakil Bupati Lumajang, Indah Amperawati mengatakan 10 orang masih terjebak belum bisa dievakuasi karena lokasi yang sulit dan penuh lumpur.

Seluruh masyarakat segera merespon dengan cepat semenjak beredar video tersebut. Masyarakat sangat prihatin dan segera mendo'akan kebaikan untuk warga lumajang khususnya terhadap para korban. Masyarakat otomatis mulai mengorganisir bantuan untuk para korban. Karena secara naluri akan muncul rasa empati dan kemanusian setiap kali ada musibah ataupun bencana. Meskipun korban yang meninggal terhitung sedikit. Namun mitigasi dan peringatan dini pada sebelum bencana disangsikan.

Dilansir dari POROSNEWS.com, 05/12/2021 DPD KAWALI Jawa Timur, Wigyo mengatakan erupsi gunung Semeru kali ini tidak ada peringatan. Sedangkan menurut penjelasan dari Kepala Badan Geologi Kementrian ESDM Eko Klono, merasakan getaran banjir pada seismograf pukul 13.30 namun tidak ada peringatan sampai pukul 15.00.

Akan tetapi Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyatakan Bahwa Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sudah mengonfirmasi sistem peringatan dini berjalan. Namun karena material pada erupsi sangat besar jadi menyulitkan proses evakuasi. Pihaknya juga meminta kepada seluruh pihak untuk waspada dan meminta media membantu proses penyampaian berita dengan komprehensif (kompas.com,05/12/2021).

Perlu diketahui Mitigasi adalah upaya untuk mengurangi resiko bencana besar seperti mengurangi banyaknya korban jiwa. Dengan adanya Mitigasi akan menjadi alarm bagi orang untuk waspada dan bersiap untuk menghadapi bencana. Namun jika Mitigasi tidak terlaksana dengan baik maka dampaknya akan besar. Dalam situasi ini terjadi perbedaan terhadap berita yang beredar membuat publik berkonotasi negatif. Benarkah pemerintah membuat alibi atas kesalahan teknis? Benarkah mitigasi itu terlaksana dengan baik?

Memang, tidak dapat dipungkiri Indonesia berada dijalur _ring of fire_ atau Cincin Api yang mana dilewati lempengan benua Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Selain itu Indonesia juga berada diiklim yang berpotensi terhadap bencana besar. Sudah menjadi rahasia umum berbagai bencana yang terjadi di Indonesia sangat sering dari gempa bumi, longsor, angin puting beliung, tsunami dan lainnya. Bahkan sudah menjadi langganan banjir jika mulai masuk musim hujan.

Tapi mengapa kesigapan pemerintah dalam menanggapi bencana diragukan? Ini karena lebih sering lembaga swadaya masyarakat terlihat tampil paling awal. Pemberian bantuan pun kadang tersendat karena dana atau bahkan admistrasi lainnya.

Banyaknya bencana yang terjadi harusnya membuat kita intropeksi diri. Pemerintah harus bisa menghadirkan diri sebagai pengurus negara yang cekatan. Jangan sampai terus muncul berbagai pertanyaan yang menuntut dan menyudutkan. Apa benar semua ini tidak bisa di antisipasi? Atau anggap saja sudah takdir, dan apa cukup dengan pasrah bahwasanya Negara kita ini pasti akan terus terkena bencana?

Penanggulangan bencana sudah pasti kewajiban negara. Tidak cukup hanya berkutat dengan penanggulangan saat terjadi bencana. Tapi harus evaluasi apa penyebab masalah bencana yang berulang. Benarkah hanya sekedar kejadian alam ataukah karena dosa manusia?

Padahal sesungguhnya setiap kejadian atau peristiwa alam itu adalah bentuk teguran Allah terhadap manusia. Karena manusia sering berbuat kemaksiatan. Maka Allah menurunkan azabnya. Dan kejadian alam ini termasuk musibah yang pasti ada kaitannya dengan dosa manusia.

Sebagaimana firman Allah :“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura [42]: 30).

Walaupun musibah ini adalah kehendak Allah dalam arti kita ridha dan menerimanya. Namun setidaknya kita sebagai manusia berupaya memahami apa dibalik ini. Introspeksi diri tidak hanya untuk individu tapi sudah sekala Negara. Yang artinya para penguasa negeri harus mengevaluasi diri, terutama ketika menetapkan kebijakan dan peraturan yang berkenaan dengan kepentingan umum tanpa melewati batas syara'.

Pemerintah harus tegas dalam menyiapkan aturan yang tidak merusak lingkungan dan juga tidak mengundang azab Alloh. Bukan malah membiarkan kemaksiatan merajalela dengan melegalkan hal yang harusnya haram.

Pemerintah sangat perlu evaluasi sistem mitigasi agar dapat antisipasi secara maksimal. Sehingga dapat mengurangi korban jiwa dari manusia sampai hewan. Di dalam Islam sudah sangat jelas. Periayahan umat akan ditanggung khalifah. Khalifah harus cepat dan tanggap terhadap bencana dengan meriayah para korban. Namun sebelum terjadi khalifah akan mengontrol pengerjaan fasilitas umum apakah sesuai standar fungsi dan keamananya. Itu pun harus dilakukan secara berkala.

Dengan adanya musibah ini semoga kita semakin taqarrub kepada Allah. Semoga jangan ada lagi musibah yang menimpa negeri ini. Dan berharap sistem Islam segera tegak demi mewujudkan Islam yang Rahmatan lil Alamin. Agar periayahan dapat segera terlaksana dan dirasakan semua pihak. Aamiin. WalLahu a'lam Bishawwab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image