Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Amma Faiq

Memahami Sifat-Sifat Amal yang Benar dalam Islam

Agama | Saturday, 12 Nov 2022, 22:16 WIB

Bagi seorang muslim, sudah pasti ada kewajiban yang harus dilakukan sebagai konsekuensi atas keislaman dan keimanannya kepada Allah Swt. Upaya menjalankan kewajiban ini ditunjukkan dengan menaati semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan Allah.
Saat menjalankan perintah-Nya, maka Islam mengajarkan agar memiliki niat karena Allah semata. Namun, dibalik niat tersebut, ada hal lain yang harus dipenuhi agar apa yang dilakukan oleh seorang muslim dapat bernilai sebagai ibadah dan mengandung pahala.
Sesungguhnya, setelah seseorang menyatakan keimanannya kepada Allah dan dinyatakan menjadi seorang muslim, maka Allah memerintahkan untuk beramal. Terdapat banyak ayat di dalam Al-Qur'an yang mengaitkan antara iman dan amal. Seperti yang terdapat di dalam surat Yunus ayat 9. Allah Swt berfirman yang artinya, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, niscaya diberi petunjuk oleh Rabb (Tuhan) mereka karena keimanannya. Mereka di dalam surga yang penuh kenikmatan, mengalir dibawahnya sungai-sungai."
Pada ayat di atas nampak jelas bahwa surga akan diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Lalu, bagaimana sifat-sifat seseorang dikatakan telah beramal shaleh?
Sebelum seorang muslim melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan naluri-naluri yang dimiliki, maka muslim harus melakukan ihsas atau penginderaan terhadap fakta yang ada di sekitarnya. Setelah mengindera dengan jelas menggunakan semua potensi indera yang berkaitan, maka muslim harus berpikir terlebih dahulu.
Berpikir digunakan agar muslim tidak serta merta memenuhi kebutuhan hidup dan nalurinya dengan hawa nafsu semata. Namun muslim harus memikirkan apakah tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan syariat Islam ataukah tidak.
Ketika muslim berpikir, maka sejatinya ia menggabungkan beberapa komponen yaitu adanya fakta, alat indera, otak dan informasi sebelumnya. Informasi ini dibutuhkan muslim agar bisa membedakan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.
Setelah proses berpikir berjalan dan dikaitkan dengan pemahaman akan tsaqafah (pemikiran) Islam yang dimiliki, maka barulah muslim memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan. Dalam mengambil tindakan ini, maka inilah yang disebut dengan amal atau aktivitas perbuatan.
Amal atau aktivitas perbuatan akan dinilai sebagai suatu kebajikan jika amal tersebut sesuai dengan hukum syarak. Tak hanya itu, amal juga akan bernilai pahala di sisi Allah jika dilakukan dengan ikhlas, mengharapkan rida Allah semata.
Kendati demikian, maka dalam Islam, hukum syarak juga memiliki pandangan tersendiri terhadap qimah (nilai) yang terdapat dalam amal. Seperti adanya qimah madiyah (nilai materi) yang nampak dalam aktivitas jual beli karena untuk mendapatkan keuntungan.
Qimah ruhiyah (nilai spiritual) ada pada aktivitas ibadah mahda seperti salat, puasa, zakat, haji, membaca Al-Qur'an, dan lain sebagainya. Qimah khuluqiyah (nilai akhlak) biasa nampak pada akhlak mulia seorang muslim seperti jujur, amanah, sabar, dermawan, dan lain sebagainya.
Qimah insaniyah (nilai kemanusiaan) nampak pada aktivitas tolong menolong sesama manusia dalam hal kebaikan tanpa membedakan agama atau suku dan bangsa. Misalnya menolong orang yang kecelakaan, menolong korban bencana, membantu membawakan barang orang tua, dan lain sebagainya. Maka semua qimah (nilai) tersebut merupakan nilai amal yang dapat direalisasikan di dalam setiap aktivitas di samping harus selalu menyertakan rida Allah di dalam setiap langkah.
Walhasil, sifat-sifat amal yang benar akan didapatkan ketika amal itu dilakukan dengan niat yang benar (mengharapkan rida Allah), melalui proses berpikir yang benar (sesuai dengan syariat Islam), memiliki qimah tertentu yang ingin dicapai, dan ikhlas. Sehingga, amal atau aktivitas perbuatan muslim yang dilakukan tidak berjalan dengan hawa nafsu belaka. Namun berjalan sesuai dengan apa yang telah Allah perintahkan untuk mendapatkan derajat ketakwaan di sisi Allah Swt. Wallahu a'lam bishawab.

Ditulis oleh Firda Umayah

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image