Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sam Edy Yuswanto

Pemimpin Harus Menjadi Pengayom Masyarakat

Eduaksi | Thursday, 10 Nov 2022, 09:36 WIB
Sumber foto: dokumen pribadi

Idealnya, pemimpin adalah sosok yang bisa dijadikan panutan. Pemimpin harusnya bisa mengayomi masyarakat luas. Baik masyarakat kelas bawah, menengah, maupun kelas atas. Pemimpin yang baik dan bijak tentu tak akan membeda-bedakan saat melayani mereka.

Bicara tentang sosok pemimpin yang ideal kita bisa berkaca pada sosok Rachmat Gobel, seorang pejabat dan anggota DPR yang begitu merakyat dan tak merasa jaim untuk membaur dengan masyarakat. Bahkan kepada anak-anak dia bersikap hangat dan mau mengobrol dengan mereka.

Sebagaimana diungkap dalam buku karya Nasihin Masha (terbitan Republika, 2022), Rachmat Gobel memulai kariernya sebagai pengusaha yang andal. Keandalan, gagasan, dan semangatnya kemudian menuntun beliau untuk menjadi pejabat negara. Baginya, menjadi anggota DPR berarti membuka ladang pengabdian bagi kampung halaman. Ia memiliki visi besar untuk kampung halamannya dan berharap daerah tersebut dapat menjadi salah satu daerah termakmur di Indonesia.

Rachmat Gobel, putra Gorontalo ini benar-benar mewarisi karakter dan gagasan Thayeb Mohammad Gobel, ayahnya. Gobel senior adalah seorang pioner industri elektronika nasional. Ia seorang pekerja keras, memiliki pergaulan yang luwes, namun juga memiliki sikap yang jelas dan tegas (halaman xxv).

Perlu diketahui bersama, Thayeb Mohammad Gobel, sang ayah, memiliki jasa besar bagi negeri ini. Dalam buku ini diungkap, pada 1954, Gobel telah memproduksi radio transistor pertama di Indonesia. Radio itu diberi merek Tjawang, sesuai dengan lokasi pabriknya. Saat ditanya Sukarno mengapa membuat radio transistor, Gobel menjawab, “Supaya rakyat bisa mendengarkan pidato Bapak Presiden. Radio ini sengaja dengan batu baterai agar rakyat di desa-desa dan gunung-gunung bisa mendengarkan walaupun tidak ada saluran listrik.”

Rachmat Gobel teringat cerita ayahnya. Setelah sukses membuat radio transistor bermerek Tjawang pada 1954 dan membuat 10 ribu televisi pada 1962 untuk mendukung Asian Games di Jakarta, para tetua di Gorontalo, khususnya ayahnya sendiri, mengingatkan Thayeb agar memperhatikan problem riil masyarakat Gorontalo. Mereka umumnya menjadi petani. Maka Thayeb diminta untuk membuat traktor untuk membajak sawah. Amanat itu langsung diwujudkan pada tahun1963. Melalui perusahaan Paditraktor, Thayeb bisa memproduksi traktor dengan cepat (halaman 34).

Rachmat Gobel sepertinya mewarisi karakter sang ayah yang begitu peduli dengan nasib rakyat di daerah tempat kelahirannya. Dalam buku ini dikisahkan, setelah terpilih menjadi anggota DPR RI, Rachmat Gobel makin intensif dengan politik pembangunannya. Melalui dana aspirasi selaku anggota DPR RI dan selaku wakil ketua DPR RI maupun dengan dana pribadi, ia menyalurkan pupuk, traktor, bibit, rompi apung, pengering gabah, dan lain-lain.

Rachmat Gobel juga membentuk koperasi untuk petani serta membantu UMKM. Untuk peningkatan kualitas SDM, ia mendirikan sekolah, membangun asrama pesantren, dan asrama paramedis, serta pemberantasan stunting. Ia mengombinasikan dana pribadi dan dan APBN untuk semua itu (halaman 36).

Sangat menarik membaca perjalanan hidup Rachmat Gobel dan juga sang ayah dalam buku ini. Ada pelajaran berharga yang bisa kita petik dari kisah mereka, salah satunya adalah tentang pentingnya membangun kemakmuran untuk masyarakat luas.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image