Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Naely Lutfiyati Margia

Halloween di Arab Saudi: Trendi atau Tragedi?

Agama | Wednesday, 02 Nov 2022, 12:11 WIB
freepik.com

Arab Saudi menggelar festival Halloween pada 27-28 Oktober di Riyadh's Boulevard. Hal ini menuai kritik di media sosial, khususnya netizen muslim. Melansir Arab News, alasan Arab Saudi menggelar pesta Halloween karena ingin memajukan industri desain kreatif di sana. Penduduk diharapkan dapat memanfaatkan acara tersebut dengan baik.

Salah satu peserta di sana mengatakan perayaan tersebut pertama kali digelar di Arab Saudi. "Ini perayaan besar, jujur, dan ada semangat kegembiraan. Soal haram atau halal, saya tidak tahu tentang itu. Kami merayakannya hanya untuk bersenang-senang dan tidak ada yang lain," ujarnya. Perayaan ini dinilai sebagai catatan baru dalam reformasi sosial di bawah penguasa de facto, Putra Mahkota Muhammad bin Salman. Beberapa menilai bahwa Arab Saudi telah menerapkan standar ganda dengan tidak menggelar perayaan Maulid Nabi. (Republika, 31/10/22)

Banyak yang menyayangkan dengan adanya perayaan ini, sebab Arab Saudi dikenal sebagai negeri muslim malah melakukan pesta Halloween seperti kaum Barat. Terlebih masyarakat yang merayakan tidak paham bahwa festival Halloween ini syarat dengan nilai-nilai yang berasal dari luar Islam. Peserta yang hadir mengatakan hanya ingin bersenang-senang saja tanpa tau makna Halloween sebenarnya.

Masyarakat muslim kini banyak yang terjebak dalam kungkungan gaya hidup barat. Mulai dari fashion, cara bergaul sampai ke pesta perayaan agama tertentu, sehingga sangat mudah untuk ikut-ikutan. Tidak paham hakikat sesungguhnya perayaan tersebut, hanya sekedar ikut kesenangan atau tren belaka. Belum lagi gaya hidup bebas yang sangat dijunjung tinggi, membuat masyarakat bebas berbuat apapun asal tidak mengganggu orang lain.

Padahal ikut dalam perayaan Halloween termasuk pada perilaku tasyabbuh. Tasyabbuh adalah perilaku meniru kaum kafir, baik dari tingkah laku, penampilan, hingga sifat-sifatnya dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku tasyabbuh jelas dilarang dalam Islam, bahkan sudah mengarah kepada kesyirikan.

Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)

Jadi haram hukumnya bagi seorang muslim untuk ikut-ikutan dalam sebuah perayaan atau kebiasaan kaum kafir, baik ikut secara langsung ataupun hanya sekedar menggunakan aksesoris demi memeriahkan.

Sekulerisme yang menyebabkan kehidupan saat ini jauh dari pemahaman Islam, sehingga tidak mampu membedakan mana yang boleh dan tidak boleh diambil oleh seorang muslim. Sekulerisme juga menafikan peran agama dalam kehidupan, sehingga aturan hidup ada pada hak masing-masing individu. Tidak ada peran negara dan pemimpin muslim yang tegas dalam menyikapi hal ini.

Oleh sebab itu butuh peran negara dalam mengembalikan umat Islam pada pemahaman Islam. Negara akan menjaga aqidah umatnya dengan menerapkan aturan dimana umat muslim tidak boleh ikut merayakan perayaan agama tertentu. Sehingga umat Islam akan mampu membedakan mana yang boleh atau tidak diambil oleh seorang muslim.

Wallahu a’lam bish shawwab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image