Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Fuad

Bekerja Sebagai Aktifitas Utama Penunjang Kehidupan

Ekonomi Syariah | Tuesday, 25 Oct 2022, 13:12 WIB
Sumber : kompasiana.com

Bekerja sebagai Aktifitas Utama dalam Mencari Nafkah

Sebagai mahasiswa, memiliki pekerjaan pada perusahaan yang bonafit merupakan impian. Seringnya, termasuk saya, mahasiswa menyiapkan kemampuan dasar yang dibutuhkan untuk bisa sesuai dengan kebutuhan dari perusahaan yang dituju. Kemampuan ini mungkin didapatkan dari berorganisasi, sering membaca jurnal dan mengikuti pelatihan. Institusi dan Jurusan yang ditempuh tentu akan membantu membentu pola pikir yang mengarah kepada kemampuan menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat.

Maria Tri Handayani, (Ekrut.com), berpendapat bahwa kompetensi analitis (kemampuan analisis data, kemampuan menyelesaikan masalah dengan angka, dan lain-lain) dibutuhkan oleh calon pegawai. Dengan ini, bekerja menjadi kegiatan ayng perlu direncanakan dan difokuskan agar dapat memberikan kebermanfaatn baik untuk diri sendiri maupun untuk lingkungan sekitar.

Sejalan dengan teori kebutuhan-kebutuhan yang disampaikan oleh Al-Syaibani bahwa kebutuhan dasar manusia adalah makan, minum, pakaian dan tempat tinggal (Salidin Wally, 2018). Teori ini bahkan sudah muncul dari zaman dahulu dimana teknologi dan pola pikir manusia tidak sebebas dan semasif saat ini. Al-Syaibani lahir pada tahun 132 H (750 M) dan meniggal pada tahun 189 H (804 M).

Pada masa hidupnya, beliau banyak berkontribusi pada pemikiran ekonomi Islam yang menurut saya masih dapat digunakan pada zaman ini. Salah satu yang ingin saya angkat adalah tentang Al-Kasb. Beliau mendefinisikan Al-Kasb sebagai sesuatu aktifitas mencari harta dengan cara yang halal atau dalam Bahasa kekiniannya adalah bekerja. Bekerja disini merupakan aktifitas yang sangat mulia bagi umat manusia di dunia. Hemat saya, Sebagian besar masyarakat Indonesia mendapatkan harta mereka dengan bekerja.

Fakta dibalik Bekerja

Bagi saya, bekerja merupakan aktifitas baru yang sangat menarik karena merupakan kegiatan baru dan menghasilkan. Momen yang selalu ditunggu adalah tanggal gajian. Waktu dimana kita sudah merasa Lelah bekerja dan akhirnya mendapatkan rewards. Setelah mendapatkan rewards, saya lebih sering menggunakan uang untuk membantu keuangan keluarga. Seperti yang sudah diketahui bahwa generasi saat ini termasuk didalamnya generasi sandwich. Kondisi ini ternyata memengaruhi tingkat stress beberapa orang yang termasuk didalamnya.

Menurut salah satu konsultan ternama, Deloitte, bertajuk Millennials and Generation Z-making mental health at work priority. Salah satu penyebab stress mereka adalah rencana keuangan jangka panjang. Prosentasi gen Z sebesar 48% dan generasi milenial sebanyak 46%. Bagi generasi sandwich, mereka akan memfokuskan sebagian besar pendapatannya untuk menyelesaikan permasalahan internal keluarganya. Kondisi ini memungkinkan mereka memperlambat rencana keuangan jangka panjang mereka.

Ada yang ingin punya rumah sendiri, ada yang ingin memiliki emas, ada yang ingin berinvestasi tanah. Opsi yang dapat dijalankan menurut saya adalah mencari tambahan pemasukan dengan memaksimalkan waktu yang tersedia. Konsekuensinya adalah keletihan yang lebih. Namun hal ini adalah Tindakan yang mulia mengingat tenaga kita dihabiskan untuk membantu saudara atau keluarga.

Rasanya, jika perjuangan ini ditujukan untuk orang tua, maka belumlah sebanding dengan perjuangan mereka saat melahirkan dan merawat kita sejak bayi. Opsi lain yang perlu dihindari adalah mencari hutang untuk menutupi hutang yang ada. Pasalnya hutang jika tidak dikelola dengan efektif maka akan menjadi beban di kemudian hari. Hutang haruslah disesuaikan dengan pendapatan.

Hidup Berkecukupan

Al Syaibani mengatakan bahwa hidup berkecukupan kemudian mencurahkan perhatian pada urusan akhirat lebih baik dibandingkan dengan hidup kaya. Beliau berpendapat bahwa kekayaan cenderung membawa manusia pada kemewahan. Kemewahan ini yang nantinya akan memunculkan sifat-sifat buruk lainnya seperti sombong. Di dalam pekerjaan, sifat sombong haruslah dijauhi karena manusia tidak akan pernah bisa bekerja sendiri tanpa kawan kerja.

Hidup berkecukupan inilah yang nantinya akan membawa sifat-sifat baik seperti humble, selalu merasa puas dengan apa yang didapat dan tidak berekspektasi tinggi kepada teman kerja atau atasan. Agar merasa cukup, kita perlu menjaga pendapatan dalam bekerja adalah sesuatu yang baik (halal) bukan sesuatu yang buruk.

Salah satunya adalah dengan menjauhi pinjaman yang sifatnya Riba. Mengapa ? transaksi yang bersifat Riba bersifat menguntungkan si pemilik modal saja. Konsep ini disadur dari konsep kapitalisme. Berbeda dengan konsep ekonomi syariah dimana kontrak kerja sama yang berlaku adalah kontrak yang bertujuan mencapai kepuasan masing-masing pihak dan tidak memojokkan salah satu pihak.

Bertanggung Jawab atas Amanah Pekerjaan

Saya sangat sepakat dengan konsep Al-Syaibani tentang Al-Kasb atau bekerja. Proses dalam bekerja ini sungguh mulia jika ditelateni dengan niat yang baik. Kita dalam mempermudah proses orang lain dengan pekerjaan yang kita selesaikan. Tentunya hal ini memberikan manfaat di masa depan walaupun tidak berupa uang.

Fokus dalam bekerja ini tentu menjadi penting. Berusaha untuk focus dipekerjaan dapat dikelola oleh masing-masing dari kita dengan baik. Mulai dari pengelolaan bangun pagi, memilih transportasi yang tepat ke kantor dan rencana pekerjaan yang akan dikerjakan hari itu. Tegur sapa ke mitra kerja menjadi hal yang menyenangkan bila niat bekerja kita difokuskan untuk beribadah.

Setiap tugas yang diberikan baik oleh perusahaan melalui atasan adalah sebuah Amanah. Amanah tersebut dapat dipandang dalam dua perspektif, positif dan negatif. Setiap Insan berhak memilih untuk memberikan responnya. Pun dengan memilih untuk menunda atau segera menyelesaikan setiap tugas yang diberikan. Dalam pandangan positif, Amanah yang dikerjakan dengan penuh tanggung jawab akan memberikan feedback yang baik.

Atasan, dalam hal ini mewakili perusahaan, dapat memberikan nilai dengan sempurna bagi anggotanya yang bekerja dengan sepenuh hati dan bertanggungjawab. Seperti sebuah quote "Makin keras kamu bekerja untuk sesuatu, makin besar perasaanmu ketika kamu mencapainya", tergambarkan bahwa bekerja keras dapat membuat kita termotivasi untuk mencapai tujuan akhir. Pada akhirnya, niat bekerja haruslah berdasarkan pada niat yang baik seperti menafkahi keluarga, berkontribusi kepada Perekonomian Negara dan tentunya harus berlandaskan pada keikhlasan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas dasar syukur.

Bekerja sebagai Bentuk Kontribusi terhadap Ekonomi Negara

Saat ini, dunia sedang melakukan focus untuk program Sustainibility Development Goals dimana salah satunya terdapat focus untuk memberikan pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi. Menurut saya, peluang untuk mendapatkan pekerjaan perlu diseimbangi dengan kapabilitas pekerja pada hal fundamental. Pekerja perlu menjauhi kemauan pada mendapatkan gaji setinggi-tingginya dengan pekerjaan yang serendah-rendahnya. Begitupun dengan pemilik usaha, mereka haru menjauhi fokusnya pada penigkatan pendapatan dengan mengeluari pengeluaran.

Dalam konsep Syariah, antara pemilik usaha dan pekerja perlu ber-syarikah atau bekerjasama untuk mendapatkan tujuan pekerjaannya masing-masing. Pemiliki usaha perlu memberikan benefit yang wajar dan adil kepada pekerja. Sebaliknya, pekerja harus memberikan kontribusi terbaiknya dan berlaku dengan jujur kepada perusahannya. Dalam kondisi ini, sebuah perusahaan dapat mendapatkan hasil maksimal baik pada keuntungan dan kesejahteraan pegawai.

Atas keuntungan perusahaannya, pemilik usaha akan memberikan pajak atas aktivitas negara dan pekerja akan meningkatkan taraf hidupnya dengan mendapatkan bonus atas kinerja baiknya dari perusahaan. Dalam kondisi ini, perkeonomian Negara akan terbantukan. Negara memiliki pemasukan dari pajak yang dapat digunakan sebagai pendapatan negara yang akan digunakan untuk perbelanjaan negara demi kemajuan Negara. Sedangkan, pekerja akan terpenuhi kebutuhan utamanya dan mulai untuk melakukan investasi yang kemudian dapat memutar roda perekonomian negara kearah positif.

Kondisi ekonomi negara yang baiklah yang diharapkan oleh masyarakatnya. Masyarakat mendapatkan fasilitas yang baik dari negara atas pembayaran pajaknya merupakan tujuan yang perlu disepakati. Artinya masyarakat yang bekerja tentu mengharapkan kemudahan dalam hal transportasi, akses Kesehatan dan kesejahteraan mental dan psikisnya. Maka dari itu, sebagai pekerja, marilah satukan fokus dalam hal pemenuhan kebutuhan dan kontribusi maksimal kepada Negara.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image