Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hamdani

Indonesia Terkepung Bencana, Mungkinkah Alam Mulai Bosan?

Agama | Monday, 06 Dec 2021, 11:20 WIB
Gunung Semeru di Jawa Timur menampakkan awan panas dan erupsi. (Foto Republika).

Selama dua dekade terakhir Indonesia semakin sering dihantam bencana. Pelbagai musibah pun kerap melanda negeri ini dengan beragam bentuk. Mulai dari bencana alam hingga bencana kemanusiaan, baik skala kecil maupun besar. Mungkinkah alam mulai bosan?

Bencana paling dahsyat pernah terjadi di Aceh pada 2004. Gempa bumi yang diikuti gelombang tsunami dengan ketinggian mencapai puluhan meter menerjang daerah Serambi Mekah. Peristiwa besar ini pun menelan korban ratusan ribu jiwa manusia dan melumpuhkan segalanya.

Gempa yang sama juga menyusul Padang Pariaman, Mentawai, Bantul Yogyakarta, Banten, dan Lombok Nusa Tenggara Barat meskipun dalam rentang waktu yang berbeda namun secara berentetan.

Seiring bencana dari laut, di darat juga datang bertubi-tubi. Banjir bandang yang menyapu pemukiman penduduk yang disertai dengan longsor menelan korban jiwa yang tidak sedikit.

Daerah-daerah yang menjadi sasaran kemarahan alam ini pun tidak tebang pilih. Tidak saja di Aceh, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera hingga ke seluruh pulau Jawa. Apalagi di Jakarta yang memang sudah menjadi langganan banjir puluhan tahun.

Teranyar kemelut Semeru. Gunung api terbesar dan tertinggi di Jawa Timur kemarin memuntahkan isi perutnya, dan mengalirkan lahar dingin ke seantero Lumajang. Erupsi Gunung Semeru berdampak di delapan kecamatan yang menyebabkan sekitar 1.300 orang mengungsi.

Sejumlah warga yang mendiami kawasan yang terdampak parah akibat banjir lahar, dilaporkan terisolasi akibat jembatan penghubung yang roboh. Para saksi mata menyebutkan, Jembatan Perak di Kecamatan Candi Puro "putus" akibat terjangan banjir lahar.

Laporan resmi BNPB menyebutkan, Gunung Semeru mengalami peningkatan aktivitas vulkanik yang ditandai terjadinya guguran awan panas, sekitar pukul 15.20 WIB. semua terasa datang tiba-tiba. Warga sekitar tidak sempat menyelamatkan diri menghindar dari amukan Semeru.

Gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu mengeluarkan awan panas guguran (APG). Ketebalan awan itupun menyelimuti seluruh perkampungan sekitar yang membuat masyarakat panik dan anak-anak ketakutan.

Bencana yang datang secara beruntun dan silih berganti satu sama lain semakin menambah daftar panjang musibah yang melanda Indonesia. Musibah memang akan datang pada saat yang tepat sesuai perintah Allah SWT.

Meskipun semua berawal dari ulah tangan dan kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia. Namun sesungguhnya dibalik kejadian tersebut terdapat kebaikan yang akan Allah sertakan didalamnya.

“Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS, At-Taghabun, 11).

Begitulah pula sekiranya kita sedang ditimpa musibah. Entah sakit, bencana kebakaran, banjir, ataupun kecelakaan di jalan raya, semuanya adalah takdir Allah yang sudah tertulis di lauhul mahfudz.

Menjalani musibah yang memang tidak diinginkan oleh siapapun itu, manusia diperintahkan untuk selalu mengucapkan innalilahi wainnailaihi raji'un, dan Allah menyebut mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 156).

Dalam ayat berikutnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 157).

Nah, ketika seseorang ditimpa musibah yang datang kepadanya dan ia menerima dengan ikhlas, dan seraya memohon bantuan kepada Allah agar sabar menghadapinya, maka pintu-pintu rahmat serta kebaikan akan menjadi milik orang tersebut.

Rasulullah SAW bersabda,“Sungguh ajaib keadaan orang beriman, sesungguhnya semua urusan mereka berada dalam keadaan baik. Dan tiada yang memperoleh keadaan ini melainkan orang yang beriman saja. Sekiranya dia dianugerahkan sesuatu, dia bersyukur. Maka jadilah anugerah itu baik untuknya. Sekiranya dia ditimpa musibah, dia bersabar. Maka jadilah musibah itu baik untuknya.” (HR. Muslim).

Sesungguhnya Ikhlas, sabar dan bersyukur adalah 3 kunci kehidupan dalam menghadapi musibah. Tidak mudah memang, tapi tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau berusaha dan mencoba untuk menjalaninya dengan ridha dan sabar.

Musibah memang bisa datang kapan dan dimana saja tanpa perlu permisi. Musibah juga hadir tanpa memberi alasan mengapa ia datang.

Begitulah, musibah akan Allah datangkan untuk memberikan nasehat dan peringatan bagi manusia agar kembali ke jalan Nya. Musibah diberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan itulah kadarullah.

Semoga ujian yang Allah berikan kepada setiap hamba Nya melalui musibah gunung Semeru, akan di balas dengan berjuta kebaikan melebihi penderitaan atas musibah itu sendiri.

Tetaplah berprasangka baik kepada Allah. Ujian yang diberikan pertanda bahwa Dia ingin menguji hamba Nya itu agar menjadi manusia yang lebih baik, lebih kuat, dan pandai bersyukur. Aminn. (*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image