Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yupiter Sulifan

Memperingati Maulid Nabi di Pondok Kyai Mas Ubaidah Waru

Agama | 2022-10-09 19:28:01

"Barangsiapa yang mencintaiku dia akan bersamaku di surga." Begitu bunyi hadits Nabi yang menjadi motivasi kami umatnya untuk memperingati hari kelahiran beliau, Muhammad SAW. Sayyidul Anbiya'. Banyak sekali bentuk tradisi Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Salah satu yang unik ialah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dilaksanakan di pondok Kyai Mas Ubaidah Tambaksumur Waru Sidoarjo. Dalam sejarahnya, pondok ini didirikan oleh Mbah Zainal Abidin (sesepuh Desa Tambaksumur), yang kemudian diteruskan oleh dzurriyah beliau yakni Kyai Mas Ubaidah. Sepeninggal Kyai Mas Ubaidah, semua kegiatan di pondok ini tetap dilestarikan. Salah satunya adalah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Buah, makanan, minuman sudah tertata rapi malam hari di pelataran pondok sebelum perayaann Maulid Nabi dipagi harinya.(foto dokumentasi Ariful)

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. di pondok Kyai Mas Ubaidah selalu dilaksanakan pada tanggal 12 Rabi'ul Awal diwaktu setelah sholat shubuh. Jadwal ini selalu tetap, tidak pernah berubah. Secara teknis, kegiatan pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. di pondok Yai Mas Ubaidah diawali dengan duduk berhadap-hadapan sesama gender menghadap jamuan yang telah disusun secara memanjang. Jamuan tersebut terdiri atas buah-buahan dan makanan/minuman yang telah ditata rapi malam hari sebelum hari pelaksanaan.

Kemudian jamaah menunggu waktu yang ditentukan sendiri oleh Kyai Mas Ubaidah. Biasanya kurang lebih pukul 06.00 WIB. Kyai Mas Ubaidah kemudian beranjak dari tempat duduknya mendekati kentongan yang siap untuk dipukul.

Jamaah menunggu aba-aba dari Kyai Mas Ubaidah untuk diperbolehkan mengambil makanan minuman atau buah didepannya.

Diawali dengan membaca sholawat "allahumma sholli 'alaa sayyidina Muhammad", lalu diikuti dengan pukulan kentongan satu kali. Hal ini berarti isyarat bagi jamaah untuk segera mengambil jamuan yang ada didepannya. Jamaah hanya diperbolehkan mengambil satu buah jamuan disetiap satu pukulan kentongan, demikian seterusnya hingga jamuan yang berada didepan jamaah habis. Peraturan ini selalu ditegakkan sehingga menjadi adat yang dipatuhi pada setiap peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Setelah kegiatan mengambil jamuan buah, para jamaah berbaris antre untuk sungkem kepada Kyai Mas Ubaidah. Diawali dari jamaah putri kemudian dilanjut jamaah putra. Ketika bersalaman, Kyai Mas Ubaidah memberi uang kepada jamaah sebanyak satu mata uang mulai dari 100 perak hingga 100 ribu, sesuai dengan persediaan uang yang berada dikaleng beliau.

Para jamaah berbaris rapi menunggu giliran sungkem ke Kyai Mas Ubaidah.

Pesan moral dari kegiatan ini ialah bahwa setiap rizqi yang diperoleh wajib untuk disyukuri.

Konon kepercayaan para jamaah uang pemberian Kyai Mas Ubaidah ini hanya untuk disimpan, tidak boleh dipakai untuk transaksi jual beli, karena ada nilai berkah tersendiri.

Setelah bersalaman atau sungkem kepada Kyai Mas Ubaidah, para jamaah kemudian melakukan perjalanan menelusuri kawasan pondok, mulai dari kebun belakang, bangunan tua, terowongan, tempat singgah bagi tamu, hingga kolam ikan menjadi satu kesatuan rute yang runtut melingkari wilayah pondok. Kegiatan ini sering disebut jamaah sebagai kegiatan "thawaf", meskipun berbeda dengan kegiatan thawaf pada umumnya yang mengitari Ka'bah sebanyak 7 kali. Sembari berjalan, para jamaah juga membawa serta buah yang mereka peroleh.

Meskipun berat, buah seperti semangka, kelapa muda tetap dianjurkan untuk dibawa karena dipercaya ada unsur keberkahan didalamnya. Setelah selesai melakukan thawaf keliling pondok, para jamaah dianjurkan untuk minum air yang dipompa dari sumur di pondok Yai Mas Ubaidah. Setelahnya para jamaah diperbolehkan untuk pulang.

Buah tangan yang dibawa pulang kerumah berupa buah maupun makanan/minuman yang diyakini memiliki keberkahan, sehingga tidak boleh dibuang meskipun mulai membusuk. Kepercayaan yang berkembang dikalangan masyarakat dan/atau jamaah yakni semakin berat tantangan ketika memakan buah dari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, maka semakin besar keberkahan yang didapat. Sebagai contoh, ketika mendapat buah yang terdapat bagian yang mulai busuk, maka nilai keberkahan didalamnya semakin besar, jadi banyak dari jamaah yang tetap memakan bagian yang mulai busuk tersebut dengan niat ngalap barokah. Rangkaian ritual tersebut terus menerus dilakukan hingga saat ini, meskipun Kyai Mas Ubaidah telah wafat. Sebagai penerusnya, terdapat para santri yang telah ditunjuk oleh Kyai Mas Ubaidah sesuai dengan bagian dan/atau tugasnya masing-masing. Santri yang ditunjuk menggantikan peran dari Kyai Mas Ubaidah dalam tradisi ini ialah KH. Muhammad Nur. Beliau merupakan santri sepuh yang mendapat tugas khusus dari Kyai Mas Ubaidah. Di tahun ini, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. dilaksanakan pada hari Sabtu, 8 Oktober 2022. Dalam pelaksanaannya, KH. Muhammad Nur memulai kegiatan dengan mengirim hadiah surat Al-Fatihah kepada para sesepuh Desa Tambaksumur, khususnya Kyai Mas Ubaidah kemudian membaca sholawat nabi yang dilantunkan dengan irama. Setelahnya beliau melaksanakan tugas seperti yang dikerjakan Kyai Mas Ubaidah, diantaranya memukul kentongan, dan membagi uang kepada para jamaah.

Jamaah yang ikut dalam kegiatan tersebut tidak kurang dari 500 orang yang berasal dari berbagai daerah utamanya dari Desa Tambaksumur.

Keluhuran serta kesakralan nilai dan makna yang terkandung dalam suatu budaya menjadikan suatu keharusan bagi generasi muda untuk meneruskannya. Selain sebagai identitas, budaya dapat menjadi nilai tambah yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Dengan mengikuti kegiatan tersebut, kita akan memahami proses sekaligus nilai budaya yang ada didaerah kita.

Sederhananya, jika kita sebagai generasi muda tidak mau tahu mengenai budaya didaerah sekitar kita, lantas siapa yang akan meneruskan budaya kita. Semoga tulisan ini mampu membuka cakrawala pemahaman budaya lokal dalam diri kita dan mampu menggugah semangat untuk melestarikan serta mengambil nilai-nilai pelajaran dari tradisi budaya yang ada didaerah sekitar kita. (Nukilan dari artikel karya Ariful Bahri, Alumni Pendidikan IPS Unesa dan juga santri Kyai Mas Ubaidah)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image