Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fergi Nadira Bachruddin

Jembatan Perbedaan dan Wujud Harmoni Tertuang dalam Pameran Lukisan Pertama di Galnas Thailand

Info Terkini | 2022-10-06 17:43:06

BANGKOK - Seni lukis Indonesia bukan hal yang asing bagi masyarakat Thailand khususnya para pecinta seni. Melalui pameran lukisan bertajuk “Bridge of Colors”, Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Thailand merangkap UNESCAP, Rachmat Budiman berkeinginan untuk memberikan sarana dialog alternatif bagi dua bangsa melalui promosi seni lukis Indonesia kepada masyarakat Thailand.

Bridge of colors bermakna menjembatani perbedaan guna mewujudkan keharmonisan. Sejumlah 11 seniman terkemuka asal Yogyakarta, Bandung, Malang, dan Depok menampilkan 52 lukisan dalam berbagai aliran seni lukis dengan beragam tema, mulai dari masalah sosial, alam semesta, manusia, lingkungan, peristiwa politik, filosofi hingga realita sosial.

Hasil ekspresi para seniman Indonesia menjadi media untuk berkomunikasi dan berdiskusi dengan berbagai kalangan di Thailand termasuk akademisi dan masyarakat umum, yang diharapkan dapat meningkatkan rasa saling memahami dan pengertian. Selain itu, aktivitas berkesenian ini pada akhirnya menjadi soft diplomacy yang efektif dan berkontribusi dalam mempererat hubungan dan kerjasama kedua negara.

Dubes Rachmat Budiman sengaja memilih penyajian aliran lukisan yang berbeda agar pameran ini semakin menarik dan dapat memberikan alternatif pilihan yang lebih bervariasi kepada penikmat seni lukis di Thailand.

"Ekspresi seni yang dihasilkan dari rasa bebas dan merdeka adalah faktor yang paling penting dalam setiap kredo berkesenian. Aliran seni bukan faktor yang utama, melainkan kebebasan seniman dalam berkreasi mengungkapkan ide dan daya," kata Dubes Rachmat dalam siaran persenya, Kamis (6/10/2022).

Selama satu bulan ke depan, pengunjung Galeri Nasional Thailand dapat menikmati keindahan karya contemporary art yang diusung Bambang Heru Sunarko, Erica Hestu Wahyuni, Galuh Taji Malela, Gatot Pujiarto dan Jumadi Alfi melalui sejumlah karya seperti Pejuang (fighter)-Welas Asih (Compassion), Prosperity of the Universe, The Mountain Man, Dreaming, Perjalanan (Journey), dan Dear Painter, Paint for Me.

Sementara Hari Budiono dan Rendra Santana melukiskan goresan kuas tentang objek atau kehidupan secara akurat ke dalam karya-karya lukis yang salah satunya berjudul Dasamuka (Ten Faces) dan Horizontal Triptych.

Aliran ekspresionisme dalam pameran ini diwakili oleh Putu Suta Wijaya melalui karyanya Anoman Duta, sebuah pemilihan tokoh atas respon emosional terhadap tema bridge of colors. Tokoh Hanoman memang dikenal luas oleh masyarakat Indonesia dan Thailand melalui cerita Ramayana dan menjadi simbol budaya yang dinilainya dapat menjembatani dialog budaya kedua bangsa.

Sementara pelukis Nasirun mengedepankan karya lukis dekoratif dengan nuansa falsafah yang kuat dan beragam pada karya berjudul Imaji Bidadari dan Borobudur.

Pengunjung juga diajak untuk menikmati karya yang responsif dan spontanitas atas perubahan atau wacana yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari oleh seniman Tisna Sanjaya. Doktor dari Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mempersembahkan karyanya berjudul Potret Diri, Ibu kota Mau Pindahan, dan Cetak Tubuh.

Adapun aliran allegorical art dengan komposisi latar belakang budaya dan sejarah dapat ditemui pada lukisan Rewind karya Zico Al Baiquni.

Pameran lukisan Indonesia ini terselenggara berkat kerja sama Kedutaan Besar Republik Indonesia di Bangkok dengan Kementerian Kebudayaan Thailand dan dilaksanakan di Galeri Nasional Thailand mulai tanggal 5-30 Oktober 2022.

Penyelenggaraan pameran ini dilakukan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia dan sebagai bagian terakhir dari rangkaian kegiatan “Trade, Tourism, Investment and Cultural Forum” (TTICF) 2022.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image