Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Didi Rosadi

Analisa Inkuiri Apresiatif dalam Melihat Film G30S/PKI

Guru Menulis | Friday, 30 Sep 2022, 04:40 WIB
Foto : Dokumen Sekolah Kegiatan Nobar

Menulis sebuah peristiwa dimasa lalu tentu saja penulis menghindari memberikan punishment terhadap fakta yang terjadi, apalagi menghubungkan berbagai berbagai kepentingan yang mengelilinginya.

Peristiwa yang terjadi di masa lalu, kemudian di tulis dalam catatan sejarah dan didokumentasikan dalam bentuk film tentu saja akan mengundang banyak pendapat dengan sudut pandang yang berbeda. Ada yang berkomentar tentang kebiasaan tokoh yang tidak suka meroko sementara di film dia meroko, ada juga komentar tentang tidak adanya lagu dalam peristiwa yang terjadi. Tentang kebiasaan meroko dan lagu-lagu, penulis pikir hanya aksesoris yang dipakai untuk membumbui agar peristiwa terlihat menarik dan ramai. Adapun beberapa tokoh yang menghubungkan peristiwa dengan pemimpin orde sesudahnya atau kekuatan politik luar negeri, itupun hal yang sangat wajar, karena sebuah peristiwa akan memiliki banyak sudut pandang tergantung dari mana penulis membungkusnya. Fakta yang terjadi adalah terbunuhnya putra-putra terbaik bangsa oleh sekelompok orang dengan idiologi tertentu.

Di akhir bulan ini kita diingatkan kembali pada satu peristiwa penting dalam catatan sejarah bangsa Indonesia yaitu Gerakan 30 September 1965 atau sering kita sebut G30S/PKI. Peristiwa ini akan ramai dibicarakan menjelang tahun-tahun politik, karena masih bisa dijadikan jualan untuk meraup suara masa.

Sebagai seorang pendidik, tentu saja saya menghindari tarikan kepentingan yang terlalu jauh dan menjauhkan diri penilaian negatif dari peristiwa yang terjadi. Fakta sejarah terbunuhnya tujuh jenderal oleh saudaranya sendiri memperlihatkan betapa hebatnya peristiwa ini. Isu dewan jendral yang akan mengkude pemerintahan yang sah, menjadi alasan untuk menculik dan membunuh dengan dalih menyelamatkan negara. Kita akan selalu mengingat dan mengingatkan kepada generasi berikutnya tentang tema “G30S/PKI” sebagai amanat untuk disampaikan, nilai yang disampaikan antara lain :

a. Identitas Sebuah Bangsa

Di era millennial sesuatu yang berbau sejarah dianggap kuno dan tidak relevan dengan jaman kekinian, materi-materi sejarah sudah mulai hilang di jenjang sekolah dasar, sehingga sangat wajar kalau mereka sudah lupa akan identitas bangsanya sendiri. Ada pepatah penjajah yang mengatakan bahwa "apabila hendak menghancurkan suatu bangsa, maka putuskanlah generasinya dengan para pendahulu mereka". Dengan melihat tayangan G30S/PKI setidaknya kita bisa melihat sepenggal peristiwa masa lalu dari kisah yang sudah bangsa ini lewati. Hilangnya identitas bangsa dari generasi millennial sebagai akibat dari jarangnya mereka membaca dan menulis kisah para pendahulunya.

2. Edukasi

Sejarah merupakan guru kehidupan/historia magistra vitae (Cicero), catatan sejarah selain sebagai sumber pengetahuan, juga mengajarkan generasi muda tentang baik dan buruk, kepahlawan, antagonis dan protagonis, dan nasionalis. Dalam peristiwa G30S/PKI memperlihatkan sebuah pengkhianatan terhadap bangsanya sendiri dengan mencoba mengganti idiologi negara dari Pancasila ke Komunis. Pengkhianatan harus dibayar dengan harga yang cukup tinggi oleh para pelakunya.

3. Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme

Menurut Hertz (1944) Nasionalis merupakan keinginan individu untuk mengabdi baik jiwa maupun raganya kepada negara dimana dia dilahirkan, dengan enam prinsip (1) hasrat untuk mencapai sebuah kesatuan (2) hasrat untuk mencapai sebuah kemerdekaan (3) hasrat untuk mencapai keaslian. (4) hasrat untuk mencapai sebuah kehormatan bangsa (5) adanya persamaan RAS (6) keinginan dan tekad bersama untuk melepaskan diri dari belenggu penindasan. Bangsa kita terlahir dari hasil perjuangan panjang dengan pengorbanan yang melelahkan. Film G30S/PKI dimaksudkan sebagai sarana penyampaian pesan rasa nasionalisme kepada generasi berikutnya. Menggugah semangat dan memberikan prestasi terbaik untuk membangun bangsa ini dari semua kemampuan yang dimililiki serta menanamkan nilai-nilai kepahlawanan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image