Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Susilo Dwi Rahayu

Mengapa Harus AR (Augmented Reality)?

Guru Menulis | Friday, 03 Dec 2021, 02:48 WIB

Ini pertanyaan yang kawan saya ajukan ketika membaca status saya tentang pembelajaran dengan AR.

Saya jawab, sebenarnya tidak harus dengan AR, asal pelajaran atau subyek itu bisa dipahami siswa dengan cepat tentu metode atau media pembelajaran yang lain pun tak mengapa. Hanya saja saya merasakan, sudah dua fase, fase sebagai murid kurang lebih 20 tahun saya jalani dari jenjang TK hingga S2, dan jadi guru SMK, kok saya sreg dengan metode ini. Walaupun moda belajar saya dominan auditory. Bukan visual.

Augmented Reality atau AR sebenarnya adalah salah satu dari 3 teknologi immersif yang sekarang sedang booming diaplikasikan di berbagai bidang kehidupan kita. intinya adalah teknologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi dan ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut secara realitas dalam waktu nyata.

Terutama bagaimana obyek 2 D atau 3 D nya dan pemakaiannya dalam pembelajaran. Misalnya jika saya scan marker tentang gunung api aktif. Saya jauh lebih mudah paham jika bentuknya 3 D dengan warna warna yang mendekati real lengkap dengan bagian-bagiannya, tidak lupa ada animasi semburan lavanya. Untuk memahami obyek tersebut saya bisa dekatkan, jauhkan dan putar 360 derajat agar lebih memahaminya.

sumber: Assemblr Edu

Cuman begitu? Tentu tidak. Untuk yang lebih komplek misalnya untuk jurusan kesehatan/kebidanan. Bagaimana membuat siswa paham proses melahirkan tanpa melihat contoh langsung? Kecuali mereka sedang kunjungan praktek atau melihat langsung saat ada saudara atau ibu mereka sendiri yang melahirkan, mustahil menghadirkan obyek asli karena tidak mungkin ada orang yang mau melahirkan dilihat banyak orang untuk diobservasi, terlebih itu siswa/mahasiswa. Ini pertaruhan nyawa. Nah bisa tuh menggunakan AR.

Trus apa lagi?

Eh sebenarnya banyak lagi sih misalnya bagaimana belajar tentang organ tubuh manusia, hewan laut dan lain sebagainya. Daur hidup makhluk hidup, rantai makanan dan lain lain bisa dibuat lebih hidup dengan AR.

Assemblr World" />
Sumber : Assemblr World

Memangnya nggak susah ya bikin media belajar dari AR? Harus bisa coding tho?

Jaman sekarang ada aplikasi yang memungkinkan Bapak Ibu guru atau siapapun untuk belajar atau membuat bahan ajar dengan AR. Dan nggak harus belajar koding.

Ah, masa?

Pasti aplikasi berbayar ya? Berbayar mahal, Berbahasa inggris lagi?

Nggak kok. Ada yang free, ada yang bahasa Indonesia juga karena memang bikinan orang Indonesia. Ada juga versi berbayarnya tapi cukup terjangkau.

Perkenalkan aplikasi Assembler Edu.

Ini aplikasi besutan anak- anak muda dari Bandung yang sudah dikenal internasional. Boleh dicoba untuk diinstall dan coba. Rasakan bedanya.

Bagaimana caranya?

Insyaallah, saya akan menuliskannya secara bersambung dikemudian hari.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image