Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Atma Nurseto, ST,. S.H

Pentingnya Open Minded dalam Beragama

Agama | Friday, 23 Sep 2022, 07:59 WIB

Disadari atau tidak antara satu dan yang lain itu mempunyai sifat yang berbeda beda. Di dalam satu keluarga saja antara suami dan istri mempunyai sifat yang berbeda-beda. Ayah dengan anak-anaknya juga punya karakter yang berbeda satu sama lainnya. Apalagi dalam cakupan yang lebih luas antar masyarakat. Tentunya akan banyak sekali perbedaan yang akan kita temukan.

Dalam kehidupan kita, perbedaan merupakan sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Kita juga hidup di negara yang majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya sampai agama. Tentang seputar agama, tentu kita akan temui perbedaan. Dalam agama Islam sendiri ada yang dinamakan Aqidah (berkaitan dengan keyakinan) ada juga tentang fikih (berkaitan dengan amaliyah). Sebagaimana yang terdapat dalam rukun Islam,

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم «بُنِيَ الإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالحَجِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ

Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhu bahwa Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda "Islam dibangun atas lima hal". Lima perkara yang wajib kita kerjakan sebagai konsekuensi menjadi seorang muslim. 5 hal itu adalah,

1. Bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah subhanahu wa ta'ala dan Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam adalah utusan Allah ta'ala.

2. Menegakkan Shalat.

3. Membayar zakat.

4. Melaksanakan haji bagi yang mampu.

5. Berpuasa di bulan Ramadhan. HR. Bukhari.

Rukun Islam yang pertama itu tercakup dalam ilmu Aqidah (keyakinan) sedangkan yang kedua sampai ke lima merupakan bagian dari fikih (muamalat). Tentu di dalamnya ada perbedaan, sebagaimana perbedaan itu dijelaskan dalam surat Hud ayat 118-119,

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ (*) إِلَّا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ “

Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat); kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat (keputusan) Tuhanmu telah tetap, “Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” QS. Hud (11): 118-119.

As-Sa'di menyebutkan di dalam kitabnya Taisiru alkarimi arrahmani fi tafsiri Kalami almannan bahwa Allah subhanahu wa ta'ala mengabarkan kalau seandainya Dia berkehendak, maka umat manusia akan dijadikan umat yang satu. Yang mereka semuanya berpegang teguh pada agama Islam. Karena kehendak Allah tiada berbatas serta tak ada satu pun yang dapat menghalangiNya. Akan tetapi karena hikamahNya menuntut mereka senantiasa berselisih, menyelisihi jalan yang lurus, mengikuti jalan yang mengantarkan kepada neraka. Masing-masing dari mereka melihat kebenaran pada dirinya dan kesesatan pada orang lain.

Di dalam hadis Nabi pun disebutkan bahwa akan ada perbedaan. Di antaranya,

مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا

Barangsiapa yang hidup sepeninggal Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallah maka akan melihat banyak perselisihan. HR. Abu Dawud.

Inilah perbedaan-perbedaan yang ada di antara umat manusia. Mereka selalu berselisih. Bahkan di dalam beragama. Semuanya melihat dari sudut pandang masing-masing. Setiap orang memiliki interpretasi sendiri dalam menafsirkan suatu hal. Kenapa? Karena mereka mendapatkan informasi yang beraneka ragam setiap waktunya. Maka jadilah dari stimulus yang mereka terima menghasilkan sudut pandang yang berbeda-beda. Seorang anak, dia akan banyak terpengaruh oleh tingkah laku orang tuanya, bahkan agamanya. Karena itu yang mereka lihat setiap harinya.

Pernahkan kita melihat orang yang kalau diskusi atau bertukar pikiran malahan dia merasa yang paling benar. Kalau ada pendapat yang menyelisihinya pasti marah. Bahkan terkadang menuduh yang tidak-tidak serta yang paling parah berbuat jahat kepada orang yang beda pendapat itu.

Nah, itulah yang disebut Close minded. Sikap menolak pandangan/pendapat selain pendapatnya. Kebalikan dari Close minded adalah Open minded.

Open minded merupakan kemampuan untuk berpikir secara terbuka terhadap berbagai macam, ide, gagasan, informasi, maupun argumen. Dengan berpikir terbuka maka akan membantu kita untuk berpikir lebih kritis, serta menemukan solusi yang lebih tepat.

Namun yang perlu menjadi perhatian, apakah semua perbedaan dapat diterima? Inilah yang sering kali orang terjebak di dalamnya. Mereka menjadikan semua perbedaan sebagai bentuk toleransi.

Kita berkeyakinan bahwa satu-satunya agama yang benar dan diterima oleh Allah subhanahu wa ta'ala adalah Islam. Adapun agama lain seperti Nasrani, Yahudi, Hindu, Budha, dan selainnya tidak akan diterima oleh Allah ta'ala. Inilah keyakinan yang benar. Setiap muslim harus mempunyai keyakinan tentang ini. Karena keimanan ini dibangun berdasarkan keterangan dari Allah. Sebagaimana Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ

Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. QS. Ali Imran (3): 19.

Dalam ayat di atas dengan jelas Allah ta'ala menyatakan bahwa agama satu-satunya di sisiNya yaitu agama Islam. Maka orang yang Open minded maka dia akan berpikir terbuka lalu mencoba mengkritisi dirinya sendiri, lalu dia menemukan solusi untuk dirinya bahwa dia harus masuk dan tetap bahkan semakin kokoh dalam beragama Islam. Sedangkan dalam agama lain yang kitabnya sudah tidak otentik lagi bahkan ada yang murni buatan manusia, tidak ada satupun yang menyatakan agama yang paling benar adalah agama mereka.

Al-Qur'an adalah bukti nyata kebenaran agama Islam. Konsep Open minded atau kemampuan berpikir terbuka serta kritis sudah ada semenjak 1400 tahun yang lalu. Coba saja kita lihat satu contoh berikut ini,

وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون

Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. QS. al-Baqarah: 179.Imam as-Sa’di – rahimahullah – menjelaskan tafsir ayat ini,

ولما كان هذا الحكم، لا يعرف حقيقته، إلا أهل العقول الكاملة والألباب الثقيلة، خصهم بالخطاب دون غيرهم، وهذا يدل على أن الله تعالى، يحب من عباده، أن يعملوا أفكارهم وعقولهم، في تدبر ما في أحكامه من الحكم، والمصالح الدالة على كماله، وكمال حكمته وحمده، وعدله ورحمته الواسعة، وأن من كان بهذه المثابة فقد استحق المدح بأنه من ذوي الألباب

Mengingat hukum ini – qishas – tidak diketahui hakekatnya kecuali orang yang memiliki akal sempurna dan logika yang sehat, Allah mengarahkan ayat ini kepada mereka dan bukan manusia secara umum. Dan ini menunjukkan bahwa Allah memotivasi para hambanya, agar mereka menggunakan pikiran dan akal mereka untuk merenungkan hukum-hukumnya, kemaslahatan hukum yang menunjukkan kesempurnaan-Nya, kesempurnaan hikmah-Nya dan pujian-Nya, keadilan dan Rahmat-Nya yang luas. Dan orang yang memiliki kedudukan semacam ini, dia berhak mendapatkan pujian dan itulah pemilik al-Albab. Tafsir as-Sa’di.

Namun sikap terbuka terhadap ide ini juga ada batasannya seperti yang telah disinggung di atas. Bahwa tidak semua yang berbeda maka perlu toleransi. Perbedaan itu ada yang boleh ada yang tidak. Contohnya dalam perbedaan agama tadi.

Dalam agama Islam pun adakalanya terjadi perbedaan, tapi perbedaan itu kalau disimpulkan ada dua,

1. Perbedaan yang tidak dibolehkan: perbedaan-perbedaan ini dibangun di atas ijma (konsensus) atau dalam masalah yang terdapat dalil dari Al-Qur'an dan hadis yang jelas. Seperti tidak diperbolehkannya pernikahan muslimah dengan laki-laki kafir, penentuan awal bulan Ramadhan dengan melihat hilal atau menggenapkan menjadi 30 hari, dan perbedaan dalam menentukan awal bulan syawal serta menetapkan bahwa Allah beristiwa di atas Arsy serta lainnya, yang semuanya ini itdaklah dapat diketahui kecuali seseorang harus belajar tentang agama Islam dengan benar.

2. Perbedaan yang dibolehkan: perbedaan yang tidak ada Ijma atau tidak dijelaskan secara tegas di dalam AL-Qur'an dan hadis Nabi shalallahu 'alaihi wa salam. Seperti Qunut di shalat witir apakah sebelum rukuk atau sesudah rukuk, perbedaan pendapat apakah Nabi melihat Allah ta'ala di dunia, perbedaan di dalam doa rukuk mapunpun sujud dan lain sebagainya.

Maka dengan sikap Open minded akan membuat kita mampu untuk menerima berbagai macam ide dan gagasan serta bisa berpikir kritis dengannya, namun kalau ide itu tidak sesuai dengan keterangan-keterangan di dalam Kitab Allah atau hadis Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam maka gagasan itu jelas tertolak.

Ketika kita dihadapkan pada sebuah masalah ataupun ibadah, cobalah kritisi. Ini yang bener bagaimana?. Yang sesuai dengan petunjuk Rasulullah shalallhu ‘alaihi wa sallam bagaimana?. Di zaman sekarang apa si yang ga bisa sob. Mau cek hadis itu shahih atau tidak yang nantinya bisa dijadikan hujjah/bukti tinggal buka HP. Mau cari amalan ini ada dalam ajaran Islam atau tidak tinggal klik. Jangan sampai nantinya kita menyesal. Karena kita tidak mau open minded atau berpikir kritis.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image