Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yulia Heri S

Masyarakat Sekitar Diberi Kail. Ya Itu Bagusnya.

Lomba | Sunday, 18 Sep 2022, 19:09 WIB

Dimulai dari masa awal kemerdekaan sampai tiga masa pemerintahan terlalui, kemiskinan tetap menjadi masalah yang tidak bisa hilang dari kehidupan bangsa Indonesia secara umum dan beberapa kota di Indonesia secara khusus.

Disadari atau tidak, kemiskinan merupakan sumber beberapa masalah sosial lainnya. Anak putus sekolah, kurang gizi, bahkan hal sepele seperti pencurian. Sering sekali kita dengar pernyataan orang-orang yang terciduk mencuri. Alasannya pasti untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.

Apakah pemerintah tidak berupaya membasmi masalah itu? Tentu ‘setuju’ bukan jawabannya. Seperti yang kita semua lihat, ada begitu banyak bantuan yang pemerintah ulurkan kepada masyarakat. Dimulai dari kebutuhan keseharian; beras, telur, minyak, dan lain-lain yang akrab disebut BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai). Sedangkan untuk bantuan dalam bentuk uang tunai lebih banyak lagi; BLT, PKH, Kartu Prakerja, KIP, dll.

Berkaca pada perkembangan zaman, berpangku tangan menunggu pemerintah memberi ‘ikan’ bukanlah tindakan yang tepat dilakukan orang-orang di zaman sekarang. Kita harus mencari ikan tersebut dengan mempunyai kailnya dulu.

Perlu kita sadari bahwa penyelesaian masalah apa pun di negara tercinta ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, akan tetapi seluruh warga negara wajib mengambil peran. Alam Indonesia membentang dari Sabang sampai Merauke. Otonomi telah diberikan seluas-luasnya dari pemerintah pusat kepada tiap-tiap daerah. Hak individu juga telah dibebaskan. Tapi apakah hak-hak itu berjalan optimal? Segala bentuk badan usaha yang telah mengurangi sedikit banyak lahan di suatu daerah seharusnya mengupayakan agar masyarakat sekitarnyalah yang diutamakan untuk menjadi bagian dari perjalanan mereka.

Seperti yang dirasakan oleh seorang ibu beranak empat di sebuah desa yang terletak di kota Ponorogo. Menurut pengamatan seorang tetangganya, sudah lama keluarga itu memperoleh bantuan dari pemerintah. “Tapi masih aja susah hidupnya. Sering anaknya nggak mau sekolah karena nggak punya uang jajan. Ya baru kelihatan ayem akhir-akhir ini pas udah kerja di laundry,” ungkap tetangganya dalam bahasa Jawa.

Menurut masyarakat sekitar, usaha laundry itu merupakan sub-usaha dari PT Ngabar Mandiri Sejahtera. Lokasi PT itu merupakan wakaf dari pendahulu sebuah pesantren di desa yang sama. ”Ya itu bagusnya. Biasanya tanah kayak gitu kan buat orang-orang yang punya kaitan sama yang punya dulunya. Atau di tempat-tempat kerja kayak di kota-kota itu, biasanya nggak nerima kalau yang kerja orang desa. Tapi ini enggak. Banyak warga desa juga desa tetangga yang terbantu.”

http://ppwalisongo.id/home/facilities/

Hal ini bisa menjadi bahan renungan untuk badan usaha, baik yang sudah merintis atau masih mau memulai, bahwa keterlibatan masyarakat sangat mereka dambakan. Mencegah kerugian masyarakat mungkin sudah cukup, akan tetapi membuat mereka berdaya akan lebih baik.

Menurut Republika.com juga, Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial (CSR) oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini harus menjadi motivasi bagi semua pelaku produksi di Indonesia untuk berpartisipasi dalam hal positif ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image