Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Taufik Akbar

Bergerak dengan Hati Memantaskan Kompetensi, Refleksi Hari Guru

Guru Menulis | Wednesday, 01 Dec 2021, 11:23 WIB
gambar/Ilustrasi: Pixabay

Tema yang diusung oleh kemendikbud pada peringatan Hari Guru Nasional 2021 adalah Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan. Meski momentum peringatan hari guru telah berlalu namun tema hari guru tersebut seyogyanya tidak boleh hilang dari para insan pendidik. Terlebih ditengah kekhawatiran terjadinya learning loss, maka sudah semestinya para guru bisa melakukan refleksi terhadap segala hal dan kinerjanya sebagai praktisi pendidikan yang langsung berhubungan dengan para peserta didik. Selain itu sosok guru menjadi harapan sebagai faktor penting kemajuan bangsa. Tanpa bermaksud menggurui, semoga tulisan ini bermanfaat dan menjadi pengingat kepada para guru dan tentunya saya sebagai penulis agar senantiasa menjadi pembelajar sejati dan memantaskan diri menyandang guru sebagai profesi.

Kita sering mendengar ungkapan mengajarlah dengan hati, mendidik dengan hati, melayani dengan hati, memberi dengan hati dan ungkapan lainnya yang menggunakan kata hati. Ya karena di hati yang “sehat” bersemayam hal-hal kebaikan atau nilai-nilai positif yang secara universal dirasakan oleh semua insan ciptaan Tuhan. Dengan hati kita merasakan adanya kejujuran, empati, kasih sayang, juga keikhlasan. Dalam hati pula tekad kuat ditegaskan. Dan karena manusia adalah makhluk yang memiliki hati, maka jika hal-hal kebaikan disampaikan dengan hati akan sampai juga ke hati manusia.

Guru dan murid tentunya manusia yang mempunyai hati. Maka akan sangat elok jika kegiatan belajar mengajar dan interaksi para guru dan murid tersebut dilakukan dalam bentangan hati. Bergerak dari hati ini menjadi faktor penting untuk terwujudnya suasana belajar dan ekosistem pendidikan yang kondusif untuk melakukan pembiasaan dan penumbuhan karakter siswa. Dan karakter menjadi landasan atau pondasi untuk berkembangnya potensi siswa menuju manusia seutuhnya serta menjadi bagian masyarakat yang berbudaya dan beradab. Guru yang dengan hatinya menatap perkembangan muridnya akan merasa risi jika muridnya tersebut tidak mencapai apa yang diharapkannya. Dan karenanya akan berusaha mencari cara agar para muridnya berhasil menggapai segala harapan dan cita-citanya.

Sehubungan di masa pandemi ini, apakah guru akan merasa puas dengan hasil belajar yang murid dapatkan? Meski pemerintah telah membatasi pada materi pelajaran esensial saja yang diajarkan pada masa pandemi, apakah guru memaklumi saja jika apa yang didapatkan muridnya apa adanya saja. Tentunya guru yang bergerak dengan hati akan merasa galau dan tidak akan menyerah dengan keadaan apapun. Guru yang bergerak dengan hati tidak akan lelah untuk terus melayani dan memberikan yang terbaik untuk semua muridnya. Dan tidak lupa upaya pertamanya dengan senantiasa meminta petunjuk, pertolongan, harapan dan hasil terbaik kepada Sang Pencipta yang menciptakan hati makhluknya.

Kesadaran akan perannya yang sangat penting bagi perkembangan kemajuan muridnya, seharusnya menjadi pendorong atau penyemangat untuk selalu memperbarui pengetahuan dan wawasan guru terkait perkembangan anak, dunia pendidikan dan teknologi. Anak atau siswa zaman now adalah generasi Z yang lahir sekitar tahun 1995-2010. Siswa yang lahir di tahun tersebut sangat familiar dengan teknologi dan tumbuh saat teknologi sudah berkembang pesat. Generasi ini terutama yang tinggal di perkotaan dan daerah yang sudah terakses internet kebanyakan sangat bergantung pada gadget. Oleh karena itu selain harus memahami gaya belajar siswa, guru juga harus bisa mengimbangi dengan gaya mengajar yang dinamis dan syarat dengan muatan atau adopsi teknologi.

Gaya mengajar dinamis tentunya berpatokan pada student active learning (siswa yang aktif belajar). Untuk itu peran guru dalam proses belajar mengajar lebih banyak sebagai fasilitator, dinamisator, katalisator dengan metode pembelajaran yang memberi kesempatan dan ruang lebih banyak untuk siswa bertanya, berdiskusi, kerja kelompok, meniliti dan juga mengomunikasikannya. Model pembelajaran yang digunakan tentunya juga yang bisa mendukung metode tersebut sesuai perkembangan terkini seperti discovery learning, inquiry learning, problem-based learning dan project-based learning.

Terkait mengajar dengan adopsi teknologi di masa pandemi dan pertemuan tatap muka terbatas, ada strategi yang sedang trending dan bisa menjadi model strategi masa new normal yaitu hybrid learning dan blended learning. Kedua strategi tersebut menjadi keniscayaan yang harus dikuasai guru. Variasi dan dinamisasi penerapan strategi tersebut bisa lebih ‘mantul’ dengan tambahan aplikasi menarik seperti papan tulis virtual atau padlet, jamboard, quiziz, mentimeter, praktikum virtual dan lainnya.

Tujuan pembelajaran dengan berbagai gaya mengajar dan penggunaan teknologi tersebut antara lain tercapainya empat kompetensi yang harus dimiliki siswa di abad 21 yang disebut 4C, yaitu Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah), Creativity (kreativitas), Communication Skills (kemampuan berkomunikasi), dan Ability to Work Collaboratively (kemampuan untuk bekerja sama). Empat kompetensi siswa tersebut dengan karakter yang tumbuh dan berkembang sebagai pondasinya menjadi bagian dari upaya menyiapkan peserta didik untuk bisa bersaing dan survive di era globalisasi serta mengeksplor seperti apa kehidupannya di masa depan.

Dan yang tak boleh dilupakan bahwa semua proses hebat yang dilakukan oleh guru sudah seharusnya dicatat dan didokumentasikan sebagai administrasi yang melekat pada guru sebagai profesi. Administrasi yang dibuat guru mulai dari perencanaan, proses dan evaluasinya bisa dijadikan bukti bahwa guru telah melakukan yang terbaik. Karena untuk mengetahui hasil proses pendidikan pada sosok murid tidak serta merta terlihat saat selesai mereka belajar. Bisa jadi hasil mendidik guru terlihat saat mereka sudah lulus bertahun-tahun dan menjadi “orang”. Nah dari administrasi itulah terlihat keseriusan dan kinerja guru yang bisa dipertanggungjawabkan.

Dalam upaya memulihkan pendidikan yang terimbas pandemi covid-19, luar biasa tantangan dan usaha yang harus dilakukan oleh guru agar hasil dari proses pendidikan mencapai target dan harapan. Untuk itu refleksi hari guru menjadi momentum untuk mengevaluasi kapasitas dan kompetensi guru. Yuk, saya dan anda yang berprofesi sebagai guru untuk selalu memulai dari hati, meningkatkan kapasitas dan memantaskan kompetensi sebagai guru. Termasuk bagian dari refleksi ini adalah mengajak semua elemen masyarakat dan pemerintah untuk berkolaborasi dan berpartisipasi nyata. Karena bukan tidak mungkin jika memang semua bergerak dari hati, terjadi kolaborasi dan sinergi, maka hasilnya bisa melampaui ekspektasi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image