Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rut Sri Wahyuningsih

Sadis, karena Akal Sehat Terkikis?

Gaya Hidup | Tuesday, 13 Sep 2022, 22:17 WIB

Seorang suami di Sukodono Sidoarjo dilaporkan telah melakukan pembakaran terhadap istri dan anaknya. Kapolresta Sidoarjo Kombes Kusumo Wahyu Bintoro, mengatakan masih mendalami motif pelaku yang tega menyiram BBM istri dan anaknya yang berusia 7 tahun, saat keduanya sedang berada di kamar mandi. Dimana istrinya sedang memandikan anaknya.

Peristiwa kedua, Siswi SMA inisial M (17) ditemukan tewas di balik batu di Sungai Biangloe, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan (Sulsel). Korban diduga dibunuh dan dimutilasi pria inisial A (17), pacarnya. Pelaku A memutilasi kaki korban yang telah tewas menggunakan batu kali yang pipih hingga terpisah dari tubuh korban. Persoalan pemicunya adalah cemburu, saat korban diklarifikasi apakah punya pacar baru ( pelaku membaca instastory korban) dan dijawab benar, emosi memuncak, saat pelaku mengajak korban melakukan hubungan badan dan ditolak.

Ketiga, seorang pemuda di Bengkulu Utara memutilasi seekor kucing yang tengah hamil. Aksi itu ia lakukan di kamar mandi dan diunggah dalam beberapa slide foto. Setelah itu memasak dagingnya. Aksinya pun membuat geger media sosial. Info terakhir, pelaku terdeteksi ODGJ dan mengaku kelaparan.

Tentunya masih banyak kejadian serupa, dengan beda korban, latar belakang , tempat dan pelaku. Yang terasa adalah rasa aman bagi kita telah hilang. Kemana penjaga keamanan negeri ini? Kasus pembunuhan Brigadir J oleh mantan jendral Ferdi Sambo saja belum menemukan ujung, cerita bertambah berputar-putar meski sudah direka ulang.

Opini yang beredar, Ferdi Sambo adalah polisinya polisi, tentu banyak rahasia orang senegara ini yang ada dalam genggamannya, terutama dari kalangan pejabat. Sekali lagi yang tampak muncul di permukaan bahwa hukum tak berdaya di hadapan Ferdi Sambo berikutnya kesadisan manusia satu kepada manusia yang lain bahkan kepada hewan begitu marak.

Mengapa demikian? Mengapa setiap persoalan ujungnya adalah penghilangan nyawa, sudah sedemikan mengkhawatirkan kah terkikisnya sebuah akal sehat? Dan benarkah mereka tak menemukan solusi ? Padahal, menghilangkan nyawa tanpa alasan yang Haq adalah dosa besar. Dan negara wajib memberikan sanksi yang tegas agar tidak berulang.

Allah SWT berfirman, "Tidak sepantasnya bagi orang Mukmin membunuh Mukmin yang lain, kecuali karena tidak sengaja. Maka barangsiapa yang membunuh Mukmin karena tidak sengaja, maka wajib baginya memerdekakan seorang budak yang beriman dan membayar diyat yang diserahkannya kepada keluarganya, kecuali apabila keluarganya itu berkenan untuk bersedekah (dengan memaafkannya)." (QS an-Nisaa' 4: 92).

Angka kriminal pembunuhan ini kian meningkat,artinya ini sudah masalah sistem aturan yang diterapkan penguasa hari ini yang tak menunjukkan empati, bahkan cenderung tak manusiawi. Sistem hukum yang diberlakukan pun tak membuat jera, tumpul ke atas tajam ke bawah, berapa kali rakyat disuguhkan fakta hukum bisa dibeli dan tergantung pada kepentingan siapa.

Setiap orang tentulah ingin sejahtera. Tak bisa dipungkiri, itulah alasan mengapa setiap orang selalu ingin mencurahkan segenap daya upaya agar mereka bisa menikmati hidup. Sistem kapitalisme yang menjadi wadah dari tabiat asli manusia telah menjadikan sifat tamak, egois, tak peduli dan lainnya makin menjadi-jadi.

Asas sistem ini adalah sekulerisme, yaitu pemisahan agama dari kehidupan. Manusia diberi kekuasaan untuk membuat solusi bagi persoalannya sendiri. Bukan dengan Wahyu agama, tapi dengan hawa nafsu. Jadilah setiap orang memiliki hukum sendiri, siapa kuat dialah pemenangnya. Makna kebahagiaan bergeser drastis menjadi sebanyak-banyaknya mendapat materi.

Lupa akhirat, bahkan lupa bahwa yang patut disembah dan ditinggikan hanyalah Allah SWT, mereka menjadikan sesama manusia menjadi idola, hanya karena kekayaan, pangkat dan jabatan. Media memblow up, setiap saat, bahkan kini, kecanggihan teknologi bukan sekedar kemudahan, tapi kebutuhan karena menghasilkan uang, ketenaran dan pengikut meski kontennya tak mendidik.

Kemana negara? Rasa lapar, marah dan lainnya yang tak terakomodir dengan baik tentulah menjadi bom waktu. Beban hidup yang berat, berikut tak ada jaminan negara setiap orang bisa sejahtera makin memicu tingkat kriminalitas kian tinggi. Hal itu sudah dikatakan oleh Rasulullah saw dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Na’im : “Kemiskinan itu dekat kepada kekufuran.”

Yang dimaksud miskin tentulah bukan saja miskin materi, namun juga pemikiran. Akibat sekulerisme, yang notabene bertentangan dengan Islam menjadikan gambaran Islam mampu menyelesaikan persoalan dan sepanjang sejarahnya memang mampu menjadi mercusuar peradaban dunia tak lagi tampak di benak generasi kaum Muslim hari ini.

Negara seharusnya hadir sebagai pengurus utama rakyat, setiap bagian dari struktur negara berupaya untuk fokus pelayanan kepada pemenuhan kebutuhan rakyat. Di antaranya pengelolaan kepemilikan umum dan negara guna pembiayaan seluruh kebutuhan rakyat di atas.

Ditambah dengan frame negatif dari bangsa barat yang justru di arusutamakan oleh para pemimpin negeri-negeri Muslim seolah benar-benar Islam itu radikal, teroris dan sebagainya. Padahal Islam belum menjadi sebuah sistem, kerusakan hari ini pun jika didalami bukan berasal dari Islam. Sungguh tidak adil!

Maka, saatnya kita lebih melek fakta, apakah menunggu korban lebih banyak lagi? Sebab, Allah SWT sesungguhnya berfirman yang artinya,"Artinya: "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku,"( QS az Dzariyat:56). Manusia diciptakan bukan menjadi hamba manusia lain apalagi dituntut untuk tunduk dengan aturan manusia yang sangat rentan pertikaian bahkan krisis akal sehat. Wallahu a'lam bish showab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image