Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Upik Kamalia

Sedikit Kritik Buat Para Hafiz

Agama | Monday, 12 Sep 2022, 22:10 WIB

Ummat Islam pernah tersinggung dengan pernyataan Puan Maharani yang mengkritik kecenderungan menghafal Alquran yang marak saat ini dikalangan keluarga muslim. Kecenderungan tersebut nampak dari berjamurnya lembaga-lembaga atau rumah-rumah tahfiz. Anak-anak dari usia dini telah didorong untuk mulai menghafal Alquran. Puan mengkritik kebiasaan itu karena menurutnya ada hal yang lebih penting dipelajari.

Pernyataan Puan memang pantas membuat ummat tersinggung karena yang dikritik itu adalah sesuatu yang sebetulnya menjadi suruhan dalam ajaran agama Islam. Puan sepertinya lupa bagaimana mulianya kedudukan penghafal Alguran dalam agama yang dianut nya itu . Bahwa penghafal Alquran akan menjadi tameng bagi para orangtua yang memiliki anak hafiz Quran. Tidak heran para orangtua saat ini berlomba-lomba mengirim anaknya ke rumah tahfiz. Kebanggaan hari ini pun bergesar dari juara kelas menjadi hafiz dengan hafalan terbanyak.

Tidak hanya itu sekolah umumpun saat ini mulai melirik kegiatan tahfiz sebagai bagian dari program unggulan sekolah. Mereka mulai memasang target untuk tamatannya harus memiliki hafalan berapa juz. Hal iti tentu saja semakin menarik dan meyakinkan orangtua murid untuk meyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Gayungpun bersambut tatkala beberapa perguruan tinggi ternama membuka kesempatan bagi para hafiz untuk kuliah di universitas mereka dengan bekal hafalannya. Singkat kata disemua lini terbuka lebar kesempatan berkembang untuk seorang hafiz.

Lantas apa hal yang menjadi persoalan dengan semua itu?tidak ada yang salah dengan kecendrungan baik itu. Salah pula jika ada yang mengatakan fenomena itu adalah hal yang tidak baik dan harus dicegah. Bahkan sekedar mengkritik saja kebiasaan itu sudah dicap asing oleh sebagian besar ummat Islam di negeri ini. Intinya semua kita sepakat bahwa menghafal Alquran baik dan menginginkan semua anak-anak kita menjadi hafiz. Namun agar kecenderungan ini tidak menjadikan kita sebagai manusia yang latah mari belajar menakar agar semua bisa berjalan sesuai dengan yang semestinya. Mari menggunakan skala prioritas dan berani melakukan outokritik.

Kita akan mulai dari pertanyaan-pertanyaan. Apakah suruhan menghafal Alquran diatas salat, puasa, berzakat , berlaku jujur, menyuruh kepada yang ma,ruf mencegah dari berlaku mungkar? Apakah anak-anak kita yang telah hafiz sekian juz pada akhirnya benar-benar membawa perubahan bagi kehidupan pribadinya dan masyarakat sekitar? Dua pertanyaan ini rasanya sudah mewakili argumen yang akan dikemukakan.

Untuk pertanyaan pertama jika jawabannya tidak maka sudah seharusnya kita lebih mendahulukan anak-anak kita rutin dan membiasakan shalat dalam kesehariannya sebelum ia menghafal Alquran. Shalat tiang agama, shalat adalah pembeda seorang muslim dangan orang kafir. Memang benar bacaan shalat sebaginnya adalah isi Alquran, tapi kan tidak disuruh menghafal sekian juz dulu baru melaksanakan shalat. Tidak sedikit hari ini yang kita lihat anak-anak atau para hafiz yang masih melalaikan shalatnya. Masih banyak anak-anak kita yang sudah diserahkan sekolahnya ke pesantren yang mewajibkan hafalan yang ternyata ketika pulang masih dibangunkan untuk sekedar shalat subuh. Jika jawabannya tidak maka semestinya kita menanamkan akhlak yang baik terlebih dahulu pada diri anak-anak kita sebelum ia menghafal Alquran. Masih banyak kita temui anak-anak yang punya hafalan banyak namun kurang sopan kepada kedua orangtuanya, tidak peduli kepada lingkungannya, sibuk dengan dirinya. Jika jawabannya tidak seharusnya kita mendahulukan dan menekankan yang wajib-wajib itu diajarkan kepada anak-anak kita agar Alquran yang dia hafal selaras dengan apa yang ia lakukan.

Sejauh ini belum ada survei yang nyata akan perubahan yang telah terjadi dan dilakukan para hafiz selain pada akhirnya mereka diterima sebagai guru hafiz di sekolah-sekolah Islam Terpadu atau sekolah yang memiliki program tahfiz. Jika masih bersekolah maka mereka akan mengikuti beragam lomba tahfiz yang rutin digelar beberapa tahun belakangan ini. Jika akan melanjutkan ke jenang pendidikan yang lebih tinggi maka berguna lah sertifikat tahfiz yang mereka dapatkan. Hasil nyata yang terlihat pula adalah munculnya imam-imam muda di masjid-masjid dengan suara yang merdu mengundang kita untuk salat berjamaah dimasjid. Hasil lainnya suara yang merdu itu direkam dan diunggah ke youtobe sehingga viral dan dikenal banyak orang.

Penyampaian ini bukan untuk mencegah anak-anak kita menghafal Alquran, namun lebih kepada penyelarasan. Kita berharap banyak kepada penghafal Alquran. Kita kecewa jika mereka menghafal Alquran namun mereka pula yang tidak melaksanakan yang mereka hafalkan itu. Jadi intinya mari kita seimbangkan sehingga yang wajib tidak tertinggal oleh yang sunah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image