Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Andev

Lagi dan Lagi, Ada Apa di Balik Radikalisme?

Agama | Sunday, 11 Sep 2022, 13:02 WIB

Radikalisme semakin digaungkan, beberapa kampus merespon isu radikalisme dengan membuat program mitigasi pencegahan radikalisme. Hal ini sesuai pernyataan Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono mengatakan, memasuki tahun ajaran baru, dunia pendidikan, khususnya tingkat Pendidikan Tinggi harus terus meningkatkan kewaspadaan terhadap paham dan gerakan kekerasan, terutama yang ditujukan untuk menggulingkan pemerintahan yang sah dengan legitimasi yang didasarkan pada pemahaman agama yang salah. Paham dan gerakan tersebut adalah intoleransi, radikalisme, ekstremisme dan terorisme. Menurutnya, berdasarkan catatan global Terrorism Index 2022 menyebut bahwa sepanjang tahun 2021, terdapat 5.226 aksi terorisme di seluruh dunia. Korban meninggal dunia yang berjatuhan akibat aksi tersebut mencapai 7.142 jiwa. (dikutip dari humas.polri.go.id)

Namun, perlu dipertanyakan lagi apa makna sebenarnya dari radikalisme ini? Karena pandangan tersebut masih ambigu di kalangan masyarakat. Apabila yang dikatakan radikalisme itu adalah bentuk terorisme yang akan memecah belah negara, dan membahayakan bagi semuanya, tentu saja kita sepakat bahwa hal itu tidak diperbolehkan. Tapi di kondisi hari sepertinya tidak demikian.

Dilansir dari detiknews Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyampaikan sekitar 23% mahasiswa terpapar radikalisme dan setuju pembentukan negara khilafah. Sehingga untuk mencegah hal itu, Ryamizard berencana untuk menghidupkan kembali resimen mahasiswa (menwa) di perguruan tinggi. Meskipun pemerintah mengatakan radikalisme bukan bagian dari keagamaan, tapi nyatanya pihak-pihak yang memiliki pemahaman lurus dan benar disasar dengan paham radikalisme.

Tapi pertanyaannya kenapa kok akhirnya, stigma yang ditempelkan kepada orang yang beragama Islam? Pun kita menjumpai fakta terorisme dikaitkan dengan agama Islam. Siapa orang-orang yang dibalik ini semua? Ya, benar yang membuat standar radikal adalah orang Barat. Kenapa demikian? Karena hal ini dijadikan alat oleh Barat untuk melanggengkan pemikiran mereka. Masyarakat disodorkan dengan jualan barat dengan radikalisme, alhasil pundi-pundi keuntungan dapat diraihnya.

Upaya ini mengkerdilkan kampus dengan segala potensi dan perannya sebagai pencetak generasi pemikir. Tentu akan menurunkan daya kritis mahasiswa maupun dosen terhadap kebijakan pemerintah. Dengan framing radikalisme yang masif dan daya tekan rezim yang kuat membuat dosen dan mahasiswa bungkam akan kebenaran. Padahal implementasi pemikir intelektual adalah menyuarakan kebenaran untuk kepentingan umat.

Sebenarnya umat Islam harus sadar apa yang sedang terjadi hari ini, dunia bahkan Indonesia saat ini dalam cengkraman kapitalisme Barat. Sejatinya radikalisme adalah proyek Barat yang semakin diaruskan demi menjaga keabadian dari ideologi kapitalisme. Sehingga akan menghasilkan masyarakat yang islamophobia dengan Islam. Barat memang merencanakan bagaimana caranya untuk menghadang kebangkitan Islam. Karena Barat mempercayai hanya Khilafah yang akan menghentikan hegemoni Barat atas dunia Islam.

Sejatinya Khilafah adalah bagian dari Islam, dengan kata lain kepemimpinan yang satu untuk umat Islam yang akan menerapkan semua hukum Islam dan menyebarluaskan ke seluruh dunia. Mahkota kewajiban yang dapat menerapkan Islam secara keseluruhan ya dengan Khilafah. Oleh karena itu, radikalisme yang hari ini digoreng mengarah pada Islam kaffah yaitu ajaran yang menghendaki agar syariat Islam diwujudkan dalam segala lini kehidupan.

Sebab Islam kaffah adalah solusi permasalahan bangsa. Bahkan Islam dengan penerapan Khilafah mencapai puncak kejayaan selama 13 abad, pada saat itu tidak ada kemiskinan atau keterpurukan hidup, yang ada hanyalah kemakmuran dan kesejahteraan yang dirasakan di tengah-tengah masyarakat. Karena itu harusnya kita menginginkan bangsa ini maju dan berkah dengan segala aturan Allah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image