Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image 15 Fajarizki Galuh Syahbana Yunus

Tragedi Nokia dan Laju Pertumbuhan Ekonomi

Lomba | Tuesday, 30 Nov 2021, 13:44 WIB
Gambar: CNBC Indonesia/Tri Susilo

Kala itu, keresahan hati Risto Siilasma mulai menyeruak saat industri ponsel mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hadirnya iOS menandai awal mula transformasi dunia industri ponsel yang berlangsung beberapa dekade silam. Sayangnya, keresahan hati seorang Risto tidak begitu didengar yang berujung pada era kebangkrutan penguasa industri ponsel dunia yaitu, Nokia.

Dulu, orang cenderung abai dan enggan untuk berinvestasi. Namun, perubahan drastis terjadi seiring dengan perkembangan zaman. Di era modern ini, hampir setiap orang gencar untuk bisa menggandakan uangnya dengan cepat. Setiap instrumen investasi berusaha dijajal dengan tujuan menemukan instrumen yang mampu menghasilkan return paling menggiurkan.

Investasi saham syariah, sebagian orang masih skeptis terhadap instrumen ini. Bahkan, sebagian yang lain justru sama sekali tidak mengenal saham syariah. Rendahnya wawasan dan literasi mengenai seluk beluk proses bisnis perusahaan berkategori saham syariah adalah akar dari permasalahan ini. Minimnya sosialisasi dan edukasi juga turut andil terhadap hal tersebut.

“Saham syariah tidak profitable”, begitulah sekiranya anggapan dan stigma yang berkembang di masyarakat kita. Sebagian yang lain bahkan masih menganggap saham syariah tidak populer.

Padahal, saat ini sudah ada empat indeks saham syariah di Indonesia. Kapitalisasi pasar yang telah dicapai juga begitu fantastis. Berdasarkan data IDX (Indonesia Stock Exchange), indeks saham syariah tersebut diantaranya ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia), JII (Jakarta Islamic Index), JII70 (Jakarta Islamic Index 70), dan IDX-MES BUMN 17.

Sebagian masyarakat masih belum tahu jika berbagai perusahaan yang namanya mentereng seperti Antam dan Indofood juga termasuk bagian dari saham syariah.

Pepatah legendaris mengatakan, “don’t judge a book from its cover”. Agaknya, kita seringkali masih salah mengira bahwa saham syariah merupakan saham yang dihuni oleh perusahaan yang menjajakan produk bernuansa islami saja. “Prospek saham syariah agak suram”, stigma kedua inilah yang sering beredar di masyarakat.

Semua anggapan tersebut sangat kontras jika kita berkaca pada realita yang terjadi saat ini. Berbagai perusahaan yang sahamnya tergabung dalam indeks saham syariah justru konsisten menuai hasil yang sangat menjanjikan dari waktu ke waktu. Baik pertumbuhan valuasi maupun dividend yield yang ditawarkan, justru jauh dari kata prospek yang suram.

Pergerakan ekonomi berbagai perusahaan syariah terus menggeliat pada masa pemulihan ekonomi nasional ini. Sentimen positif di beberapa sektor juga turut mendorong berbagai saham syariah kembali pada tren bullish-nya. Hal ini menandai kebangkitan ekonomi Indonesia setelah sebelumnya terperosok cukup dalam selama dua tahun terakhir.

Tren pertumbuhan ekonomi Indonesia telah kembali pada koridor yang tepat. BPS (Badan Pusat Statistik) melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali menghijau di angka 3,51 persen pada kuartal III-2021.

Satu faktor penting yang berhasil membuat ekonomi Indonesia terangkat kembali adalah tumbuhnya tingkat kepercayaan investor saham, baik investor asing maupun investor dalam negeri terhadap prospek perusahaan di berbagai sektor. Sebagai imbasnya, indeks bursa saham terus menguat dalam beberapa bulan terakhir.

Korelasi yang positif antara peningkatan iklim investasi dan pertumbuhan ekonomi tampak jelas pada fenomena ini. Salah satu komponen PDB adalah investasi, semakin tinggi tingkat investasi akan berdampak terhadap peningkatan PDB suatu negara (Mankiw, 2014). Bak romeo dan Juliet, dua variabel tersebut saling memengaruhi satu sama lain.

Pandemi Covid-19 mungkin saja menjadi berkah bagi bursa saham Indonesia. Entah kebetulan atau tidak, masyarakat Indonesia seakan menemukan hobi baru selama masa pandemi, yaitu berinvestasi saham. Mengacu pada data BEI (Bursa Efek Indonesia), jumlah investor pasar modal Indonesia mencapai 3,88 juta investor. Angka ini melonjak drastis hingga mencapai 56 persen dibanding tahun sebelumnya.

Namun demikian, jumlah tersebut masih kurang dari 5 persen dari total penduduk usia produktif. Angka tersebut masih kalah jauh dibandingkan beberapa negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia yang telah mencapai rasio 26 persen dan 9 persen.

Keterlibatan masyarakat Indonesia dalam dunia investasi, khususnya investasi saham sangatlah minim. Padahal, akselerasi pertumbuhan ekonomi dapat berlangsung optimal jika semakin banyak masyarakat yang berinvestasi pada BEI.

Berbagai strategi perlu diterapkan dalam rangka membangun kesadaran berinvestasi masyarakat Indonesia. Bagaimanapun, dukungan penuh dari sektor investasi sangat krusial dalam mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Salah satunya adalah mengedukasi masyarakat, terutama generasi muda mengenai pentingnya investasi sejak dini.

Edukasi tersebut juga perlu dibarengi dengan pengenalan berbagai instrumen investasi, termasuk saham syariah beserta mekanismenya. BEI dapat menjalin kemitraan dengan berbagai sekuritas yang terdaftar untuk mengampanyekan hal ini.

Kedua otoritas terkait juga dapat memperkenalkan saham syariah sebagai instrumen pilihan bagi masyarakat yang dalam benaknya masih ragu “Apakah investasi saham termasuk halal atau haram?”. Jika perlu, kedua otoritas tersebut juga dapat memberikan praktik secara langsung mengenai tata cara berinvestasi pada instrumen saham tersebut.

Pemberian edukasi dengan diselingi berbagai fakta mengenai dunia investasi saham juga dapat menepis isu miring mengenai stigma yang selama ini berkembang di masyarakat. Dengan menggandeng beberapa influencer tentunya akan mempercepat informasi tersebut tersebar hingga ke pelosok negeri.

Keterkaitan yang erat antara investasi dan pertumbuhan ekonomi perlu menjadi perhatian khusus bagi pemerintah dan otoritas terkait. Pemerintah harus menciptakan terobosan baru dengan mendorong masyarakat untuk sadar berinvestasi dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi. Cara-cara lama yang usang harus segera ditinggalkan jika negara ini tidak ingin bernasib sama seperti Nokia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image