Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dandelion

HAM Rentan Serangan LGBT: Indonesia Jangan Sampai Menyusul!

Agama | Sunday, 04 Sep 2022, 21:14 WIB

Di Barat, LGBT dianggap sebagai simbol kebebasan dan keberanian menunjukkan jati diri bagi masyarakat modern. Mereka sangat mengapresiasi keberadaan kaum ini. Sehingga tidak jarang berbagai tokoh publik baik artis, penyanyi dunia, designer ternama, youtuber, selebgram dan lainnya begitu bebas mengekspresikan kepada dunia akan eksistensi mereka.
Tidak hanya di Barat, di beberapa negara ASEAN pun kini turut melegalkan LGBT, yang terakhir adalah Singapura. Dilansir dari Equaldex.com, 21 Agustus 2022, pidato Lee Hsien Loong pada National Day Rally Day Rally telah memberikan sinyal legalisasi LGBT meskipun belum seutuhnya. Gay memang belum dilegalkan, tetapi lesbian telah legal. Begitupun dengan perubahan gender melalui prosedur operasi yang turut legal. Tentu saja hal ini disambut gembira dan antusias bagi mereka yang menganggap ini adalah benar. Menganggap ini adalah pencapaian luar biasa dari perjuangan implementasi HAM yang merata dan sebenarnya. Menjadikan HAM sebagai payung pelindung hak-hak kaum LGBT.
HAM memang produk terlaris dari kapitalisme. Seolah menjadi bahan pokok berdampingan dengan demokrasi dimana kesepakatan diambil dari suara mayoritas. Maka inilah yang terjadi ketika suara mayoritas telah menyuarakan tuntutan hak akan pelegalan LGBT. Disempurnakan dengan hukum yang lemah yang berlaku berdasarkan keinginan manusia, serta pandangan masyarakat yang keliru mengenai penciptaan manusia, tujuan manusia diciptakan dan akan kemana setelah meninggal.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Masyarakat mayoritas di Indonesia adalah muslim. Dalam pandangan Islam, LGBT disebut sebagai perilaku hina, menjijikkan, melampaui batas dan masuk tindakan kriminal. Allah Ta'ala berfirman:
{وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِينَ}
Dan (Kami juga telah mengutus Nabi) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: “Mengapa kalian mengerjakan perbuatan yang sangat hina itu, yang belum pernah dilakukan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelum kalian?” [Al-A’raaf: 80]
Maka demikian jelas haram hukum LGBT. Tetapi, ketika muslim tinggal di negara sekuler dimana agama dipisahkan dari pemerintahan, maka tidak menutup kemungkinan mereka akan terjangkit, sebab tidak ada perlindungan yang kuat terhadap keamanan iman mereka. Meskipun tidak legal, namun bisa kita lihat kondisi masyarakat saat ini. Ketika transgender dengan laris manis melenggang di televisi maupun media sosial hingga mendapat banyak dukungan. Bahkan hampir setiap hari trending twitter dukungan mereka kepada aktor film LGBT Thailand, bacaan manga yaoi, manhwa LGBT, video musik baik k-pop maupun Barat tentang LGBT. Begitulah generasi kita dijejali konten menjijikkan. Mereka menganggap ini menghibur. Padahal, yang sedang terjadi adalah ini bagian dari promosi luar biasa akan eksistensi mereka baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahkan grup-grup media sosial akan banyak kita jumpai di antara mereka "mencari" satu sama lain. Contoh kedua, belum hilang di ingatkan kita acara fashion week yang menggaet anak-anak muda negara kita. Sempat viral di sana dan turut dimanfaatkan oleh kaum pelangi untuk unjuk diri. Ketiga, pada even karnaval di desa, adalah hal yang lucu ketika para laki-laki menggunakan pakaian perempuan dan turut serta memeriahkan acara yang ditonton oleh masyarakat. Lalu, masihkah negara kita ini disebut dalam kategori aman? Bagaimana dengan jeritan sakit anak-anak kecil yang menjadi korban sodomi? Masihkah kita menganggap hal ini lucu dan menghibur?
Tentunya kita semua tidak ingin generasi ini semakin rusak, bukan? Maka yang perlu kita lakukan adalah mendidik mereka menjadi generasi cemerlang berpandangan hidup Islam. Mengapa harus Islam? Karena Islam satu-satunya agama yang mampu mengatur manusia sesuai fitrahnya. Sehingga generasi kita tidak lagi menjadi tumbal kapitalisme yang mudah diperdaya akibat dicekoki pemahaman yang keliru yang menyebabkan generasi kita mengalami kedangkalan berpikir, hedonisme, konsumerisme hingga masuk pusaran LGBT. Kita harus melindungi, mendidik dan mengembangkan potensi mereka berdasarkan syari'at Islam. Yang tentunya hal ini tidak cukup jika hanya dilakukan oleh individu-individu saja, melainkan memerlukan peran negara yang menerapkan syari'at Islam secara keseluruhan untuk memayungi, membentengi dan melenyapkan segala hal yang menyebabkan kerusakan umat termasuk dari serangan LGBT.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image