Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Maulani Aidi Putri

Quarter Life Crisis: Realita Tumbuh Dewasa

Curhat | Thursday, 25 Aug 2022, 23:57 WIB

Pernahkah kalian merasa cemas, khawatir, dan bingung ketika memikirkan masa depan? Misalnya, merasa harus punya pekerjaan yang menjanjikan, membantu stabilitas keluarga, menikah, hingga meningkatkan kemampuan.

Perasaan di atas adalah hal wajar bagi kalian yang berusia 20-an karena kita berada dalam fase peralihan dari remaja menjadi dewasa. Banyak perubahan yang terjadi serta hal yang harus diperhatikan demi mempersiapkan masa depan. Jika pernah merasakannya, mungkin kalian sedang mengalami Quarter Life Crisis, salah satu realita ketika manusia beranjak dewasa.

Dalam buku berjudul “Quarter Life Crisis: The Unique Challenge in Your Twenties” (2001), Alexander Robbins dan Abby Wilner mengatakan bahwa pada fase Quarter Life Crisis, dewasa muda harus mendapatkan identitas mereka sebelum memasuki fase baru, yaitu kedewasaan.

Kemudian, menurut peneliti dan pengajar Psikologi dari University of Greenwich, Dr. Oliver Robinson, Quarter Life Crisis memiliki empat fase. Pertama, fase ketika seseorang merasa terjebak dalam suatu keadaan terkait pekerjaan, hubungan, dan sebagainya. Kedua, fase ketika seseorang berusaha mengubah keadaan jadi lebih baik. Ketiga, fase ketika seseorang mulai membangun kehidupan yang baru, terutama setelah mencapai suatu target. Keempat, fase ketika seseorang berkomitmen untuk menjalani hidup dan siap menghadapi tantangannya.

Selain merasa cemas, khawatir, dan bingung, ciri-ciri apa lagi yang menandakan jika kalian mengalami Quarter Life Crisis? Beberapa di antaranya yaitu mempertanyakan tujuan hidup, merasa sulit bahagia, bosan dengan rutinitas, motivasi berkurang, minder karena pencapaian orang lain, menarik diri dari kehidupan sosial, merasa gagal dalam berusaha, dan lain-lain. Saat ini, kalian mempertanyakan identitas diri dan merasa bahwa hidup tidak stabil. Lalu, bagaimana cara untuk menghadapi Quarter Life Crisis? Yuk, lihat saran di bawah!

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengenal sebelum ‘menjadi diri sendiri’. Luangkan waktu untuk bersyukur atas segala hal dan berusaha menerima diri. Setelah itu, kalian bisa mengembangkan diri. Coba temukan kegiatan yang membuat nyaman dan bagaimana cara untuk menggali potensi terpendam.

Pengembangan diri atau Self Development pun akan sulit dilakukan jika kalian belum mampu mengontrol pikiran bawah sadar. Memaafkan kesalahan sendiri, menyembuhkan luka batin, berpikir positif merupakan tahap kedua yang dapat dilakukan untuk melalui Quarter Life Crisis. Dengan demikian, kita mampu mengubah cara pandang terhadap diri sendiri—lebih berfokus pada kelebihan dan proses daripada kekurangan.

Langkah ketiga yaitu sabar. Fokus pada pengembangan diri sendiri sesuai timeline yang dimiliki. Selama kalian konsisten dalam berusaha, perjuangan tidak akan sia-sia. Tapi ingat, manusia bukan makhluk sempurna. Kita hanya mencoba untuk menjadi lebih baik. Jangan terburu-buru dan nikmati prosesnya.

Langkah keempat yaitu bertindak. Pada langkah ini, kalian harus mewujudkan rencana yang telah dirancang. Manfaatkan segala kesempatan positif yang ada di depan mata jika kalian sungguh-sungguh menginginkannya. Lakukan hal yang akan membuat diri kalian di masa depan bangga dan bersyukur. Hasil memuaskan berawal dari langkah kecil yang dilakukan. Kalian ingin menambah skill baru? cari informasi yang berkaitan dengan hal tersebut. Mulai dari mengikuti kelas, mentoring, sampai mendengar masukan dari orang-orang berpengalaman.

Langkah kelima sekaligus terakhir yaitu berserah diri. Saat kalian sudah melakukan semua langkah di atas, ini lah saatnya untuk menunggu. Sisanya, percayakan kepada Tuhan yang Maha Esa. Meskipun harus merasa lelah untuk beberapa waktu, kesulitan tidak akan berlangsung selamanya. Teruslah berjuang karena kalian akan segera tiba pada tujuan!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image