Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image HeryWibowo

Membangun Efikasi Diri Mahasiswa Baru melalui Program Orientasi

Eduaksi | Tuesday, 23 Aug 2022, 06:29 WIB

Bulan Agustus dapat disebut sebagai bulann pembangunan sosial (Social Development) Paiva (1977, hal 323 dalam MIdgley) menjelaskan bahwa pengembangan sosial (social development) adalah pengembangan kapasitas manusia (komunitas atau masyarakat) untuk bekerja secara berkesinambungan untuk kebaikan dan kesejahteraan individu dan masyarakat. Jadi ini adalah proses menolong kehidupan mereka untuk menjadi lebih baik dalam menjalankan peran dan amanah yang sedang diembannya.

Proses penerimaan mahasiswa baru, secara umum tidak jauh dari kategoeri pengembangan kapasistas ini. Yaitu bagaimana civitas akademika mencoba membangun potensi dari mahasiswa baru, mengenalkan mereka pada rumah baru mereka, mendorong mereka mengeluarkan potensi terbaiknya tanpa ragu serta memastikan mereka nyaman dalam berkenalan dengan ragam pihak yang akan berinteraksi langsung selama proses belajar mengajar. Inilah momentum pengembangan kapasitas mereka, yaitu untuk segera beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan amanah dan peran mereka dari siswa menjadi mahasiswa.

Maka jelas,ini bukan tugas ringan. Mengapa, karena ini momentum yang tidak akan terulang, dimana mahasiswa baru membangun kesan pertama mereka terhadap kampus ataupun rumah baru mereka dalam menempuh pendidikan.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa proses penerimaan mahasiswa baru (beberapa tahun lalu) adalah ajang “pembantaian” ataupun balas dendam dari kakak angkatan kepada adik angkatan. Logika sederhananya adalah bahwa mereka mereka sudah ‘disiksa’ tahun sebelumnya, maka saatnya tahun ini ‘membalas dendam’ pada adik Angkatan. Maka sungguh hal ini merupakan praktik tidak sehat dalam dunia pendidikan. Sehingga harus segera dihapuskan dan dilarang dipraktikkan selama-lamanya.

Satu hal penting yang perlu dikenalkan pada mahasiswa baru adalah self directed learning, yaitu bahwa mereka masing-masing bertanggung jawab atas proses belajar mereka sendiri. Inilah hal utama. Mahasiswa dikenalkan dan diajak memahami bahwa pemahaman terhadap mata kuliah yang diajarkan adalah tanggung jawab mereka sendiri. Seberapa besar mereka meraih kompetensi berbasis bidang ilmu, adalah juga tanggung jawab mereka sendiri

Proses belajar tidak lagi seperti level dibawahnya, yaitu bahwa siswa disuapi asupan gizi kurikulum, sehingga jika disuapi secara seragam, maka asupan yang masuk juga relatif seragam.

Pada perguruan tinggi tentu ada perbedaan. Mahasiswa benar-benar dituntut untuk paham seutuhnya terkait self directed learning ini. Maka pada masa orientasi, sejatinya mereka perlu diantarkan pada pemahaman bahwa seluruh proses pembelajaran adalah tanggung jawab pribadi. Maka perlu dibangun proses perencanaan belajar, proses mendesain pola belajar yang tepat dan lain-lain.

Maka, masa orientasi yang tepat, akan dapat membuat mahasiswa baru nyaman dan aman dalam memasuki rumah baru mereka. Rasa kekawatiran akan menurun, sehingga rasa percaya diri akan meningkat. Sehingga, sebulan pertama di kampus, akan menjadi pondasi kuat dalam melanjutkan perjalanan belajar sebagai generasi penerus bangsa.

Akhirnya, secara perlahan efikasi diri (self efficacy) akan meningkat. Apa itu efikasi diri? Ini adalah bentuk keyakinan diri akan kemampuannya mengatasi tugas-tugas yang akan dihadapi, tantangan yang perlu dilewati, bahwa keyakinan akan kesediaan untuk mengatasi hambatan yang mungkin menghadang. Jika ini dapat serempak dilakukan, maka Indonesia setiap tahun akan mendapatkan bonus demografi yang luar biasa dari seluruh perguruan tinggi yang ada, yaitu sejumlah generasi muda yang siap dan percaya diri dalam melanjutkan estafet pembangunan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image