Perkembangan Alat Tenun dari Masa ke Masa
Sejarah | 2022-08-19 16:13:50Apa Itu Alat Tenun?
Alat tenun adalah alat yang digunakan untuk menenun produk kain tekstil. Umumnya kain tenun memiliki pola dan corak yang unik yang terbuat dari anyaman benang lungsi dan pakan.
Tujuan dasar dari alat tenun adalah untuk menahan benang lungsin di bawah tegangan untuk memfasilitasi jalinan benang pakan. Bentuk alat tenun yang tepat dan mekanismenya bisa bervariasi, tetapi fungsi dasarnya sama.
Alat tenun modern yang berkualitas tinggi tidak tercipta begitu saja, dibutuhkan waktu ratusan tahun bahkan ribuan tahun sebelum mencapai seperti yang kita kenal saat ini. Banyak usaha manusia dan faktor sosial yang tersisa di balik perkembangan kronologis alat tenun ini.
Oleh karena itu, pada kesempatan kai ini aku mau membahas sedikit mengenai perkembangan alat tenun yang ditampilkan secara kronologis dari mesin tenun kuno hingga mesin tenun modern saat ini.
Cara Kerja Alat Tenun
Alat tenun bekerja dengan cara di mana dua set benang yang berbeda, yaitu benang lungsin dan benang pakan, saling bertautan pada sudut kanan untuk membentuk kain atau baju. Kain biasanya ditenun pada alat tenun, sebuah alat yang menahan benang lungsin pada tempatnya sementara benang pengisi ditenun melaluinya.
Pita kain yang memenuhi definisi kain ini, juga dapat dibuat dengan menggunakan metode lain seperti merajut, menenun tablet (tablet weaving), tali belakang atau teknik lainnya tanpa alat tenun. Cara benang lungsin dan benang pengisi (pakan) saling bertautan satu sama lain disebut tenunan.
Jadi, secara garis besar proses menenun pasti dilakukan menggunakan alat tenun atau mesin tenun. Perbedaan utama antara berbagai jenis alat tenun adalah pada cara penyisipan isian. Elemen utama dari semua jenis alat tenun adalah alat penumpahan (shedding), pemetikan, dan pemukulan. Dalam penumpahan, sebuah jalur dibentuk untuk pengisian dengan menaikkan beberapa benang lungsin sementara yang lain dibiarkan turun.
Picking pada dasarnya terdiri dari memproyeksikan benang pengisi dari satu sisi alat tenun ke sisi lainnya. Pemukulan memaksa pick yang baru saja ditinggalkan di gudang, sampai ke jatuhnya kain. Hal ini dilakukan oleh reed, yang dibawa ke depan dengan beberapa kekuatan oleh lay. Meskipun memiliki mekanisme dasar tersebut, alat tenun atau mesin modern mewajibkan bagian yang lebih fungsional dan berkualitas juga.
Perkembangan Alat Tenun Dan Jenis Jenisnya
1. Alat Tenun Primitif / Vertikal
Alat tenun primitif umumnya dengan menenggelamkan kerangka ke dalam tanah dan pekerjaan di dalam lubang dengan kedua kaki dengan rangka yang terbuat dari bambu. Alat tenun ini diketahui digunakan pada 5000 sampai 6000 tahun SM. Saat ini, alat tenun ini masih digunakan untuk menenun potongan sutra, shirting sutra, dan saree, Muslim, dll oleh penenun turunannya.
2. Pit Loom (Alat Tenun Lubang)
Pit loom dipasang dengan cara menenggelamkan empat tiang ke dalam tanah dan dengan slay overhang. Dalam kasus pit loom, benang bekerja di dalam lubang sehingga benang lungsin dapat menyerap kelembaban dan hasil tenun yang lebih baik.
Pada tahun 1773 M John Key dari Bury, Inggris menemukan "fly shuttle". Penemuan ini merupakan peristiwa yang sangat penting dalam sejarah dan perkembangan tenun.
3. Frame Loom (Alat Tenun Bingkai)
Alat tenun bingkai adalah alat tenun di mana Anda mengaplikasikan lungsin langsung ke bingkai tanpa menggunakan papan lungsin, gilingan, atau pasak terlebih dahulu. Lungsin umumnya dimanipulasi dengan tangan selama proses menenun, baik dengan cara menenun secara manual (dengan jarum permadani) atau melalui penggunaan alat gudang.
4. Alat Tenun Semi Otomatis
Alat tenun jenis ini pada dasarnya adalah alat tenun bukan mesin dengan tambahan penghenti lungsin elektronik/mekanik otomatis serta gerakan penghenti pakan bersama dengan gerakan let off yang positif.
Walaupun telah menggunakan komponen elektronik, namun alat tenun ini tidak sepenuhnya bekerja secara otomatis
5. Alat Tenun Modern / Shuttleless Loom
Alat tenun shuttle menggunakan shuttle kayu tradisional atau shuttle plastik untuk penyisipan pakan. Karena ukuran shuttle yang besar dan kelas berat, dan pengambilan bolak-balik yang berulang kali, alat tenun shuttle akan memiliki getaran besar, kebisingan, konsumsi energi yang tinggi, kecepatan lari yang rendah, dan efisiensi yang lambat.
Fitur dasar alat tenun shuttleless adalah untuk memisahkan paket pakan dari shuttle atau hanya membawa sedikit benang pakan dan mengganti shuttle yang lebih berat dengan penyisip pakan kecil yang ringan, sehingga memberikan kondisi yang menguntungkan untuk penyisipan pakan berkecepatan tinggi.
Oleh karena itu, alat tenun shuttleless sangat penting untuk meningkatkan varietas kain, menyesuaikan struktur kain, mengurangi cacat kain, meningkatkan kualitas kain, mengurangi kebisingan, memperbaiki kondisi kerja, dan mengurangi konsumsi energi.
Sejarah Singkat Alat Tenun
Berdasarkan bukti bukti arkeologis, keberadaan alat tenun dan proses menenun kain telah ada sejak jaman mesir kuno sekitar 3400 tahun sebelum Masehi.
Alat tenun paling awal berasal dari tahun ke-5 SM dimana alat tersebut terdiri dari batang atau balok kayu yang dipasang pada tempatnya untuk membentuk bingkai yang dapat menahan sejumlah benang paralel dalam dua set, bergantian satu sama lain.
Dengan mengangkat satu set benang-benang ini, yang bersama-sama membentuk lungsin, dimungkinkan untuk menjalankan benang silang, benang pakan, atau isian, di antara benang-benang tersebut. Balok kayu yang digunakan untuk membawa benang pengisi melalui lungsin disebut shuttle.
Bukti tertua dari tradisi menenun adalah alat batu Neolitikum yang digunakan untuk menyiapkan kain kulit kayu yang ditemukan di situs arkeologi di Gua Sagung di Palawan selatan dan Gua Arku di Peñablanca, Cagayan. Yang terakhir ini telah bertanggal sekitar 1255-605 SM
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.