Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Balkis Abidah

Dari Citayam Fashion Week ada Misi Perubahan

Edukasi | Monday, 15 Aug 2022, 21:07 WIB

Budaya yang berkembang di masyarakat adalah hasil dari budaya menstrim yang sedang ada, contoh dalam lifestyle balapan mobil di sirkuit, hanya kalangan khusus yang bisa merasakan dan tidak semua bisa turut ikut, sebagai subcultur muncul geng motor, balapan di jalanan, meniru gaya dengan keadaan yang seadanya untuk melakukan hal yang sama. Demikian pula dengan fashion, ada ajang sendiri dengan yang awalnya hanya dimainkan oleh kalangan atas, maka muncullah fenomena citayam fashion week. Ekspresi generasi muda di citayam fashion week ini merupakan suatu yang barangkali mengejutkan bagi masyarakat. Kalangan anak muda dari pinggiran Jakarta dengan baju seadanya berlenggak-lenggok di zebra cros, di salah satu jalanan besar Jakarta sudirman, yang mana biasa nya dilewati oleh orang urban yang bekerja di gedung tinggi. Maka mereka cukup menarik perhatian, jelas akan menuai pro dan kontra, ada banyak hal yang disoroti. Dari sisi perubahan gaya hidup ini seperti bentuk perlawanan terhadap kondisi social, karena adanya kesenjangan social, lalu mereka mencoba mengekspresikan diri, dengan gaya hidup yang sama, hedonisme. Gaya hedonism yang banyak ditunjukan oleh kalangan selebritis, akhirnya diikuti oleh kalangan orang yang tidak punya panggung, maka kemudian panggungnya di jalanan.

Bagaimana sikap kita terhadap fenomena ini?. Perubahan gaya hidup menentukan masa depan sebuah masyarakat atau bangsa, ketika terjadi perubahan subkultur, apakah perubahan itu akan mampu mendongkrak dan melejitkan potensi yang sebenarnya dari generasi muda untuk menata masa depan lebih baik atau hanya sekedar luapan ekspresi sesaat atau bisa jadi hanya untuk diambil keuntungan dari fenomena ini, serta menjadi cela atau peluang untuk di eksploitasi, bagaimana agar ajang seperti ini menjadi keuntungan jelas berupa uang bagi yang bermodal.

Salahkah pemuda yang akhirnya ikut momen atau fenomena ini untuk mengekspresikan diri?. Mengekspresikan diri merupakan kebutuhan manusia, setiap manusia butuh untuk dirinya eksis dan diakui ditengah-tengah lingkungannya. Dimana fenemona ini berada di kota Jakarta, germerlapnya scbd dengan gedung tinggi, dan diisi oleh para remaja yang berasal dari pinggiran yang jelas tidak memiliki sarana itu, sedang mereka butuh kesenagan hiburan, eksistensi. Dengan itu maka adanya ruang–ruang yang kemudian menarik mereka hadir kesana, ke tempat yang lebih untuk mereka dibanding tempat asalnya. Memang setiap orang memiliki naluri kebutuhan untuk eksistensi. Akan tetapi dalam berekspresi dan memenuhi kebutuhan eksistensi diri harusnya dengan pandangan dan cara yang benar, maka kemudian hal ini tergantung pada cara pandang kita terkait kehidupan. Yang hari ini, kalau mau eksis ya harus terkenal di social media, atau hal-hal yang nyata-nyata nampak dan itu selalu seputar materi. Pemuda sekarang inginnya seperti hal itu, menjadikan pilihan cita-cita atau masa depannya sekitar entah jadi model, penyanyi, youtuber, dan hal-hal yang menjadikan dia eksis dan mudah terkenal kemudian diakui ditengah masyarakat, entah akhirnya dia membuat konten seperti apa, berbusana seperti apa, yang penting dia terkenal karena nyatanya sekarang eksistensi diukur dari materi. Tidak lagi mengukur dari slah auat benarnya.

Culture yang menjadi menstrim, menjadi arus utama, kultur sekuleristik, hedonistic, memuja kenikmatan materi. Disebut perlawanan, karena mereka tidak bisa menikmati fasilitas ataupun akses untuk tampil sebagaimana orang lain. Yang mana berawal dari trenseter yang dipamerkan adalah barang mahal dan tidak bisa diikuti oleh kalangan yang dibawahnya, juga mereka tidak bisa keluar dari bayangan bahwa wujud kebahagiaan adalah hal seperti itu, dan terpengaruh atau terlarut dari hal itu. Muncul perlawanan dan perubahan yang mereka inginkan, bagaimana tetap bahagia dengan cara yang sama, bisa bahagia tanpa biaya mahal. Jika dilihat jelas ada semangat melakukan perubahan, ada pemikiran bagaimana untuk tetap eksis pada pelaku fenomena citayam fashion week ini. Dari salah satu pelakunya, jelas telihat semangat perubahan terhadap kondisi keluarganya, juga terhadap nasib dirinya. Namun cara yang diketauhi generasi sekarang adalah keuntungan akan didapat jika dirinya viral di media social dan dari viralnya bisa menghasilkan materi. Dan terbukti hal itu menghasilkan materi juga dapat merubah nasib dirinya, keluarganya, dan berharap juga bisa merubah nasib anak-anak generasi yang sejenisnya.

Maka ada sebenarnya potensi perubahan dari mereka, jelas mereka bukan anak-anak sembarangan. Tapi perubahan juga harus diiringi dengan cara yang benar juga tujuan yang jelas. Dengan cara pandang sekuleris yang tujuannya adalah mensejahterakan diri dengan cara instan maka tidak akan berjalan sempurna, bahkan parahnya tetap mejadi korban dan wujud kreativitas yang diinginkan malah ditunggangi oleh kaum minor yang ditentang yakni lgbt menampakkan dirinya. Maka ini menjadi problem tersendiri. Dari cara pandang matrealis, bagaiman akan tumbuh kepribadian anak generasi muda yang menjadikan standar hidupnya kembali pada pencipta. Pribadi yang tidak tahan banting, mudah goyah, rusak mentalnya, karena meniadakan tuhannya. Budaya yang tidak bersumber dari islam, matrealistrik, hedonis, tidak berfikir bagaimana menjadi manusia bermanfaat. Sedang seorang yang brislam seharusnya ada ciri khas dalam kepribadiannya, cara berfikir bersikap disandarkan pada islam. Maka ada standar yang berbeda. Maka arah perubahan ini yang tidak jelas, malah dijadikan bahan eksploitasi. Perubahan terwujud tergantung cara pandang.bukan akhirnya hanya melakukan subculture, tetap ada pada budaya yang sama dan menjadi pelakunya, tapi bagaimana akhirnya merubah culture dan menghilangkan kesenjangan sosial yang ada, menuju perubahan yang pasti.

Lalu siapa yang salah?, tanggungjawab siapa kesalahan ini?. Semua lini berkesinambungan mengadakan kebenaran, menjadikan setiap manusia mampu, entah dalam ekonomi, pendidikan, dan lain-lainnya. Ada akar yang salah, gagalnya system. Individu, masyarakat turut bertanggungjawab, dan Negara memiliki andil paling besar sebagai penguasa. Dari individu, dimana adanya kesadaran tentang darimana dia, apa tujuan hidupnya, dan akan kemana setelah kehidupan ini, maka terlihat bagaimana pemuda ini menjalankan hidupnya, memanfaatkan waktunya di dunia untuk kebaikan-kebaikan bagi dirinya dan sekitarnya. Lingkungan juga turut andil, factor eksernal juga turut andil, akhirnya ada bahasan mental healt, dan kebiasaan yang tidak pada tempatnya, suatu kebiasaan yang salah, seperti ikut-ikutan tanpa melakukan penyaringan, peran masyarakat juga ber amar ma'ruf nahi munkar. Dan andil Negara adalah hal yang berpengaruh dengan bagaimana generasi kedepannya, dari hal pendidkan dimana seharusnya dapat dirasakan oleh semua orang, tapi karena factor ekonomi dan lain halnya hal itu tidak dapat dirasakan, negara punya andil untuk untuk menentukan kebijakan. Berbeda ketika semua aspek itu baik, bukan tidak mungkin akan ada pemuda seperti muhammad alfatih.

Allah sebagai pencipta dan pengatur, Allah menciptakan manusia tidak akhirnya dibiarkan hidup tanpa adanya aturan, Allah telah menurunkan syariat nya dan yang seharusnya digunakan dari zaman rosul, saat ini sampai akhir zaman adalah syariat islam. kita membeli barang apapun, Hp, laptop dan sebagainya selalu ada buku petunjuk, atau sekedar selembar an cara pakai suatu barang. apalagi kita manusia yang di bumi ini tidak berjalan sendirian, namun beriringan dengan makhluk lainnya, bagaimana manusia tidak merusak alam, tidak berbuat keji pada hewan, dan berbuat baik kepada manusia yang lain. Saat kita melakukan suatu penelitian atau sekecil berbuat suatu hal selalu ada standar yang kita pakai untuk mendapatkan hasil atau tujuan yang kita inginkan, sama juga untuk menjalani hidup standar nya juga harus ada, jika tujuan kita adalah surga Allah dengan amalan apapun yang kita lakukan di dunia, maka standar perbuatan kita adalah ridho Allah. Apalagi saat kita mau melakukan perubahan dan bersandar pada pandangan islam. Untuk tau apa saja yang Allah ridhoi dan apa syarat agar perbuatan kita di ridhoi Allah, maka sangat penting untuk kita tau terkait syariat yang Allah turunkan, paham apa yang Allah boleh dan murka atasnya. Agar bisa tau maka perlu bagi kita untuk belajar, menuntut ilmu agama adalah fardlu 'ain bagi setiap muslim, bukan berarti kita menghiraukan ilmu pengetahuan, kita bisa melakukannya secara bersamaan, belajar beriringan, dengan mindset yang benar, berladang didunia, memanen di akhirat kelak, tidak ada pemisahan antara dunia dan akhirat. Perlu sekali banyak ilmu bagi kita agar bisa paham dan menjadi hamba yang senantiasa Allah ridhoi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image