Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Menur Tadahsih

Etika dalam Berkomunikasi

Agama | Friday, 12 Aug 2022, 15:46 WIB

Komunikasi bagi manusia merupakan suatu kebutuhan yang paling mendasar, hamper seluruh aktivitas manusia dalam kehidupan sehari – harinya bahkan kehidupan pribadinya tidak akan terpisahkan dari yang Namanya komunikasi, sehingga manusia tidak dapat hidup dan berkembang tanpa berkomunikasi. Islam juga menempatkan komunikasi sebagai sesuatu yang penting dan sesuatu yang sangat bernilai, dan semua itu jika dilakukan dengan baik itu merupakan sesuatu ibadah, jika dilakukan berdasarkan nilai – nilai yang terdapat dalam al – qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW, keduanya merupakan pedoman yang berisi perihal tuntutan hidup bagi setiap umat muslim yang harus dijunjung tinggi dan menjadi ukuran – ukuran dalam berkomunikasi. Etika komunikasi islami dimasudkan sebagai suatu nilai – nilai yang baik dan yang pantas, yang memiliki setiap manfaat Ketika kita melakukan proses komunikasi kesemua bentuk komunikasi yang akan dilakukan tersebut, dan wajib didasarkan pada nilai – nilai al-qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Nilai – nilai etika komunikasi islami yang tertuang dalam al – qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW, meliputi nilai – nilai kejujuran. Nilai kejujuran ini meliputi suatu nilai dari segi keadilan, kewajaran, dan kepatutan.

Komunikasi adalah suatu aktivitas manusia yang saling berinteraksi antara satu orang maupun lebih, konsep tentang komunikasi tidak hanya berkaitan dengan masalah cara berbicara efektif saja melainkan juga etika bicara. Dalam pandangan agama islam komunikasi memiliki etika, agar jika kita melakukan komunikasi dengan seseorang maka orang itu dapat memahami apa yang kita sampaikan. Edward Depari menyatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan.

Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang islami, yaitu komunikasi berakhlak al karimah atau beretika. Komunikasi yang berakhlak alkarimah berarti komunikasi yang bersumber kepada Al Quran dan hadis (sunah Nabi).

Sebahagian kita mungkin menggangap komunikasi adalah sesuatu yang biasa dan sederhana, sehingga seringkali kita lalai untuk memperhatikan bagaimana seharusnya berkomunikasi yang baik terhadap sesama manusia terutama terhadap keluarga, teman dan orang lain di sekitar kita. Tanpa disadari bahwa komunikasi yang kita lakukan telah membawa banyak manfaat, kebaikan dan manfaat dalam kehidupan kita, disisi yang lain komunikasi juga telah banyak menimbulkan mudarat, konflik, kerugian dan bahkan bencana dalam kehidupan manusia. Hal tersebut terjadi karena manusia lupa dalam menempatkan dan menjunjung tinggi etika dalam berkomunikasi.

Manusia sebagai makhluk pribadi dan mahluk sosial menduduki posisi yang sangat penting dan strategis. Sebab, hanya manusialah satu - satunya makhluk Allah SWT yang diberikan amanah sebagai khalifah dimuka bumi dan dikarunia kemampuan berkomunikasi. Alquran menyebutkannya dengan kata al bayan .

1. Dengan kemampuan itulah memungkinkan manusia membangun hubungan sosialnya. Kemampuan berkomunikasi yang dimiliki manusia adalah sebuah keadaan dimana komunikasi yang dilakukan dapat membentuk saling pengertian dan menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang, menyebarkan pengetahuan, dan melestarikan peradaban dan sebagainya. Dalam perspektif Islam, komunikasi dipandang sebagai upaya untuk membangun hubungan secara vertikal dengan Allah SWT (Hablumminallah) dan juga untuk menjalin komunikasi secara horizontal yaitu hubungan dengan sesama.(Saefullah)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image