Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Adeummunasywah Adeummunasywah

Bersyukur, Salah Satu Kunci Kebahagiaan

Agama | Saturday, 27 Nov 2021, 08:17 WIB

Oleh : Atik Setyawati, S.Pd (Praktisi Pendidikan)

Siapapun orangnya tentu menginginkan hidup bahagia dalam keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang. Seringkali kenyataan tidak sesuai dengan harapan, alih-alih bahagia yang ada justeru banyaknya masalah yang menguras air mata. Akhirnya, kesedihan yang melanda. Jika sudah bersedih, seolah tidak ada makhluk yang lebih menderita selain dirinya. Hayo, ngaku?

Padahal sebenarnya yang terjadi hanya kurang rasa bersyukur saja. Coba kita tengok, betapa banyak orang lain yang menginginkan memiliki nasib yang mujur seperti kita. Artinya, kondisi saat ini adalah impian dari orang lain yang terkadang kita tidak menyadarinya. Konsentrasi pada kekurangan, kelemahan diri, masalah yang datang bertubi-tubi. Kemudian menilai kenyataan fakta di depan mata dengan kaca mata penderitaan, duka lara dan nestapa.

Coba tarik napas yang dalam dan hembuskan. Oh, ternyata kita masih dapat bernapas dengan lega. Masih dapat udara segar masuk ke paru-paru dan gratis. Sementara ada saudara-saudara kita di sana yang bernapas saja susah apalagi yang terpapar Covid 19. Apakah ini bukan nikmat namanya? Kita masih dapat bernapas dengan leluasa, ini adalah nikmat yang selayaknya disyukuri. Yang karenanya kita bisa merasakan kebahagiaan.

Tengok lagi, bahwa kita masih bisa makan hari ini. Mungkin di luar sana masih ada yang susah payah mengais rezeki demi sesuap nasi. Kita masih bisa makan, tentu ini nikmat juga yang bisa disyukuri dan membawa keberkahan. Kita punya rumah yang meskipun sederhana dapat melindungi tubuh kita dari teriknya matahari dan derasnya hujan. Kita punya keluarga yang keberadaannya pun sangat pantas untuk kita syukuri. Dan yang paling terpenting kita masih memiliki Allah SWT sebagai tempat bersandar. Jika tidak ada satupun manusia di dunia ini yang mau mendengarkan keluh kesah kita, masih ada Allah tempat menumpahkan segalanya. Mungkin kita yang menjauh dari-Nya hingga merasa sebatang kara. Ayolah, gerakkan badan, ambil air wudu dan salatlah. Nikmatilah setiap gerakannya, rasakan ada Allah yang senantiasa menyayangi dan mengasihi kita. Jadi masih pantaskah merasa sebatang kara?

Bisa juga kita kurang memberi pada sesama. Coba tengok apa yang ada di rumah dan dapat diberikan kepada orang lain. Sekiranya banyak makanan, berilah pada yang membutuhkan. Sekiranya masih banyak tumpukan baju yang sudah lebih empat bulan tidak dipakai, alangkah baiknya disedekahkan. Lemari akan terasa lapang ketika dikurangi muatannya. Koleksi-koleksi yang mungkin jarang terpakai, alangkah baiknya didermakan. Dan lihatlah betapa senyum bahagia sesama saat menerima pemberian yang mungkin menurut kita tak berarti, tapi baginya sangat berarti. Tidakkah ini membawa kebahagiaan?

Atau sekadar berkunjung kepada saudara, menengok keadaannya, boleh jadi keadaannya membutuhkan bantuan dan kita mampu menolongnya. Hal-hal seperti ini tentu akan membawa kita merasakan kebahagiaan secara insaniyah, ada nilai yang kita raih di sana.

Tidak selalu konsenterasi dengan duka lara yang mungkin ada. Mensyukuri keadaan, bersilaturahim, bersedekah akan menghilanglah rasa sedih berganti kebahagiaan yang penuh berkah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image