Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Damas Endri Artomo

Menuju Pementasan Seribu Doa

Wisata | Saturday, 06 Aug 2022, 06:25 WIB

Yogyakarta – Jam sudah menunjukkan pukul 14.30 WIB, kami bergegas berangkat menuju ke sebuah pementasan yang diselenggarakan di gedung societet Taman Budaya Yogyakarta. Saya berangkat menggunakan vespa kesayangan keluaran tahun 1975, walaupun kendaraan tua tapi masih bisa saya handalkan untuk berkelana, sedangkan teman-teman yang lain berangkat menggunakan kendaraannya masing-masing. Belum keluar dari jalan kaliurang kami sudah terjebak hujan deras yang mengharuskan kami menepi sejenak di teras toko untuk berteduh. Setelah sekian lama menunggu hujan reda kami melanjutkan perjalanan. Butuh waktu sekitar 30 menit dari jalan kaliurang km 12,5 menuju Taman Budaya Yogyakarta. Taman budaya Yogyakarta sendiri terletak di Jalan Sri Wedani 01, Yogyakarta. Jika masih bingung, lokasinya tepat berada di samping benteng Vredeburg dan berdampingan dengan shopping centre area dan juga Taman pintar. Taman Budaya Jogja merupakan tempat untuk memamerkan beranekaragam kesenian Yogyakarta. Setelah melanjutkan perjalanan tepat pukul 15.05 WIB kami pun akhirnya sampai. Vespa saya parkirkan di tempat yang sudah disediakan oleh panitia. Disana saya juga bertemu dengan teman-teman kampus yang lain. Kebetulan mereka sudah terlebih dahulu sampai dan juga hendak menyaksikan pementasan yang sama.
Pementasan yang kami hadiri adalah sebuah pentas bersama yang diselenggarakan oleh Keluarga Besar Teater Alam dengan tema “100 Mantra Teater Alam Untuk Azwar AN”. Pementasan ini sendiri diadakan untuk mengenang 100 hari wafatnya Bang Azwar AN, seorang aktor dan sutradara hebat sekaligus pendiri Teater Alam. Sebelum pementasan dimulai ada aksi melukis bersama yang diikuti oleh para perupa Yogyakarta. Kami pun menghabiskan waktu sembari menunggu jam pentas dimulai dengan menikmati proses melukis dan hasil lukisan dari para perupa. Aksi melukis yang diselenggarakan terbilang cukup lama mulai dari pukul 14.00-17.30 WIB. Niat kami datang lebih awal dari jam pentas pun tidak lain untuk melihat aksi melukis ini. Lukisan yang dihasilkan para perupa pun beragam mulai dari abstrak, naturalis, hingga realis. Namun benang merah dari seluruh lukisan tentu saja sama, yaitu potret wajah sang maestro Azwar AN. Mata kami pun berhasil mereka manjakan dengan teknik melukis yang handal serta keindahan karya yang diciptakan. Setelah aksi melukis bersama selesai lukisan para perupa pun dipamerkan dan dipajang berjajar memenuhi dinding bagian luar sebelum pintu masuk panggung. Para pengunjung yang hadir pun dapat dengan bebas melihat lukisan tersebut, sekedar mengagumi keindahannya ataupun mengambil gambar untuk dijadikan instastory mereka.
Pentas akan dimuai pukul 19.30 WIB. Di depan ruangan ada sebuah meja dengan buku, laptop, dan dua orang penjaga yang meminta kami untuk menuliskan daftar hadir terlebih dahulu sebelum masuk ke ruangan. Setelah selesai kami pun diizinkan untuk masuk. Ketika sudah masuk ruangan dan memilih kursi terlihat panggung yang sudah ditata rapi lengkap dengan lighting dan dekorasinya pertanda sebentar lagi pentas akan dimulai. Pementasan kali ini terbilang cukup beragam karena ada pembacaan puisi, lagu, pantomim, monolog, teater, tari, dramatic reading, anter dance, dan umbul donga. Pada akhir acara ditutup dengan doa untuk almarhun Azwar AN. Saya sangat tertarik melihat banyaknya pertunjukan yang sudah dipentaskan. Bagi saya pertunjukan ini sangat hebat. Para seniman dapat menghayati lakon mereka masing-masing sehinggat terlihat penampilan yang indah apabila kita ikut mendalami nilai filosofisnya. Dari setiap pertunjukan yang ada memiliki arti dan makna yang sangat mendalam. Pementasan ini bukan hanya hiburan semata tapi juga lantunan doa-doa baik untuk almarhum yang telah tiada. Bagi pecinta seni pertunjukan pasti waktu 3 jam tidak akan terasa lama karena disuguhkan penampilan yang sangat apik dan luar biasa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image