Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nurul Layli

Tahun Baru, Mengapa Kezaliman Tak Berlalu?

Agama | Friday, 05 Aug 2022, 18:51 WIB

1 Muharram merupakan momen sakral bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia. Tanggal tersebut diperingati sebagai pergantian tahun baru Islam dalam penanggalan hijriyah yang mana pada tahun ini sudah menginjak angka 1444 H. Itu berarti sudah hampir 1,5 abad berlalu sejak penetapan penanggalan hijriyah yang ditandai dengan peristiwa hijrahnya Rasulullah dari Mekkah ke Madinah. Perjalanan hijrah yang ditempuh oleh Rasulullah merupakan peristiwa bersejarah bagi umat Islam. Sebab dengan peristiwa ini, baik Islam maupun pengembannya berhasil mencapai puncak kejayaannya.

Sebagaimana pada umumnya, momen tahun baru selalu menjadi ajang untuk menciptakan harapan-harapan baru. Begitu juga dengan tahun baru Islam ini, banyak di antara umat Islam yang memiliki harapan-harapan baru yang ingin diwujudkan. Yang mana hal yang paling diharapan adalah dengan semakin meningkatnya ketakwaan seorang hamba kepada Allah SWT. Serta dapat terterapkannya Islam dalam kehidupan umat manusia agar terwujud Islam Rahmatan lil ‘Alamiin.

Namun faktanya, harapan tersebut masih sekedar harapan yang belum bisa terealisasikan. Pasalnya, jika melihat keadaan dunia saat ini terlebih kondisi umat Islam begitu sangat memprihatinkan. Umat Islam sebagai umat beragama mayoritas di dunia yang dipandang sebagai satu umat dengan kekuatan besar. Nyatanya kini berada dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Dapat disaksikan saat ini, baik Islam maupun umatnya dalam kondisi terpuruk, direndahkan, dinistakan, bahkan dibenci oleh sebagian manusia.

Dapat disaksikan pula, bagaimana kondisi umat saat ini yang berada dalam kerusakan dan kesengsaraan. Berbagai problem multidimensional mengepung dari berbagai sisi. Dari sisi ekonomi, kita dapati masih banyak sekali kemiskinan, pengangguran, pajak yang mencekik, serta utang negara yang ribawi. Dari sisi sosial, kita dapati bagaimana pergaulan di kalangan remaja yang kian bebas tak kenal aturan hingga berujung pada “kecelakaan”. Merusak seluruh tatanan dalam kehidupan bermasyarakat. Serta masih banyak permasahan yang terjadi baik dari sisi potilik, keamanan, kesehatan, dan pendidikan.

Segala problematika tersebut merupakan imbas dari jauhnya pengaturan hidup dari Islam. Islam tidak lagi digunakan sebagai tolok ukur dalam melakukan aktivitas. Oleh karena itu, wajar jika kehidupan umat saat ini cenderung pada kebebasan yang justru “kebablasan”. Ketika Islam dijauhkan dari kehidupan, maka hanya menyisakan kerusakan serta kesengsaraan dalam kehidupan. Untuk itu perlu adanya upaya untuk mengembalikan Islam dalam kehidupan umat saat ini sebagaimana Islam diterapkan pada masa Rasulullah SAW.

Terlebih dengan adanya momen tahun baru ini, bisa menjadi langkah awal perubahan bagi kehidupan umat Islam sebagai refleksi atas perjalanan hijrahnya Rasulullah. Perjalanan hijrah yang ditempuh oleh Rasulullah merupakan peristiwa bersejarah bagi umat Islam. Sebab dengan peristiwa ini, baik Islam maupun pengembannya berhasil mencapai puncak kejayaannya. Peristiwa hijrahnya Rasulullah ini disebut juga sebagai “Hari-Hari Pemisah” dalam kehidupan Islam.

“Hari-Hari Pemisah” dimaksudkan sebagai hari yang memisahkan antara keburukan dengan kebaikan. Dalam hal ini, peristiwa hijrahnya Rasulullah merupakan “Hari-Hari Pemisah” antara masa jahiliyah dengan masa kejayaan Islam. Pada saat itu, Islam meraih kemenangannya dan berhasil diterapkan secara sempurna dalam tatanan negara yang disebut dengan Khilafah Islamiyah dengan Rasulullah sebagai pemimpinnya.

Maka sejak saat itu, Islam berhasil ditegakkan di tengah-tengah umat. Membawa kesejahteraan serta kebahagiaan bagi umat baik muslim maupun non-muslim. Kemudian, dari Madinah Islam berkembang dan tersebar luas ke seluruh penjuru dunia termasuk di Nusantara. Demikianlah, gambaran peristiwa hijrah Rasulullah yang selayaknya kita jadikan momentum untuk senantiasa berpegang teguh pada Islam.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image