Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nabila Khaerunnisa

PEDULI KESEHATAN ANAK: KELURAHAN KEBON JERUK KOTA BANDUNG BEKERJA SAMA DENGAN MAHASISWA KKN UPI

Eduaksi | Friday, 05 Aug 2022, 06:40 WIB

Kesehatan bagi balita dan calon bayi merupakan suatu aspek yang sangat penting. Selain menjadi kewajiban orangtua dalam menjamin kesehatan anak, hal ini juga penting karena mereka lah calon generasi penerus kehidupan Agama dan bangsa. Oleh karena itu, menjamin kesehatan balita dan juga calon bayi merupakan hal yang sangat penting. Dengan demikian, balita dan calon bayi dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Tubuh yang sehat dan terjaga senantiasa mencegah timbulnya berbagai penyakit yang dapat menghambat tumbuh kembang si kecil.

Permasalahan yang kerap kali terjadi kepada si kecil adalah permasalahan yang dapat ditimbulkan oleh faktor hidup tidak sehat bahkan genetik. Permasalahan tersebut adalah permasalahan gagal tumbuh seorang anak akibat dari kurangnya gizi baik yang didapatkan oleh anak (balita) atau biasa kita kenal dengan istilah stunting. Stunting ini dapat terjadi ketika si kecil masih dalam kandungan. Setelah lahir kondisinya akan terlihat seperti bayi biasanya. Umumnya gejala stunting ini akan terlihat ketika bayi mulai menginjak usia 2 tahun.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat 1 dari 3 Balita di Indonesia mengalami gejala stunting. Penyebabnya sendiri dapat ditimbulkan dari tidak terjagannya kebersihan lingkungan, buruknya fasilitas sanitasi dan akses air bersih, serta rendahnya asupan gizi sejak janin hingga bayi berusia 2 tahun. Pencegahan gejala stunting dapat dilakukan melalu beberapa cara, meliputi :

1. Pantau pertumbuhan Balita di Posyandu

2. Air bersih dan fasilitas sanitasi terpenuhi

3. Jaga kebersihan lingkungan

4. Penuhi kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil

5. Beri ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan.

Untuk pengobatannya sendiri tidak jauh berbeda dengan pencegahannya. Stunting dapat ditangani dengan pemberian gizi spesifik dan gizi sensitif. Yang dimaksud gizi spesifik adalah upaya untuk memberikan gizi terbaik pada 1000 hari pertama kehidupan anak, meliputi :

1. Pemberian makanan tambahan dan tablet penambah darah pada ibu hami

2. Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) setelah melahirkan

3. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan

4. Pemberian ASI didampingi oleh MPASI pada usia anak 6-24 bulan

5. Imunisasi lengkap untuk anak

Sedangkan yang dimaksud intervensi gizi sensitif meliputi : penyediaan akses ke pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB), akses air bersih, akses sanitasi yang baik, edukasi ke orangtua atau pendamping anak, serta memberikan pendidikan mengenai kesehatan seksual, reproduksi, dan gizi pada remaja.

Fakta tersebut menjadi latar belakang mahasiswa KKN UPI ikut serta andil dalam program yang dilahirkan oleh pihak kelurahan kebon jeruk, Kota Bandung dalam upaya mengurangu prevalensi stunting. Program ini ditujukan untuk balita dan ibu hamil. Program tersebut diberi nama “TANGINAS”. Program tanginas ini berisikan kegiatan pembagian makanan bergizi kepada setiap balita yang mengalamin gejala stunting serta ibu hamil di wilayah Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Andir, Kota Bandung

Untuk mendukung tercapainya tujuan kegiatan Tanginas ini, Mahasiswa KKN UPI ikut langsung turun kelapangan membagikan makanan bergizi kepada balita yang memiliki gejala stunting dan ibu hamil. Adapun makanan yang diberikan adalah makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak serta sayur dan buah dan tidak lupa minuman air mineral. Sebagai umpan balik, pada proses kegiatannya Mahasiswa KKN UPI menyertakan dokumentasi pemberian makanan bergizi yang pada akhirnya menjadi laporan bahwa makanan tersebut sampai pada balita dan ibu hamil sesuai pencatatan.

Semoga dengan adanya kegiatan ini dapat mengurangi prevalensi stunting di masyarakat. Mari kita dukung anak yang sehat, cerdas dan ceria demi generasi yang cerah. Barakallaahu Fiikum.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image