Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image faiz azhari

Cobalah Menerima Dirimu

Sastra | Thursday, 25 Nov 2021, 18:41 WIB
Cover Buku Berdamai dengan Takdir

Judul Buku : Berdamai dengan Takdir

Penulis : Sony Adams

Penerbit : Psikologi Corner

Tahun Terbit : Desember 2019 (Cetakan Pertama)

Jumlah Halaman : iii+272 Halaman

Harga Buku : Rp.55.500,-

Peresensi : Ahmad Faiz Azhari / Farmasi C

Buku yang berjudul “Berdamai dengan Takdir” menjelaskan bagaimana kita bisa menganggap stress dan masalah berfokus pada diri sendiri. Sony Adams dalam bukunya menulis bahwa kita hidup tidak perlu membuktikan siapa kita atau kehebatan yang kita miliki kepada orang lain. Kita hanya perlu untuk fokus terhadap diri sendiri dan mengembangkan kapasitas yang ada dalam diri kita. Penulis mengajak kita untuk menghadapi segala hal terkait takdir secara sederhana dan lapang dada. Dari hal ini saya belajar untuk lebih bisa fokus pada pengembangan diri saya sendiri dan plihan hidup saya serta tidak fokus pada pilihan hidup orang lain. Bisa dibilang, buku ini cukup mengubah cara pandang saya terhadap kehidupan, emosional, masalah dan dan juga relasi dengan sesama. Tidak ada manusia yang sempurna, pasti ada saja kekurangannya. Namun, kekurangan tersebut bukan pengahalang kita untuk menjadi pribadi yang baik tapi bisa saja kita gunakan sebagai keunikan. Dalam kehidupan professional, kekurangan kita bisa ditutup oleh orang lain, begitu juga kita bisa mengisi kekurangan orang lain. Setelah itu, bersyukur dengan apa yang kita miliki jangan terlalu sibuk melihat orang lain, cukup fokus pada tujuan hidup kita. Dalam buku ini, Sony Adams menjabarkan beberapa cara untuk bisa menerima kenyataan yang ada dengan tidak mengeluh terus berusaha dan berdo’a.

Pelajaran yang dapat saya petik dari novel ini adalah hal yang pasti di dunia ini adalah ketidakpastian itu sendiri. Lantas, terhadap ketetapan yang ada di dunia di mana saya tinggal ini, saya lebih banyak bisa menerima kenyataan dan jika saya mengeluh akan ingat akan hal yang pernah terjadi di dunia ini. Jika saya merasa stress memikirkan suatu masalah akan mencoba merenungkan sekali lagi. Sudah sejauh mana saya bangkit dan menurunkan ego seiap kali menghadapi masalah. Melalui buku ini penulis mengajak setiap pembaca untuk menghadapi segala hal terkait takdir secara sederhana dan lapang dada. Kemudian, setiap pembaca akan dibimbing menuju ke tingkatan pribadi yang kuat mewawas diri. Saya akan ingat bahwa antara dua relung kesengsaran pasti ada takhta kebahagian yang bersemayam. Setidaknya kita bisa mengurangi kalau tidak dapat dikatakan membebaskan sama sekali beban kita.

Selanjutnya di bagian ketiga yang berjudul “Menangis Boleh, Menyerah Jangan”, pada bagian ini penulis menceritakan bahwa ada saatnya dalam hidupmu, engkau ingin sendiri saja bersama angin, menceritakan seluruh rahasia, lalu meneteskan air mata. Saya merasa menangis bukan hal yang salah, karena menangis adalah sebuah ungkapan emosi. Ketika kita marah maka semua akan terasa menyebalkan bahkan orang yang ada didepan kita dapat terkena imbasnya. Sederhananya, dengan kemarahan kita dapat merugikan diri sendiri karena kita membuat orang lain bereaksi juga. Membandingkan pengalaman orang lain dengan kondisi kita, perasaan sedih yang bersifat sementara dapat membuat orang lain lebih merasa bersalah lagi. Bahkan hanya dengan berbicara tentang despresi secara terbuka sebenarnya hal ini dapat membantu. Contohnya, riset menunjukkan bahwa menanyakan tentang pikiran bunuh diri dapat mengurangi risiko bunuh diri mereka.

Meski tidak setiap tulisan disertai dengan pemikiran yang sangat dalam, tetapi ada makna yang mendalam tersendiri setiap kali kita membaca setiap tulisan di buku ini. Kita bisa membaca buku ini secara berurutan ketika kita merasa senang sampai kita merasakan sedih yang terus berdatangan. Bahkan kita bisa mendapat impresi yang berbeda dari setiap tulisan yang sama. Sesuaikan dengan suasana hati, maka ada ketenangan yang bisa kita peroleh dari buku ini. Sekaligus membuat kita kembali merenungkan hidup kita sendiri dan lebih bersyukur dengan hidup kita yang sekarang. Dan melatih mental kita agar tidak mudah menyerah dalam menghadapi kenyataan di dunia ini.

Buku Berdamai dengan Takdir memiliki judul dan sampul buku yang menarik. Bahasa yang digunakan pada buku ini mudah dipahami. Yang saya suka dari buku ini adalah penulis benar-benar menggunakan diksi - diksi yang sangat indah dan menarik pembaca, sehingga mampu membuat para pembaca masuk dan terlibat di dalam cerita tersebut. Dan di beberapa bagian cerita tersebut penulis juga menceritakan kepribadian saya sama kita saat ini. Sehingga menambah bagus bacaan cerita dari buku ini. Kelebihan dari buku ini ialah penulis menggunakan gaya bahasa yang mendalam sehingga kata-kata tersebut mudah untuk dipahami. Dan di dalam buku ini juga ada banyak pesan yang dapat kita ambil agar bisa menjadi orang yang lebih baik dan lebih bijak. Buku ini juga terdapat banyak kata penyemangat yang menyegarkan hati para pembaca. Kekurangan dari buku ini adalah ada beberapa kalimat yang cukup membingungkan dan terlalu berbobot. Dan buku ini lebih banyak mengandung kata - kata daripada cerita. Simpulan buku ini adalah mampu menjawab segala persoalan tentang takdir, depresi, dan ego. Membaca dan memahami buku ini dapat membantu pembaca mengubah cara pandang dalam menghadapi takdir secara sederhana dan lapang dada. Pembaca akan merasa lebih bersemangat dalam meraih masa depan. . Buku ini ditulis dengan gaya bahasa yang tenang dan jujur, penulis mencoba menyampaikan kehangatan, memberikan penghiburan, dan menumbuhkan kekuatan bagi pembaca untuk menjalani hidup, mengatasi kekecewaan yang sedang kita alami dan berbagai perkara hidup sehari-hari.

*) Mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang

Banyuwangi, 29 Juli 2002

Jalan Karangdoro, Tegalsari, Banyuwangi, Jawa Timur

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image