Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yurinda Ariani

MERUBAH POLA PIKIR DEMI KESEHATAN

Sastra | Thursday, 25 Nov 2021, 15:33 WIB

Judul : Filosofi Teras: Filsafat Yunani-Romawi Kuno untuk mental tangguh masa kini

Penulis : Henry Manampiring

Penerbit : Penerbit Buku Kompas

Cetakan : Ke-1

Tahun Terbit : 2019

Tempat Terbit : Jakarta

Tebal : xxiv + 320 halaman

Harga Buku : Rp. 98.000

Peresensi : Yurinda Ariani/154/D

Buku karya Henry Manampiring ini menjelaskan bahwa penyebab emosi negatif atau kecemasan berlebihan disebabkan oleh pola pikir yang keliru. Penulis juga mengajarkan untuk berhenti overthingking atau berfikir kritis dengan mengendalikan pikiran dan belajar filsafat stoisisme, yaitu filosofi-filosofi romawi kuno yang berasal dari filsafat yunani. Biasanya keadaan seperti ini terjadi pada anak muda, ketika dihadapkan pada sebuah keadaan dan selalu berfikir buruknya dahulu. Meskipun menggunakan kata “filsafat”, namun penulis tidak menyajikannya dengan bahasa yang sulit, melainkan menggunakan bahasa mudah dipahami, meskipun kita belum pernah mempelajari filsafat. Bahkan penulis menggunakan istilah “filosofi teras” sebagai pengganti istilah “filsafat stoisisme”.

Menurut saya ada dua kunci utama di dalam buku ini yang ingin disampaikan oleh penulis yaitu: Pertama, hidup hendaknya terbebas dari emosi negatif. Caranya, dengan memfokuskan diri pada hal-hal yang bisa dikendalikan. Kedua, hidup hendaknya mengasah kebajikan. Kebajikan yang dimaksud adalah penerimaan atau rasa syukur dalam menjalani hidup dari hal-hal yang tidak bisa dikendalikan.

Buku ini berangkat dari filosofi Epictetus, seorang filosof Stoa pada masa Yunani kuno. Epictetus juga menjelaskan, “Ada sesuatu yang bisa dikendalikan, dan ada juga sesuatu yang tidak bisa dikendalikan”. Contoh hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan adalah di mana kita lahir, apa jenis kelamin kita, apa etnis kita, atau siapa orang tua kita. Kita tidak bisa memilih semua itu, yang artinya semua hal tersebut tidak bisa kita kendalikan. Kita hanya bisa menerimanya.

Menurut saya masih banyak hal lain yang tidak bisa kita kendalikan. Misalnya seperti kekayaan, reputasi, atau kesehatan. Apakah kesehatan tidak bisa dikendalikan? Bukannya dengan menjaga pola makan, kebugaran badan dan istirahat yang cukup termasuk dalam menjaga kesehatan kita?. Benar, tetapi kita tetap saja sakit meski sudah menjaga kesehatan kita. Begitupun dengan kekayaan dan reputasi. Tidak ada jaminan kita bisa hidup kaya raya dan memiliki reputasi bagus, walaupun kita sangat menginginkan dan mengusahakannya. Rezeki bisa datang dan pergi secepat kilat.

Didalam buku ini ada sealah satu penjelasan singkat tentang filsafat purba yang sudah berumur 2.000 tahun lebih teteapi masih relevan sampai sekarang yaitu, berasal dari filsuf yang bernama Zeno. Sekitar 300 tahun sebelum masehi, kapalnya yang berisi barang dagangan mahal karam terdampar di Athena. Dari sinilah Zeno mengenal filsafat dari seorang guru yang bernama Crates.

Didalam buku ini ada penjelasan arti dari stoa itu sendiri yang sering muncul di beberapa persoalan yaitu, sebuah teras yang memiliki pilar dalam bahasa Yunani disebut Stoa. Dari sinilah lahir bahasa Stoisisme, diterjemahkan menjadi Filosofi Teras. Stoisisme sendiri lditulis untuk menghadapi masa sulit. Sedangkan, filsafat ini lahir di era yang penuh dengan peperangan dan krisis di Yunani.

Menurut arti dari filsafat itu sendiri yang bisa saya tangkap maknanya yakni, filsafat tidak menjanjikan materi atau damai di akhirat. Tetapi, filsafat menjajikan kehidupan yang damai dan kokoh dikehidupan yang sekarang sedang kita jalani. Ketentraman yang kokoh muncul dari diri dalam kita sendiri. Buku ini juga merupakan bagian dari kepemimpinan. Kepemimpinan tidak selalu dimulai dengan memimpin tim, oraganisasi yang kita ikuti dan lain sebagainya. Tetapi, kepemimpinan itu dapat kita mulai dari dalam diri kita sendiri.

Menurut pendapat saya, jika kita sendiri mampu memimpin diri kita untuk selalu berdamai dengan keadaan, tentunya kita juga akan lebih mudah untuk menjadi pemimpin dalam tim, organisasi dan lain semacamnya. Begitu juga sebaliknya, jika kita sendiri saja tidak mampu untuk memimpin diri kita sendiri utnuk berdamai dengan keaadan yang ada. Maka, kita kita dapat akan bisa menjadi seorang pemimpin. Karena, pemimpin akan selalu mencoba untuk tetap berdamai dengan keadaan dan berfikir jernih tentang jalan yang harus diambil untuk suatu masalah yang sedang di hadapi tanpa harus menggunakan emosi.

Pemimpin yang selalu menggunakan emosi setiap tindakan apapun yang akan dilakukan atau diambilnya, pasti tidak akan berhasil menemukan jalan keluarnya. Meskipun sesusah apapun dia berusaha.

Kelebihan dari buku ini menurut saya yakni, buku ini menggunakan gaya bahasa yang menarik dan mudah untuk dipahami anak muda yang biasanya sedikit malas atau susah jika disuruh membaca. Terdapat juga lelucon yang membuat saya jika membaca buku ini tidak tegang atau merasa bosan. Karena, lelucon yang dihadirkan cukup membuat kita sedikit santai dan nyaman menikmati buku ini.

Kekurangan dari buku ini menurut saya yakni, terdapat gambar di beberapa halaman yang saya sulit memahami maksud dari gambar tersebut itu apa. Saya juga tidak suka membaca buku yang warna gambarnya hanya hitam putih. Karena menurut saya, buku yang terdapat gambar hitam putih itu kurang menarik. Lebih baik jika tidak menggunakan gambar saja.

Kesimpulan dari buku ini menurut saya yakni, penulis ingin setiap orang yang membaca buku ini dapat mengendalikan emosinya. Tidak selalu berfikir terlalu keras yang dimana itu tidak baik bagi kesehatan setiap pembacanya. Penulis juga berharap setiap orang yang membaca buku ini dapat merubah pola pikir mereka menjadi yang lebih baik.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image