Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image NIZAR FEBRI DWI KURNIAWAN

BERJUANG HIDUP MENGARUNGI LAUTAN

Sastra | Thursday, 25 Nov 2021, 15:31 WIB

Judul Buku : Gemulung

Penulis : Tary Lestari

Penerbit : Indonesia Tera

Tahun Terbit : Cetakan Pertama, Agustus 2021

Kota Terbit : Baciro, Yogyakarta

Jumlah Halaman : v+170 Halaman

Harga Buku : Rp. 88.000

Peresensi : Nizar Febri D.K

Tary Lestari adalah seorang perempuan kelahiran Trenggalek, Jawa Timur. Tary memang menyukai menulis cerita sejak SMA. Karyanya pernah dimuat di koran Tribun Jabar, ia juga pernah menjuarai sayembara cerpen majalah Femina 2010. Pada 2011, Tary bekerja di salah satu stasiun TV ternama. Ia aktif dalam membuat skenario dan menulis webseries. Setelah menempuh perjalanan yang Panjang, pada 2021 bulan Agustus, Tary merilis novel berjudul “Gemulung” yang dibalut dengan kisah dramatis, romansa, dan action. Semua perasaan bercampur aduk menjadi satu, menjadikan novel ini sebagai naskah terpilih dalam ajang kelompok Penerbit Renjana Indonesia Mencari Naskah.

Buku ini menceritakan tentang 3 imigran gelap Malaysia yang bernama Ridho, serta sepasang suami istri Yuda dan Marlin. Kisah berawal ketika mereka berusaha kabur melewati jalur dalam untuk pulang ke Indonesia. Saat mereka kabur ada polisi mengejar mereka ke dalam hutan, Yuda dan Ridho mencari akal untuk menyingkirkan polisi dengan membuat jebakan agar polisi tidak mengejar mereka lagi, tetapi secara tidak sengaja salah satu polisi terbunuh. Mereka tidak menyangka polisi akan terbunuh dan akhirnya mereka memutuskan untuk meninggalkan jasad polisi itu.

Tidak lama kemudian mereka bergegas menaiki sebuah kapal kecil bersama imigran gelap lainnya untuk kabur dari kejaran polisi. Hawa malam menyelimuti kapal, terdengar hujan dan badai yang menggelegar di luar kapal. Ombak besar menghantam kapal dan menyebabkan badan kapal terbalik. Semua penumpang yang ada di kapal ikut terombang ambing tanpa arah. Ridho yang berpegangan pada bongkahan kayu berusaha untuk tetap bertahan tetapi ridho tidak kuat menahan terjangan ombak dan membuatnya kehilangan kesadaran. Ketika Ridho membuka matanya dia berada di sebuah pulau tidak berpenghuni. Badan Ridho juga terasa sakit karena semalam terombang ambing di lautan.

Ridho berusaha sekuat tenaga untuk berdiri walaupun kakinya sakit. Ia menyusuri pulau untuk mencari rumput laut dan buah agar bisa dimakan. Ketika Ridho berjalan, ia menemukan kapal yang ia tumpangi terdampar di pinggir pantai dan hanya rusak sedikit. Dia membuka isi lemari di kapal itu dan menemukan botol air mineral dan biskuit. Lalu, ia mendengar suara tangisan perempuan, tidak disangka Marlin dan Yuda juga selamat dari ombak yang menerjang kapal kemarin malam. Tetapi Yuda tidak sadarkan diri, Marlin meminta bantuan Ridho untuk memberi nafas buatan kepada Yuda. Tiba-tiba Yuda mengeluarkan air dari mulutnya dan tersadar. Ridho menolongnya untuk duduk sembari memberikan cadangan air mineral di ranselnya. Setelah sadar Yuda emosi dan mengeluarkan kata kata kotor dari mulutnya karena nasib yang menimpanya. Marlin dengan sabar mencoba untuk menenangkan suaminya, sedangkan ridho pergi menuju ke kapal untuk memperbaiki mesin kapal. Betapa beruntungnya ia ketika kapal masih bisa menyala. Tanpa berpikir Panjang Yuda langsung menyerobot kemudi kapal dan memutuskan untuk mengendarai kapal meninggalkan pulau tak berpenghuni.

Ridho memaksa yuda untuk menghentikan aksinya agar dapat mencari pasokan makan di pulau terlebih dahulu, tapi Yuda keras kepala dan akhirnya mereka berdua bertengkar. Ridho yang tidak berdaya melawan tubuh Yuda yang besarpun kalah, sedangkan Marlin tidak berdaya melawan suaminya. Akhirnya kapal bergerak menjauh dari pulau tak berpenghuni dan hanya ada bekal makanan biskuit dan air mineral seadanya saja di kapal. Melihat Marlin terlihat pucat dan lemas Ridho menghampirinya dan menanyakan keadaannya. Marlin mengatakan bahwa ia baik-baik saja dan tidak usah mengkhawatirkan keadannya. Yuda yang sibuk mengendalikan setir kapal tidak mempedulikan istrinya yang sedang sakit.

Malam hari saat Ridho dan Marlin masih terjaga, mereka bercerita tentang kenangan semasa sekolah. Marlin juga bercerita kehidupan ia sesudah menikah dengan Yuda berubah total. Marlin mengungkapkan alasan ia menikah dengan Yuda karena dipaksa oleh bapaknya untuk memperbaiki perekonomian di keluarganya. Sebenarnya Ridho mencintai Marlin tetapi perekonomiannya juga minim, akhirnya dia merelakan cintanya menikah dengan orang lain. Keesokan harinya Ridho melihat Marlin sudah tergelatak di lantai kapal. Ridho menghampiri Marlin. Lalu Marlin meminta untuk dikuburkan disamping ibunya, tidak lama kemudian Marlin menutup mata dan menghembuskan nafas terakhirnya. Yuda yang berada di belakang Ridho menangis, tanpa basa-basi Yuda meninju wajah Ridho dan menyalahkan Ridho atas kematian Marlin. Ridho hanya diam tanpa membalas perlawanan Yuda. Ketika Ridho tidak berdaya ia melihat tubuh Marlin sudah terbujur kaku. Yuda berniat untuk melarung jenazah Marlin, tetapi Ridho menghalangi perbuatan Yuda karena ia sudah berjanji akan menguburkan Marlin disebelah pusara ibunya. Terjadi debat antara Yuda dan Ridho tetapi akhirnya Yuda mengalah dan tidak jadi melarung jenazah Marlin. Keesokan harinya Yuda diam diam menghabiskan pasokan makanan dan minuman di kapal. Ridho sudah tidak tahan terhadap kelakuan Yuda. Ridho menyerang Yuda dari belakang dan terjadi pertengkaran diantara mereka

Saat Ridho membalas perlawanan Yuda. Ridho mengambil dayung, tetapi secara tidak sengaja ia mendorong Yuda ke jatuh dari kapal dan membuat kawanan hiu terpancing oleh darah Yuda. Dalam sekejap Darah Yuda menyebar di sisi kapal dan tubuh Yuda hilang dimakan hiu, Ridho terkejut dan tidak menyangka atas perbuatan yang ia lakukan. Ridho menangis dan memohon kepada Tuhan agar ia bisa bertahan hidup. Lalu tiba tiba tubuh Ridho terasa lemas dan tidak kuat menahan badannya, membuat Ridho jatuh tergeletak di lantai kapal. Akhirnya kapal Ridho sampai di daratan, ia mendengar suara orang lain membantunya. Ia berhasil diselamatkan dan jenazah Marlin dikuburkan di samping ibunya.

Tary menulis sebuah cerita yang menarik dan membuat pembaca penasaran akan kisah akhir novel ini. Dia juga memberikan sentuhan pada novel ini berupa drama, romansa, dan perjuangan hidup di laut lepas. Kesedihan yang dirasakan Yuda dan Ridho atas meninggalnya Marlin menambah suasana menjadi pilu. Penulisan di dalam novel ini cukup sederhana dan mudah untuk dipahami. Tapi, ada beberapa kalimat kasar yang terdapat pada novel ini dan mungkin kurang cocok untuk dibaca anak dibawah usia 16 tahun.

Bertahan dalam situasi yang susah, Ridho banyak belajar tentang kehidupan ketika ia terapung di lautan lepas bersama 3 orang sahabatnya. Ia sempat putus asa akan kehidupannya. Novel ini sangat cocok dibaca oleh kalangan remaja karena dalam novel ini mengajarkan kita untuk tidak menyerah dalam situasi apapun, dan selalu mempercayai bahwa Tuhan akan membantu kita saat kita dalam situasi kesusahan.

*) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Prodi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image