Momentum Peringatan Hari Kemerdekaan di Tengah Pudarnya Nasionalisme
Eduaksi | 2022-08-01 18:34:59Momentum Peringatan Hari Kemerdekaan. Ditengah Pudarnya Nasionalisme
Aku tidak ingin dihormati sebagai pejuang. Tapi aku ingin melihat anak cucu ku mempunyai semangat mencintai nasionalisme kepada bangsanya. Dan aku wajib mengingatkan mereka akan hal itu setiap saat. " Aku sengaja mengutip dialog itu, disebuah tayangan televisi pemerintah dulu kala, saat aku masih remaja".
Dialog tersebut seperti cambuk buatku. Dan aku seperti ditampar sebuah kenyataan, bahwa diusia remajaku dulu, hal yang paling males, saat disuruh pasang bendera. Karena saat itu, menurut ku tidak keren kurang gaul. Malahan menjadi bahan ledekan teman-teman seusiaku. Ahhh bodohnya, aku saat itu. Karena lebih memilih cinta akan budaya hip-hop daripada cinta akan nasionalisme kepada bangsa.
Sekarang diusiaku sudah sangat matang. Ternyata aku baru sadar, betapa pentingnya rasa nasionalisme itu tertanam dikaula muda. Dan banyak alasan ku, untuk berkata demikian. Bahkan mungkin karena melihat carut marutnya tata kelola pemerintahan maupu bobroknya tata kelola para perwakilan suara rakyat untuk memperbaiki keadaan bangsa. Hehhe maaf tapi itu pendapatku sih...karena menurutku, kalau mereka yang diberi amanah menjadi penguasa, menjadi wakil rakyat, menjadi birokrat dan semua elemen yang ada di pemerintahan. Menjunjung tinggi nilai nasionalisme kepada bangsa di dalam hatinya. Mungkin tida berani pada korupsi, kolusi maupun nepotisme.
Untuk itu, ku mulai menanam rasa cinta dan semangat nasionalisme kepada anak-anaku. Sebab, kalau itu terwujud dalam diri mereka. Niscaya kedepanya tak akan sewenang-wenang terhadap bangsanya. Jikalau diberi amanah untuk memimpin Negeri ini, dan pastinya mereka akan berjuang sampai titik darah penghabisan untuk rakyat sebangsa setanah air. " Alhamdulilah anak-anaku sekarang, selalu saling berlomba memasang sang saka merah putih saat bulan Agustus. Tanpa orangtuanya menyuruh". Semangat nak!!! Ayah bangga kepada kalian.
Kalian semua juga harus paham. Lantaran hanya memasang bendera merah putih didepan rumah. Dan tidak ikut berjuang dimedan perang dalam mengusir penjajah. Tidak ada susahnya kan nak? Tidak berat kan nak? Keren kan nak? Tanyaku pada mereka. " Camkan nak!! Kalau orang sudah punya, semangat rasa nasionalisme tinggi terhadap bangsanya, tak usah disuruh, tak perlu ada aturan pasang bendera setiap peringatan hari kemerdekaan. Karena langsung berbondong -bondong memasang bendera dengan penuh kecintaan dihatinya".
Coba skarang kita lihat, temen-temenmu, serta anak-anak muda sekarang. Mereka seperti malu memasang bendera didepan rumahnya, tapi mereka tidak malu, saat joged-joged didepan umum, di tiktok dimanapun. Yang mana disaksikan orang banyak. " Miris kan nak? .
Para pejuang berani berkorban nyawa untuk kemerdekaan bangsa. Tapi bukan kemerdekaan bangsa semacam itu.
Entah!!! Harus dengan apa, agar mereka cinta tanah air? Ah benaku selalu bertanya, Apa karena para pemimpin, para wakil rakyat, para birokrat juga tidak cinta tanah air? Ah pusing aku dibuatnya.
"Hahah memudar? Tidak juga." Sanggah mas AR seraya nyruput kopi
Momentum hari kemerdekaan 17 Agustus 1945. Ditengah memudarnya rasa nasionalisme anak bangsa.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.