26 Juli 2022, Tepat Satu Abad Chairil Anwar

Rembuk  
Sastrawan Indonesia, Chairil Anwar berusia satu abad pada 26 Juli 2022. Potret patung Chairil Anwar di kawasan Kayutangan, Kota Malang, Jawa Timur. Foto: Wilda Fizriyani

Salam sehat dan bahagia untuk kita semua teman-teman Republika!

Ada hari yang penting terjadi pada 26 Juli 2022. Tepat pada hari itu sastrawan kenamaan Indonesia Chairil Anwar berusia satu abad atau 100 tahun. Momen ini tentu perlu diperingati untuk bisa mendapatkan hal-hal menginspirasi dari sosok tersebut.

Lalu pertanyaannya, apakah masyarakat Indonesia pada umumnya masih mengenal Chairil Anwar? Jika merujuk pada kalangan yang lahir pada era 1990-an, 1980-an, 1970-an dan seterusnya, nama Chairil Anwar mungkin sudah tidak asing lagi dengan sosok tersebur.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Namun yang menjadi tanda tanya adalah kalangan yang lahir di era 2000-an, 2010-an dan seterusnya. Apakah mereka tahu tentang Chairil Anwar? Apakah mereka pernah membaca salah satu karya dari penyair paling populer di Indonesia tersebut?

Jika masih banyak orang yang belum mengenalnya, lalu siapakah sebenarnya Chairil Anwar? Chairil Anwar merupakan salah satu penyair ternama di Indonesia. Dia lahir di Medan pada 26 Juli 1922 lalu meninggal di usia muda. Lebih tepatnya pada 28 April 1949 di Jakarta.

Sejumlah sumber menyebutkan Chairil Anwar dikenal dengan sebutan "Si Binatang Jalang". Sebutan ini muncul dari salah satu karya puisi fenomenalnya yang berjudul "Aku". Puisi ini juga tertulis di monumen Chairil Anwar wilayah Kayutangan, Kota Malang, Jawa Timur (Jatim).

Chairil Anwar diperkirakan telah menulis 96 karya termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh HB Jassin sebagai pelopor Angkatan '45. Kemudian juga dinobatkan sebagai munculnya puisi modern di Indonesia.

Ada banyak kalangan yang sangat menyukai karya yang dilahirkan dari pikiran dan tangan Chairil Anwar. Salah satunya perintis patung Chairil Anwar di Kota Malang, yakni Achmad Hudan Dardiri. Yang bersangkutan selain pernah menjadi Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP), juga sempat menjadi guru bahasa di SMAN wilayah Kota Malang. Kemudian juga tercatat pernah menjadi Wali Kota Pasuruan dan Bupati Jombang di masa lampau.

Cucu Hudan Dardiri, Roesdan SAP teringat pernah berbincang secara mendalam dengan almarhum kakeknya. Bagi almarhum, perjuangan itu tidak harus dilakukan dengan fisik atau angkat senjata. Perjuangan juga bisa dilakukan dengan cara lain seperti sastra atau jurnalisme. Hal itulah yang membuatnya menyukai Chairil Anwar sehingga terdorong membangun patung di Kota Malang sebagai cara mengenang kontribusi penyair.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

0

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

Kategori

× Image