Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rafi Adhi Pratama

Krisis Moneter

Edukasi | 2022-07-21 12:37:15

Krisis Moneter

Definisi Krisis Moneter

Apa itu Krisis Moneter? Krisis moneter atau yang juga dikenal sebagai krisis keuangan, merupakan situasi di mana harga aset mengalami penurunan nilai yang tajam, bisnis dan konsumen tidak dapat membayar hutangnya, dan lembaga keuangan mengalami kekurangan likuiditas. Krisis moneter sering dikaitkan dengan kepanikan dimana investor menjual aset atau menarik uang dari rekening tabungan karena mereka takut nilai aset tersebut akan turun jika tetap berada di lembaga keuangan. Situasi lain yang dapat disebut sebagai krisis keuangan termasuk pecahnya gelembung keuangan spekulatif, kehancuran pasar saham, gagal bayar pemerintah, atau krisis mata uang. Krisis keuangan mungkin terbatas pada bank atau menyebar ke seluruh ekonomi tunggal, ekonomi suatu wilayah, atau ekonomi di seluruh dunia.

Penyebab Krisis Moneter Krisis moneter mungkin memiliki banyak penyebab. Umumnya, krisis dapat terjadi jika lembaga atau aset dinilai terlalu tinggi, dan dapat diperburuk oleh perilaku investor yang tidak rasional atau seperti kawanan. Misalnya, serangkaian aksi jual yang cepat dapat mengakibatkan harga aset yang lebih rendah, mendorong individu untuk membuang aset atau melakukan penarikan tabungan dalam jumlah besar ketika rumor kegagalan bank. Faktor-faktor yang berkontribusi pada krisis moneter termasuk kegagalan sistemik, perilaku manusia yang tidak terduga atau tidak terkendali, insentif untuk mengambil terlalu banyak risiko, ketidakhadiran atau kegagalan peraturan, atau penularan yang menyebabkan penyebaran masalah seperti virus dari satu lembaga atau negara ke negara lain. Jika dibiarkan, krisis dapat menyebabkan perekonomian mengalami resesi atau depresi. Bahkan ketika langkah-langkah diambil untuk mencegah krisis keuangan, itu masih bisa terjadi, dipercepat, atau diperdalam.

Krisis Moneter Yang Terjadi Di Indonesia

Krisis moneter atau Krismon 1998 bisa jadi merupakan momen paling menyedihkan bagi ekonomi Indonesia, seluruh negeri bergejolak akibat peristiwa tersebut. Nilai mata uang rupiah anjlok dan perekonomian rakyat morat-marit, merupakan salah satu pemicu mahasiswa turun ke jalan menuntut agar Soeharto hengkang dari kursi jabatan Presiden yang memangkunya selama tiga dekade.

Sebenarnya bukan hanya Indonesia yang mengalami krismon 1998, beberapa negara di Asia seperti Thailand dan Korea Selatan juga mengalaminya di tahun tersebut. Tetapi, di antara negara-negara lain, krisis ekonomi yang Indonesia alami dinilai yang paling buruk. Bagi masyarakat yang pernah mengalaminya. Memberikan trauma tersendiri bagi mereka.

Tiada akibat tanpa sebab, krisis moneter tak lantas secara tiba-tiba terjadi tanpa penyebab, dilansir dari berbagai sumber, berikut ini merupakan serangkaian faktor dari sektor ekonomi, soal, dan politik turut menyumbang sebab terjadinya krisis moneter 1998.

1. Rupiah Anjlok

Tahun 1997 bisa jadi awal indikasi terjadinya krisis moneter 1998, dimulai dari bulan Agustus nilai mata uang rupiah terus terjun bebas dan mencapai nilai terendah di bulan berikutnya, September. Hanya dalam jangka waktu setahun, yang awalnya kedudukan nilai mata uang rupiah berada di angka Rp 2.380 per satu dolarnya, mengalami penurunan hingga 600 persen. Puncaknya pada bulan Juli 1998, nilai mata uang rupiah benar-benar terpuruk, titik tukar rupiah ke dalam dolar mencapai Rp 16.650. Meski pada 31 Desember 1998 nilai rupiah mulai bangkit dan dihargai Rp 8.000 per dolarnya, hal ini tak banyak memberi pengaruh sebab ekonomi rakyat sudah kadung terpuruk.

2. Membengkaknya utang luar negeri

Selain anjloknya nilai mata uang rupiah pada 1997 sampai 1998, krisis moneter tersebut juga dipicu oleh membengkaknya angka utang luar negeri oleh swasta. Yakni, pada Maret 1998, 72,5 miliar dolar AS dari 138 miliar dolar AS merupakan utang swasta yang dua dari tiga utang tersebut merupakan utang jangka pendek yang jatuh tempo masa tenggat pembayaran di tahun tersebut. Sementara cadangan devisa senilai 14.44 miliar dolar AS yang dimiliki Indonesia jauh dari kata cukup untuk membayar utang, apalagi beserta bunganya. Faktor utang luar negeri yang membengkak itulah yang menjadi salah satu penyebab perekonomian Indonesia mendapatkan tekanan berat.

3. Krisis kepercayaan

Kebijakan pemerintah dalam menangani krisis keuangan yang dinilai plintat-plintut menyebabkan kepercayaan masyarakat dan pasar mulai runtuh. Ditambah lagi dengan kondisi kedua Presiden Soeharto yang kian memburuk membuat suksesi mengalami ketidakpastian. Akibatnya investor asing enggan memberikan bantuan finansial secara cepat. Hal inilah yang juga menjadi sebab krisis moneter 1998.

4. Paket Solusi IMF yang Berujung Kegagalan

IMF sebagai organisasi dana moneter internasional sempat memberikan sejumlah solusi untuk membantu Indonesia menanggulangi krisis moneter dengan menawarkan paket reformasi keuangan. Ali& alih-alih solusi tersebut membawa dampak yang bagus, paket reformasi keuangan yang dianjurkan IMF malah membuat nasabah memutuskan untuk menarik dana besar-besaran. Kondisi ini makin memperparah krisis ekonomi 1998, sebab membuat bank-bank memberikan pinjaman secara terbatas, di sisi lain Bank Indonesia juga harus menggelontorkan banyak dan krisis moneter terus berlanjut dan makin parah.

5. Harga Bahan Pokok Naik

Turunnya nilai tukar mata uang rupiah, mengakibatkan harga bahan pokok naik. Kenaikan bahan pokok membuat masyarakat kehilangan daya beli. Beberapa barang sulit ditemukan hingga harganya melambung tinggi. Kenaikan harga ini membuat protes masyarakat terjadi di mana saja.

6. Banyak Perusahaan Bangkrut Krisis moneter mengakibatkan perusahaan tidak mampu membayar dan memakai bahan baku impor. Beberapa perusahaan tidak mampu membayar utang. Akhirnya mereka membutuhkan mata uang dolar Amerika Serikat untuk membeli bahan baku karena rupiah menurun. Hal ini berdampak pada pengurangan pekerja di perusahaan. Akhirnya berdampak pada kemiskinan dan pengangguran tinggi. Naiknya kebutuhan bahan pokok membuat kebutuhan biaya hidup semakin tinggi.

7. Bank di Indonesia Mengalami Kredit Macet Mengutip dari Gramedia.com, bank di Indonesia mengalami kredit macet karena turunnya nilai tukar rupiah. Kredit ini berdampak pada kegagalan bisnis dan utang. Pemerintah memutuskan untuk menyelamatkan perekonomian dengan cara menggabungkan beberapa bank. Pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Tujuan pembentukan ini untuk mengawasi bank yang bermasalah.

8. Terjadi Demo Besar-besaran Tahun 1998, mahasiswa di seluruh Indonesia menggelar protes hingga terjadi bentrokan. Aksi protes ini terjadi di pertengahan 1998 sampai akhir tahun. Aksi demonstrasi menuntut Presiden Soeharto untuk mengundurkan diri.

9. Hilangnya Kepercayaan Negara Asing

Krisis moneter membuat investor asing kehilangan kepercayaan. Investor asing ini dapat menanamkan modal di perusahaan dalam negeri, apabila nilai tukar rupiah sesuai dengan harga pasar. Tetapi, menurunnya nilai mata uang mengakibatkan investor tidak lagi percaya. Mengakibatkan beberapa perusahaan gulung tikar.

10. Kerusakan dan Penjarahan

Order baru dan krisis moneter mengakibatkan kerusuhan warga, mahasiswa, dan aparat. Aksi protes mengakibatkan pertumpahan darah hingga menewaskan beberapa mahasiswa.

Kemarahan masyarakat mengakibatkan penjarahan barang besar-besaran. Terjadi perampokan di beberapa daerah. Selain itu terjadi kasus pelanggaran HAM dan isu rasisme.

Penyebab Krisis Moneter

1. Sistem devisa yang bebas tanpa pengawasan memadai. Ketika itu Indonesia menganut devisa bebas, sehingga nilai rupiah konvertibel.

2. Masyarakat bebas membuka rekening valas untuk luar negeri dan dalam negeri.

3. Perusahaan tidak dapat membayar utang jatuh tempo beserta bunganya.

4. Nilai mata uang rupiah relatif melemah terhadap dolar AS, dan membuat nilainya terlalu tinggi.

5. Sistem bank di Indonesia saat itu lemah, sehingga berdampak pada meningkatnya utang luar negeri

6. Situasi politik yang memanas pada 1998, turut berdampak pada kondisi ekonomi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image