Dzikir Sunyi
Sastra | 2022-07-20 23:40:06Malam sunyi
Aku duduk di atas sajadah
Sembari dzikir pada Ilahi
Kuterpaku pada keadaan yang hilang akal
Saat diri begitu banyak khilaf
Kucoba ulang kembali keadaanku
Kini rasa kesedihan selalu menghampiri
Karena engkau sudah tak disisi
Bunda
Malam yang gelap gulita
Aku menyebut namamu
Begitu rindu jiwaku
Meraung-raung dalam kesepian
Bunda
Hari minggu jam enam pagi
Engkau meninggalkan semesta
Menuju alam yang beda
Kurindu akan senyum kecilmu
Sungguh engkau permata jiwaku
Tempatku mengadu kesedihan
Engkau pelindungku
Penuh dengan keikhlasan dan penuh dengan kasih sayang
Engkau berikan kepadaku tanpa persyaratan
Dzikir sunyi
Mengingat Bunda tercinta
Sudah tiada, terasa hati sepi
Namun keikhlasan harus terpatri
Kuabadikan dalam puisi
Tentang Bunda di dalam dzikir yang sunyi
Dzikir sunyi
Malam yang gelap gulita
Rembulan dan bintang tak nampak di angkasa
Aku masih di atas sajadah
Sembari mengagungkan nama Ilahi
Kuberdo’a kepada sang maha pemilik hati
Supaya Bundaku tercinta
Selalu dalam lindunganNya
Dzikir sunyi
Tak terasa air mata mengalir dari celah-celah hati
Selaksa air sungai yang mengalir tanpa henti
Dari hulu ke hilir yang penuh arti
Sungguh kehilangan Bunda
Membuat hatiku sepi
Namun terus aku mencoba menguatkan sebuah jiwa atma
Karena keikhlasan bahasa terindah
Sebagai kata dan aksara yang penuh dengan ketulusan
Saat di tinggal orang yang sangat di cintai
Bunda
Semoga engkau dalam surgaNya
Do’aku dari hati yang paling dalam
Bersama dzikir sunyi
Menjemput pagi
Amin........
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.