Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Abdul Rosyid

Melihat Keunikan Tradisi Perang Topat di Lombok Barat Nusa Tenggara Barat

Sejarah | Monday, 18 Jul 2022, 07:28 WIB

Nusa Tenggara Barat - Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, menyajikan tradisi perang yang jauh dari kesan menyeramkan, malah rasa damai justru muncul setelah perang digelar.

Semua kesan yang serba terbalik dari perang sesungguhnya itu sangat terasa saat Perang Topat digelar pada Kamis (22/11). Kompleks Pura Lingsar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang menjadi lokasi acara pun jadi heboh. Saking hebohnya, University of Vienna sampai menurunkan dua profesornya untuk meneliti Perang Topat.

Ini bukan perang sungguhan, melainkan sebuah tradisi masyarakat Lombok Barat yang sudah berlangsung ratusan tahun. Tradisi ini menceritakan kedamaian masyarakat Lombok Barat saat mempraktikkan hidup dalam keberagaman. Islam dan Hindu menyatu tanpa ada gesekan dan konfrontasi. Yang muncul justru tradisi Perang Topat yang lestari hingga sekarang.

"Belakangan ini orang bicara Empat Pilar berbangsa, Pancasila, UUD 45, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Tapi hari ini kita tidak sekadar bicara. Kita beri contoh kepada seluruh anak bangsa bahwa di tempat ini kita praktikkan empat pilar tersebut. Perang Topat ini dilakukan dengan penuh kegembiraan oleh dua unsur agama dan suku, Islam dan Hindu, suku Sasak dan Bali," kata Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid dalam keterangan tertulis, Jumat (23/11/2018).

Asdep Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh Ricky Fauziyani juga ikut buka suara. Menurutnya, tradisi Perang Topat menjadi pelajaran tentang cara menjaga toleransi dan silaturahmi di antara dua suku dan agama di Lombok Barat.

"Lombok Barat beruntung punya tradisi adilihung yang tinggi. Itu yang harus kita lestarikan," ujar Ricky.

Menpar Arief Yahya pun mengatakan hal seirama. Ia menyebut Lombok kaya akan tradisi dan budaya yang kuat. Lombok juga sudah ditetapkan sebagai satu dari 10 Top Destinasi dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika sebagai ikon.

"Dan ada tradisi Perang Topat yang sudah diteliti universitas di Eropa. Ingat, wisman datang ke Indonesia itu 60% karena culture, 35% karena nature, dan 5% alasan man made," paparnya.

Selain atraksi menarik, Lombok juga menyajikan panorama alam yang indah, pasir putih, laut jernih dan biru, terumbu karang yang bagus, gunung, juga hutan tropis.

Soal pelestarian budaya, Menpar Arief punya contoh di alam. "Ikan yang dilihat akan memiliki nilai ekonomi yang lebih besar daripada ikan yang ditangkap. Ikan sekali tangkap, selesai. Ikan semakin dipelihara, dilihat orang akan mendatangkan devisa," pungkasnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image