Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Alpia Nur Zakiyyah Atorid

Makna Mengais Rezeki

Agama | Friday, 12 Nov 2021, 17:42 WIB

Rezeki merupakan keberkahan dari Allah SWT yang dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Rezeki dapat berupa materi seperti makanan, harta dan tempat tinggal. Terdapat juga rezeki non materi seperti kesehatan dan rasa bahagia. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 6, “Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”.

Dalam tafsir Al-Mukhtashar terhadap Al-Qur’an surat Hud ayat 6, dijelaskan bahwa tidak ada makhluk yang hidup di bumi melainkan setiap rezekinya dijamin oleh Allah SWT sebagai wujud dari kemurahan-Nya kepada setiap makhluk. Allah SWT mengetahui tempat tinggal makhluk di bumi dan mengetahui tempat di mana makhluk akan mati. Setiap makhluk hidup bersama rezekinya, tempat tinggalnya dan tempat matinya. Semua tertulis di dalam kitab yang jelas, Lauh Mahfuz.

Agama Islam tidak akan membiarkan seorang muslim kesusahan serta kebingungan dalam berusaha mencari rezeki. Agama Islam menjelaskan, memberikan serta mengajarkan bagaimana mengais rezeki. Agama Islam mengutamakan mengais rezeki yang bersih serta halal, karena akan berpengaruh baik terhadap kehidupan seorang muslim. Dengan mengais rezeki yang bersih dan halal dapat menentukan diterimanya amal seseorang atau terkabulnya doa tersebut.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan at-Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda. “Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak dari tempat hisabnya pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai empat hal. (Yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang jasadnya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia mendapatkannya dan kemanakanlah ia meletakannya dan tentang ilmunya, apakah yang telah ia amalkan.”

Hadis ini memberikan banyak makna mengenai mengais rezeki. Pertama, harta yang didapatkan oleh seorang muslim berasal dari mana. Harta tersebut didapakan secara bersih atau kotor, halal atau haram. Kedua, mengais rezeki sesungguhnya harus dengan cara yang halal atau bersih, jika tidak maka seorang muslim tidak akan beranjak dari tempat hisabnya pada hari kiamat kelak. Dan ketiga, secara Islam mengharuskan setiap muslim mengais rezeki dengan cara yang halal atau bersih agar ia dapat dipermudah dalam hisab ketika akhir kiamat kelak.

Dalam mengais rezeki haruslah seorang muslim mendapatkannya dengan cara yang baik, agar rezeki tersebut menjadi berkah. Dalam hadis riwayat Al Hakim dijelaskan saat itu Rasulullah SAW ditanya: “Penghasilan apakah yang paling baik?” Beliau menjawab: “Pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri dan semua penghasilan yang mabrur (diterma di sisi Allah).”

Dalam hadis tersebut dijelaskan bahwa seorang muslim yang mengais rezeki dengan hasil tangan dirinya sendiri (bekerja keras) dan setiap penghasilan yang ia dapat secara bersih dan halal, dapat diterima disisi Allah SWT. Keuntungan lain dari mengais rezeki dengan halal dan bersih, Allah SWT akan melimpahkan berkah kepada mereka. Dalam Al-Qur’an surat Al Araf ayat 96, Allah SWT berfirman. “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”

Rezeki merupakan pemberian nikmat karunia dari Allah SWT, dalam mengais rezeki sebagai seorang muslim haruslah mengais rezeki dengan cara yang halal dan bersih. Keberkahan serta kenikmatan atas rezeki yang halal akan dirasakan dengan baik. Segala urusan Allah SWT permudah, baik di dunia dan di akhirat. Setiap doa yang dipanjatkan akan diijabah oleh Allah SWT, dan sebagai seorang muslim tidak boleh takut akan kekurangan nikmat rezeki. Sesungguhnya, Allah SWT Maha pemberi dan Maha kaya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image