Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Agus Darwanto

Pengaruh Covid-19 Terhadap Praktik Filantropi Bawon

How To | Monday, 11 Jul 2022, 16:31 WIB

Pandemi covid-19 memang belum sepenuhnya berakhir. Namun pandemi ini telah melumpuhkan banyak sektor kehidupan manusia. Tidak sedikit pengusaha yang gulung tikar, pabrik yang bangkrut, dan hotel yang tutup. Sektor perdagangan pun terimbas oleh aktivitas lockdown, PPKM, dan PSBB. Tidak sedikit supermarket, mall, dan pusat perbelanjaan yang mengadakan pengurangan jumlah karyawannya, bahkan melakukan PHK massal. Pedagang kecil dan pedagang kaki lima (PKL) tidak luput dari sasaran pandemi. Pemberlakuan jam malam membuat banyak pelaku usaha angkringan, lesehan, nasi goreng, dan sejenisnya yang harus menelan kenyataan pahit pendapatannya merosot sangat tajam. Pembatasan makan 20 menit yang pernah dicoba diterapkan berimbas kepada usaha restoran dan warung makan yang membuat para konsumennya merasa tidak nyaman dalam menikmati santap makannya.

Di balik semua duka kelabu akibat pandemi covid-19, sektor pertanian dinilai paling tangguh dalam menghadapi pandemi. Mengapa demikian, padahal kebijakan pemerintah kadang tidak berpihak kepada para petani kecil ? Seperti import beras pada saat panen raya ? Ketangguhan sektor pertanian ini ternyata lebih disebabkan karena masyarakat Indonesia mengenal budaya gotong royong yang melahirkan berbagai filantropi (kedermawanan), seperti dalam praktik tandur, matun, dan bawon. Praktik tandur dan matur hanya dilakukan oleh orang-orang yang memang memiliki kemampuan untuk menanam dan menyiangi padi. Namun praktik bawon bisa dilakukan oleh siapa pun dari warga desa, tetapi diprioritaskan untuk orang-orang yang tidak memiliki lahan pertanian dengan tujuan agar bisa ikut berbagi merasakan kegembiraan musim panen padi. Praktik bawon ini menjadi ciri filantropi warga desa di Kabupaten Cilacap dan sekitarnya. Meskipun menjual padi dengan sistem diborongkan akan lebih menguntungkan, namun para petani di Cilacap lebih menyukai tetap melestarikan filantropi bawon. Bahkan ketika Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap mengenalkan mekanisasi pertanian dengan menggunakan mesin pemanen padi, warga tetap bersikukuh melestariakan praktik bawon meskipun di tengah pandemi Covid-19.

Salah satu daerah yang masih melaksanakan praktik filantropi bawon adalah Dusun Kubang Desa Kalijeruk Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap. Suasana panen raya di Dusun Kubang masih mempertahankan praktik tradisi bawon. Menurut Sukirno, Ketua Kelompok Tani Dusun Kubang saat diwawancarai oleh Elyn Kusuma Mahardika, dipertahankannya tradisi bawon dengan alasan agar warga yang tidak memiliki sawah bisa turut serta menikmati kegembiraan musim panen. Meskipun di daerah lain sudah ada yang melakukan panen dengan sistem diborongkan kepada pembeli padi atau menggunakan mesin pemetik padi, tetapi warga Dusun Kubang tetap mempertahankan sistem bawon agar bisa berbagi hasil panen dengan warga yang tidak memiliki sawah.

Wawancara Elyn Kusuma Mahardika dengan Ketua Kelompok Tani Kubang
Wawancara Elyn Kusuma Mahardika dengan Ketua Kelompok Tani Kubang

Praktik bawon yang dilakukan oleh warga Dusun Kubang tidak sepenuhnya menerapkan protokol kesehatan dengan benar. Memang ada sebagian yang memakai masker, namun dilakukan bukan karena mengikuti protokol kesehatan, tapi untuk melindungi dari debu dan kotoran akibat kegiatan bawon. Dalam hal jaga jarak pun demikian. Sebagian melakukan jaga jarak karena mengikuti alur proses bawon yang terbagi menjadi beberapa sub kegiatan, bukan dalam rangka mencegah penularan covid-19. Menurut Sukirno, tidak diterapkannya protokol kesehatan dengan benar dikarenakan kebanyakan para petani tidak memiliki pengetahuan yang lengkap tentang pandemi covid-19. Beradasarkan survei yang dilakukan oleh Elyn Kusuma Mahardika, diketahui bahwa 10% penduduk Dusun Kubang mengatakan tidak tahu tentang adanya pandemi dan 43% lainnya mengatakan ragu-ragu dengan kebenaran informasi tentang covid-19. Hanya 47% penduduk yang mengetahui tentang pandemi covid-19. Sehingga masih banyak warga yang bersemangat mengikuti kegiatan bawon.

Mayoritas pelaku bawon tidak memakai masker dan tidak menjaga jarak. Mengenai alasan mengapa banyak pelaku bawon tidak memakai masker, jawabannya adalah 7% petani mengatakan tidak tahu bila harus memakai masker, namun 93% petani mengatakan bahwa menggunakan masker dapat mengganggu aktivitas bawon. Memang ada petani yang ikut bawon yang memakai masker, namun alasannya hanya untuk melindungi dari debu atau kotoran sekam padi.

Ada pun alasan para petani yang melakukan bawon tidak menjaga jarak, 80% petani beralasan jaga jarak dapat menyulitkan pekerjaan, 10% beralasan karena tidak tahu adanya keharusan jaga jarak, 3% petani hanya ikut-ikutan tidak jaga jarak, dan 7% lainnya memiliki alasan berbeda. Bahkan warga yang kedapatan sedang batuk atau pilek tidak dilarang untuk ikut kegiatan bawon.

Dengan demikian maka sektor pertanian tidak terdampak oleh pandemi covid-19. Salah satu indikatornya adalah tetap berlangsungnya kegiatan bawon yang merupakan praktik filantropi untuk membantu warga desa yang tidak memiliki lahan pertanian. Mengingat tuntutan kebutuhan pangan merupakan kebutuhan pokok yang tidak dapat ditawar-tawar lagi, maka praktik filantropi ini terus dilaksanakan. Para petani tidak terlalu panik dengan pandemi covid-19, sehingga mereka tetap melaksanakan kegiatan pertaniannya seperti biasa. Nuansa gotong royong tetap terasa meski di tengah pandemi yang tidak kunjung usai.

Memang belum ada juklak atau aturan berupa protokol kesehatan untuk pelaku kegiatan pertanian. Penerapan protokol kesehatan yang berupa memakai masker dan jaga jarak sangat menyulitkan kerja para petani, terutama dalam kegiatan bawon. Seandaianya ada yang sebagian kecil pelaku bawon yang menggunakan masker atau jaga jarak, alasannya pun tidak terkait dengan protokol kesehatan, tetapi karena melindungi dari debu atau kotoran dampak dari penggilingan sekam padi. Bahkan warga yang sedang batuk dan pilek tetap diperbolehkan mengikuti kegiatan bawon dengan alasan kemanusiaan.

Sebenarnya bila dikaitkan dengan protokol kesehatan, para pemilik lahan bisa menggunakan penjualan sistem borong atau menggunakan mesin pemotong padi, sehingga kerumunan orang tidak akan terjadi. Tetapi warga Dusun Kubang tetap mempertahankan tradisi bawon dengan alasan untuk membantu kecukupan pangan warga yang tidak memiliki sawah. Berdasarkan survei diperoleh data bahwa 47% warga optimis praktik bawon tetap akan berjalan meskipun di tengah pandemi, bahkan 53% warga menyatakan sangat optimis. Frekuensi keikutsertaan warga dalam kegiatan bawon sangat berpengaruh terhadap tingkat optimisme akan terus berjalannya praktik filantropi pada tradisi bawon.

Sumber :
Penelitian Elyn Kusuma Mahardika di Dusun Kubang Desa Kalijeruk Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap tahun 2021

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image