Rezeki Jangan Hanya Buru Banyaknya, tapi Juga Berkahnya
Agama | 2021-11-06 15:41:28Ada sebagian manusia yang menganggap bahwa rezeki itu murni dari hasil kerjanya. Ia mengira hasil yang diperoleh tersebut tidak ada campur tangan Allah SWT.
Kisah Qarun di zaman Nabi Musa as bisa menjadi contoh bagaimana manusia yang menafikan campur tangan Allah dalam rezeki yang didapatnya.
Ada pula sebagian lainnya yang memiliki cara pandang yang keliru dalam mengartikan rezeki. Konsep rezeki yang ia pikirkan semata-mata berkaitan dengan materi, uang, dan harta kekayaan.
Padahal pengertian rezeki dalam pandangan Islam memiliki ruang lingkup yang sangat luar. Semua yang datangnya dari Allah dan bermanfaat bagi manusia, itulah yang disebut rezeki.
Oleh karena itu rezeki bisa berupa benda-benda (wujud) bisa pula tidak berwujud (immaterial), misalnya nikmat kesehatan, kelapangan waktu, ketenangan, kebahagiaan, ilmu, dan lain sebagainya.
Rezeki manusia dan seluruh makhluk sudah dijamin oleh Allah Ta'ala. Selama masih bernyawa, maka rezeki akan diturunkan.
Dalam Al-Qur'an Allah berfirman :"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).â (QS Huud: 6).
Maka upaya manusia adalah berusaha menjemput rezeki sesuai dengan aturan Allah Ta'ala. Kegigihan upaya itulah yang kelak akan membuahkan pahala atau dosa. Bila ikhtiar sesuai perintah Allah Ta'ala, maka insya Allah pahala yang akan didapatkan. Namun sebaliknya, jika ikhtiar mencari rezeki dengan melanggar larangan Allah Ta'ala niscaya dosa yang akan didapat.
Nasihat Ali bin Abi Thalib ra.,"Dalam mengejar rezeki janganlah mengejar jumlahnya tapi berkahnya."Sebuah nasihat yang patut kita jadikan renungan. Banyaknya rezeki yang didapat belum tentu berkah. Keberkahan itu bisa diperoleh dengan cara mengikuti aturan Allah Ta'ala. Maka jumlah yang sedikit akan dirasakan berkahnya.
Sebuah tanda keberkahan rezeki salah satunya adalah adanya kemaslahatan bagi banyak orang. Sedikit tetapi dirasakan manfaatnya bagi orang lain.
Sedangkan rezeki yang tidak berkah, sebanyak apapun dikumpulkan, tetap saja ada rasa kekurangannya.
Jadi berkah itu tidak ada kaitannya dengan jumlah (kuantitas), namun ia berhubungan dengan kualitas. Meskipun sedikit tetapi cukup, itulah berkah.
Dalam kehidupan kita sering melihat orang-orang yang super sibuk mencari rezeki, dan mereka pun mendapatkan hasil yang banyak dan berlimpah. Tetapi justru mereka masih merasa kurang harta. Ibarat minum air laut, semakin diminum bukan malah pulih dahaga namun semakin merasa haus.
Perilaku para koruptor termasuk sebagian dari golongan yang mengejar harta secara kuantitas. Akibat gaji yang puluhan juta merasa tidak cukup lalu ambil jalan pintas untuk mencuri uang rakyat.
Nah hendaknya kita dalam memandang rezeki itu dan mengusahakannya setiap hari, kejarlah keberkahanya bukan semata-mata jumlahnya, walaupun dengan banyak rezeki juga bisa mengantar seseorang masuk surga bila ia senang bersedekah/dermawan. (*)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.