Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Agah Nasrullah

Apa itu Analisis Kelayakan Investasi? Berikut Penjelasannya!

Bisnis | Friday, 01 Jul 2022, 14:48 WIB

Kehidupan di masa depan penuh dengan ketidakpastian. Oleh karena itu, perlu adanya format untuk masa depan, khususnya dari perspektif ekonomi. Kehidupan akan terus berjalan walaupun telah mencapai usia historis, yang tergolong usia tidak produktif karena kekuatannya tidak lagi cukup kuat untuk bekerja. Bagaimana Anda bisa memenuhi dan membayar persyaratan gaya hidup di zaman bersejarah jika Anda tidak lagi memiliki persediaan pendapatan?

Perencanaan keuangan atau tujuan ekonomi untuk disatukan untuk kehidupan masa depan yang lebih tinggi. Ada banyak cara yang bisa dilakukan, salah satunya adalah investasi. Namun, untuk melakukan sebuah pendanaan kini tidak boleh sembarangan karena memiliki resiko yang cukup tinggi. Alih-alih mendapatkan harga imbal hasil atau keuntungan yang diinginkan, mereka justru mengalami kerugian karena tidak lagi berhati-hati dalam memilih instrumen pendanaan.

Memahami analisis kelayakan pendanaan

Agar pendanaan dapat menghasilkan harga pengembalian yang diantisipasi di masa depan, pembeli harus terlebih dahulu melakukan analisis kelayakan pendanaan. Evaluasi kelayakan investasi dapat dipahami sebagai gerakan yang diambil untuk mengetahui potensi tantangan pendanaan yang mendasari pemilihan untuk menerima atau menolak investasi. Sebelum mengambil keputusan pendanaan, perlu dilakukan evaluasi kelayakan untuk menghindari investasi pada tugas atau kegiatan yang tidak menguntungkan.

Investasi memiliki cakupan yang sangat luas, di mana pendanaan dapat dilakukan dalam pengadaan barang-barang nyata seperti bangunan atau gedung, kendaraan, peralatan kerja, dan tanah, tetapi juga surat-surat berharga seperti deposito, obligasi, dan saham. Dari sejumlah instrumen tersebut, investasi dibagi menjadi tiga jangka waktu, terutama jangka pendek, menengah dan panjang.

Metode evaluasi kelayakan investasi

Tujuan penting dari pendanaan adalah untuk memperoleh pendapatan atau biaya pengembalian yang berlebihan. Kemampuan ini agar tidak ada investor yang ingin menderita kerugian bahkan kehilangan uang tunai atau modal yang telah diinvestasikan pada instrumen positif. Jadi, agar tidak salah dalam mengambil keputusan pendanaan, trader wajib membiasakan analisis kelayakan pendanaan. Namun, bagaimana?

Kelayakan suatu pendanaan tidak dapat dinilai sepenuhnya berdasarkan asumsi atau keyakinan, namun harus ditelaah secara mendalam dari berbagai aspek. Tanpa pertimbangan yang matang, berinvestasi seperti berbelanja kucing dalam karung. Kapasitas inilah yang tidak lagi disadari sepenuhnya oleh pembeli bahwa dana mereka bermanfaat atau tidak.

Untuk mengkaji kelayakan suatu investasi, setidaknya ada 4 teknik yang dapat digunakan, yaitu:

1. Nilai Sekarang Bersih (NPV)

Kelayakan suatu pendanaan penggunaan teknik Net Present Value (NPV) dinilai dari pendapatan internet yang didapat saat berhenti mengerjakan suatu tantangan atau investasi. Penghasilan internet dihitung dari selisih antara harga pendanaan yang ada dan perkiraan uang internet yang menyimpang dari misi atau pendanaan di masa depan atau dalam periode tertentu. Evaluasi kelayakan pendanaan dengan strategi NPV merupakan teknik kuantitatif yang dapat menunjukkan layak atau tidaknya suatu penugasan atau pendanaan. Perhitungan NPV dirumuskan sebagai berikut:

NPV = PVt – A0

NPV = (PV1 + PV2 + ) – A0

PV = NCF x Faktor diskon

Aspek diskon = 1/(1+r)t

Informasi:

NPV = Nilai Sekarang Bersih

PV = Nilai Sekarang

NCF = aliran uang

A0 = dana yang dikeluarkan pada awal tahun

r = harga modal

t = periode waktu investasi/proyek

Pemilihan investasi dalam pendekatan ini menggunakan asumsi-asumsi berikut:

Jika NPV0 > NPV1, maka pendanaan atau usaha tersebut dipandang tidak layak karena terdapat ancaman kerugian.

Jika NPV0 < NPV1, maka pendanaan atau tugas tersebut dipandang memungkinkan karena dapat dikelola untuk menghasilkan keuntungan.

Jika NPV0 = NPV1, maka pendanaan atau penugasan dianggap tidak layak karena tidak lagi menghasilkan keuntungan.

2. Payback Period (PBP)

Jika NPV mengukur pendanaan dari profitabilitasnya, pendekatan Payback Period mengukur biaya pengembalian investasi. Oleh karena itu, satuan ukuran yang dihasilkan tidak lagi berbentuk saham atau rupiah, melainkan waktu. Jika harga PBP lebih cepat atau lebih pendek dari yang dipersyaratkan, maka kemampuan pendanaan tersebut layak. Sebaliknya, jika biaya PBP lebih lambat atau lebih lama, itu menunjukkan bahwa sekarang tidak bagus untuk investasi. Cara menghitung biaya PBP adalah sebagai berikut.

Jika uang mengalir per tahun adalah jumlah yang sama

PBP = (investasi awal/arus kas) x 1 tahun

Jika uang mengalir per tahun berfluktuasi dalam jumlah

PBP = n + (a – b/c – b) x 1 tahun

Informasi:

n = 12 bulan terakhir di mana jumlah penyimpangan uang tidak lagi mampu menutupi investasi awal

a = jumlah investasi awal

b = jumlah kumulatif aliran uang dalam 12 bulan n

c = jumlah kumulatif aliran uang dalam

Informasi:

IRR = Tingkat Pengembalian Internal

R1 = tingkat aktivitas pertama

R2 = tingkat hobi 2d

PV = Nilai Sekarang

Pengambilan pilihan investasi yang didasarkan sepenuhnya pada pendekatan IRR menggunakan asumsi-asumsi berikut:

Pendanaan dikatakan mungkin jika IRR berikutnya lebih besar dari tingkat hobi yang digunakan.

Suatu pendanaan dikatakan tidak layak jika IRR berikutnya jauh lebih kecil dari tingkat hiburan yang digunakan.

Dengan memeriksa kelayakan suatu investasi, pedagang benar-benar dapat memahami kemungkinan usaha atau investasi, apakah itu bermanfaat atau tidak. Selanjutnya, tindakan berinvestasi dalam usaha yang bermanfaat dapat memberikan prediksi harga pengembalian di masa depan.

Sekian Dari saya Sobat Retizen, Semoga bermanfaat pengetahuan Tentang Investasi. Ketuahui semua Trik dan Tips Keunagan Bisa kalian Kunjungi Blog saya di Vehicle Insurance, Terimakasih.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image