Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mohamad Su'ud

Mencari Sang Pemilik Hati

Curhat | Wednesday, 29 Jun 2022, 11:25 WIB

Sore hari, 2 pekan yang lalu seorang teman akhwat, sebut saja Larasati (bukan nama sebenarnya) menceritakan romantika kehidupan rumah tanggannya di masa lalu. Saya berusaha menjadi pendengar yang baik. Sekalian saya niatkan sebagai referensi diri dan pengayaan pengalaman.

Larasati menjalani rumah tangga dengan sang suami sudah 20 tahun. Dikarunia 3 orang anak. Berbagai ujian, rintangan dialaminya. Mereka dengan kokoh mampu mengatasi. Anak-anaknya tumbuh normal, mereka cerdas dan sedap dipandang.

Ujian datang di tahun ke-16. Sang suami yang dicintainya ada gejala yang tidak seperti biasa. Ternyata dia menjalin kasih dengan perempuan lain. Bukan namanya istri kalau tidak tahu gelagat itu. Larasati merasakannya. Bukan karena ada mata-mata, tapi ada getaran yang tidak seperti biasa.

Orang yang mencintai sepenuh jiwa, akan merasakan getaran orang yang dicintainya. Cinta yang membuat Larasati "gelisah".

Larasati mulai mencari informasi. Ternyata benar apa yang diduga selama ini. Dada Larasati bergoncang, jiwanya kalut, pikiran tidak karuan. Laki-laki yang dicintainya tanpa syarat telah membagi cinta kepada wanita lain. Larasati berusaha komunikasi dengan baik, itu dilakukan berkali-kali. Namun belum mampu membuat sang suami sadar. Bahkan sang suami sering membela diri.

Larasati mencari akal. Demi untuk menyelamatkan rumah tangga, rela mengeluarkan uang hanya untuk mencari jasa "sadap percakapan dan chat". Semua percakapan dan sejenisnya terekam dan tersimpan dalam memory HP larasati. Inilah yang dijadikan sebagai bahan pembuktian dihadapan suami.

Bahkan pernah, lebih dari 3 kali, Larasati secara ksatria menemui sang wanita "penggoda". Larasati marah-marah. bla, bla, bla.

Tiga tahun Larasati mengalami goncangan batin. Namun itu masih tersimpan rapi dalam rahasia hatinya. Sikap Larasati yang frontal dan agresif bukan membuat hatinya tenang, bahkan semakin geliasa, gelisah.

Ilustrasi oleh Kang Ud (DokPri)

Apakah salah yang dilakukan Larasati?

Manusiawi jika wanita cemburu dan itu akan terjadi pada semua istri. Yang dilakukan Larasati sebagai tanggungjawab istri menjaga suami. Namun ada yang terlupakan oelh Larasati. Dia lupa mengetuk Sang Pemilik Hati, yaitu Allah Azza Wajalla. Larasati sadar hal itu.

Mulailah Larasati mengendorkan usaha manusiawi--mengandalkan kekuatan diri. Larasati mulai mendekat Allah swt. Siang malam Larasati bermunajah kepada Sang Kholiq. Memohon kesabaran dan memohon petunjuk serta memohon agar diselamatkan keluarganya dari kerapuhan.

Hati Larasati tenang dan tentram. Ia menyelesaikan dengan hati bukan dengan otot. Menjernihkan dengan kekuatan hati bukan dengan amarah. Jika seorang hamba mengandalkan kekuatannya, maka dia akan terombang-ambing tanpa arah. Namun jika seorang hamba menghampiri dengan memohon belas kasih, maka Allah akan memberikan jalan pertolongan.

Bukankah jiwa dan raga kita dalam genggaman-Nya? Mari renungkan firman-Nya:

اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir.” (QS. Az Zumar: 42)

Singkat cerita, enam bulan berjalan, Allah swt membukakan cahaya dalam kehidupan rumah tangga Larasati. Kini hidupnya kembali normal seperti masa awal-awal berumah tangga.

"Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia". (QS Yasin ayat 82).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image