Makhluk Kecil Mengalahkan Keperkasaan, Wibawa dan Kekuasaan
Agama | 2022-06-29 07:24:48Dia seorang ahli taktik dan siasat perang yang ulung. Di medan tempur ia selalu memenangkan peperangan, disegani kawan, dan ditakuti lawan. Pedangnya nan tajam laksana memiliki mata. Siapapun musuhnya, jika sudah berhadapan dengannya cuma memiliki dua pilihan, menyerah menjadi tawanan perang atau melawan dengan resiko berpisahnya nyawa dengan raga. Seluruh negeri yang ditantangnya selalu menyerah di tangan sang Panglima perkasa nan yang berwibawa.
Sang Panglima tersebut tiada lain adalah Raja Iskandar Zulkarnaen. Dalam catatan sejarah kepemimpinannnya, ia tidak pernah kalah dalam peperangan. Beberapa negara yang menantangnya selalu kalah, tunduk dalam kekuasaannya. Sudah hampir seperdelapan bola bumi ini berada di bawah kekuasaan sang Panglima Perkasa, Raja yang berwibawa ini. Menurut catatan sejarah, kekuasaan sang Raja ini hampir mendekati Anak Benua India.
Namun, tatkala akan menaklukkan anak benua India, ia dikalahkan oleh tentara berukuran kecil yang membawa “pedang” super kecil. Pada suatu malam, ketika ia memimpin pasukan melewati sungai Indus, seekor nyamuk menggigitnya. Akibat gigitan nyamuk tersebut, tak lama kemudian ia menggigil seperti kedinginan, kemudian tubuhnya berubah menjadi demam tinggi. Ternyata nyamuk tersebut membawa benih penyakit malaria yang mematikan.
Dari hari ke hari, demamnya bukan mereda, namun semakin tinggi. Beberapa kali ia mengalami pingsan. Tubuhnya semakin melemah. Berbagai upaya pengobatan yang dilakukan tak menunjukkan hasil yang baik. Tim dokter kerajaan tak bisa berbuat banyak, selain menyerahkan segalanya kepada kekuasaan Allah. Mereka telah berusaha maksimal.
Tiba-tiba sang Raja siuman. Wajahnya terlihat makin pucat, tubuhnya lunglai, namun ia masih dapat bicara meskipun suaranya makin melemah. Ia merasakan kemungkinan besar, malaikat Izrail akan segera menjemputnya. Dengan suara lirih, ia memanggil orang-orang terdekat dan bawahannya. Kemudian, ia bercakap-cakap dengan bawahannya dan memberikan arahan.
“Wahai, para sahabatku. Tubuhku semakin lemah dan semakin tidak enak aku rasakan. Kemungkinan besar ajalku telah dekat.”
Suasana menjadi hening ketika mendengar kata-kata sang Raja Perkasa tersebut. Beberapa orang bawahan raja berupaya memberikan semangat hidup kepada Sang Raja. Namun, ia seolah-olah sudah tidak mau mendengarkannya. Padahal selama menjadi pemimpin, ia selalu mendengarkan pendapat dan masukan dari bawahannya.
“Kalau nanti aku meninggal dunia, setelah jenazahku selesai dimandikan, dikafani, dan disalatkan, masukkanlah aku ke dalam keranda yang terbuka, tempatkan di atas kereta jenazah yang terbuka agar semua orang dapat melihat jenazahku. Araklah kereta jenazah tersebut untuk kembali ke Makedonia.”
Dengan suara yang parau ia melanjutkan kata-katanya “Keretanya jangan dipacu terlalu cepat agar bangsa-bangsa yang pernah aku taklukkan dapat melihat jenazahku. Agar mereka mengetahui dan menyadari, keperkasaan dan kegagahanku ternyata dikalahkan makhluk kecil yang tak berpedang tajam. Jabatan tinggi, kedudukan, dan hartaku tak bisa menghalangi kedatangan malaikat Izrail. Harta yang banyak, jabatan tinggi, kursi empuk kerajaan, pakaian kebesaranku tak mengikutiku. Hanya beberapa helai kain kafan saja yang mengikutiku.”
Suaranya semakin melemah dan nafasnya terengah-engah. Ia menatap orang-orang di sekelilingnya sambal berbicara dengan suara yang semakin lemah.
”Keluarga, harta, para pengawal, dan bawahan tak akan ada yang mengikutiku ke dalam kuburan. Mereka hanya mengantarkanku sampai di atas pusara. Sekali lagi, arak jenazahku agar para penguasa, para raja, dan para panglima penggantiku kelak, tidak sombong dengan kekuasaan yang mereka miliki. Aku berharap, semua orang mengambil pelajaran, ternyata kebesaran, keagungan, kewibawaan, dan keperkasaan ujung akhirnya adalah kematian, dan manusia tidak berdaya untuk lari darinya.”
Perjalanan hidup dari Sang Raja tersebut merupakan ibrah, betapa diri kita ini begitu lemah. Keperkasaan, kewibawaan, dan jabatan, ternyata tak memiliki makna apa-apa di hadapan kekuasaan Allah. Ia Maha Kuasa untuk mengalahkan seluruh makhluk-Nya. Tak perlu dengan pasukan yang banyak, cukup dengan seekor nyamuk. Satu kali gigitannya yang dianggap tak seberapa namun sangat fatal, menyebabkan kematian. Padahal ketika sang nyamuk menggigit tak nampak lumuran darah yang keluar, selain sebuah bintik kecil.
Kalau kita merenung sejenak, gigitan nyamuk yang menerpa sang raja mengingatkan kita kepada situasi dua tahun ke belakang. Virus kecil yang menjadi penyebab timbulnya wabah Covid-19 telah menyebabkan hampir seluruh penduduk di dunia ini ketakutan dan tak berdaya menghadapinya.
Hampir semua lini kehidupan terasa lumpuh. Tatanan pembangunan di berbagai negara di dunia yang telah dilaksanakan bertahun-tahun nyaris lumpuh akibat serangan wabah akibat dari makhluk kecil yang tak nampak dengan mata telanjang. Milyaran bahkan trilyunan uang di seluruh dunia dikerahkan untuk mencari obat penawarnya. Meskipun hari ini serangan Covid-19 sudah mulai mereda, belum ada kepastian penemuan obat penawar yang benar-benar jitu.
Seperti halnya sang raja tadi, kita harus semakin menyadari akan kelemahan kita. Tak perlu bersikap pongah dengan harta, jabatan, kekuasaan, dan keperkasaan yang kita miliki. Sebab, ternyata semua yang kita miliki masih bisa terkalahkan dengan makhluk Allah yang super kecil, terlebih-lebih untuk dipakai menolak kedatangan malaikat Izrail.
Sikap terbaik yang harus selalu kita tanamkan di hati kita dalam situasi dan kondisi apapun adalah kesadran, kita tak memiliki kekuatan dan kekuasaan apapun, kecuali atas pertolongan-Nya. Pun kita harus semakin menyadari, ujung dari kehidupan kita adalah kematian yang tak dapat kita tolak keadatangannya.
“Dimanapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kokoh.“ (Q. S. An-Nisa : 78).
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.