Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image ariyey

Kenapa Sih Drama Korea Lebih Diminati Oleh Generasi Milenial?

Gaya Hidup | Sunday, 26 Jun 2022, 21:38 WIB
cuplikan drama korea start-up

“Kayaknya lo udah gila karena kebanyakan nonton drakor deh.”

Ucap kebanyakan orang yang tidak tahu menahu tentang drama Korea (singkatnya drakor). Faktanya, kita justru nonton drakor biar nggak jadi gila.

Coba deh, di zaman sekarang, siapa sih di antara generasi milenial yang nggak nonton drakor? Walaupun masih ada beberapa orang yang nggak nonton drakor, tapi dibandingkan dengan mereka yang nonton drakor pasti akan kalah saing.

Drama Korea menjadi salah satu objek hiburan yang paling maju dan terdepan di antara industri hiburan di Asia. Tidak hanya menampilkan visual pemainnya yang kece dan love story yang gemes abis, tapi banyak drakor yang menampilkan banyak nilai-nilai di kehidupan loh. Nggak cuma itu aja sih, saat ini drama Korea juga menyajikan ilmu-ilmu yang dapat menginspirasi golongan muda seperti drakor yang tayang pada 2020 lalu berjudul Start-Up. Drama ini tidak hanya berfokus pada love-story aja nih, tapi juga menghadirkan banyak banget ilmu tentang cara mengembangkan start-up di dunia bisnis. Nggak heran drama ini menjadi trending topik setiap jadwal penayangannya tiba.

Ketenaran drama Korea ini juga didukung dengan sinematografinya yang sangat maju nih, Kawan. Lihat saja beberapa drama Korea yang bertema sains, zombie, atau perang. Tampilan sinematografinya benar-benar keren meskipun mereka menggunakan efek CGI atau green screen. Nggak kalah saing deh sama film-film Barat.

Selain kualitasnya yang nggak kaleng-kaleng, kenapa sih drama Korea lebih diminati sama generasi milenial di Indonesia?

Tiada lain tiada bukan karena tayangan acara di Indonesia sendiri kurang berkualitas dan tidak sesuai dengan selera para millennials. Lihat saja beberapa tayangan di Indonesia yang hanya menyajikan adegan kekerasan di sekolah, adegan perselingkuhan rumah tangga yang kacau, bahkan adegan pembalasan dosa/azab yang sering tidak masuk akal. Ditambah lagi, pernah terjadi adegan penjiplakan story-line yang sama sekali tidak diadaptasi dengan budaya Indonesia. Bukannya malah mendidik, tayangan-tayangan ini malah membuat kondisi penonton makin terpuruk karena pengaruh negatif yang diterima dari tayangan tersebut.

Mari kita ambil salah satu contoh. Misalnya seorang anak yang masih remaja menonton sebuah adegan kebut-kebutan di jalanan. Wajarnya seorang remaja yang memiliki keinginan untuk mencoba banyak hal, ia pasti tidak akan ragu untuk mempraktekkan apa yang ia lihat. Dalam tayangan tersebut, adegan kebut-kebutan mungkin terlihat baik-baik saja, akan tetapi bagaimana jika hal ini dibawa ke dunia nyata? Tentu saja hasilnya berbeda. Remaja tersebut mungkin tidak tahu bahwa hal tersebut sangatlah berbahaya. Ia hanya melihat ke dalam televisi dan menganggap bahwa hal itu aman dilakukan. Hal ini sama dengan seseorang yang melihat adegan kekerasan dalam televisi lalu mempraktekannya dalam dunia nyata.

Terus ada lagi nih. Seperti yang sudah disebut sebelumnya, salah satu tayangan di Indonesia pernah menjiplak adegan dari drama Korea yang saat itu sedang trending. Benar-benar menjiplak loh, pakaiannya aja sama persis. Padahal jika ingin menciptakan adegan yang memiliki nuansa dengan drama Korea tersebut, setidaknya kan bisa diadaptasi sesuai dengan kemampuan dan ketersediaan tim produksi, tapi ya sudahlah toh sudah terjadi. Tanpa dihindari tentu saja tayangan yang menjiplak ini mendapat hujatan dari netizen, terutama netizen Indonesia sendiri. Banyak yang merasa malu atas apa yang terjadi. Adanya kejadian ini malah menambah kesadaran para milenial bahwa tidak menonton tayangan Indonesia merupakan pilihan yang tepat.

Kurang lebih begitulah beberapa alasan mengapa drama Korea lebih banyak diminati daripada tayangan di Indonesia. Jika di kemudian hari ada yang menyalahkan generasi millennials karena tidak mau menonton tayangan dalam negeri, seharusnya mereka juga melihat bagaimana kondisi hiburan tanah air ini. Generasi milenials saat ini tentu saja lebih selektif dalam memilih apa yang ingin mereka lihat. Jadi, apabila tayangan Indonesia ingin maju, setidaknya para pembuat tayangan di tanah air ini dapat melakukan inovasi dan mengembangkan dunia hiburan menjadi lebih maju. Bahkan, akan lebih baik jika mampu menyaingi tayangan luar negeri. Tentunya para milenials tidak akan merasa ragu untuk menontonnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image