Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Firja

Peran Agama Terhadap Perilaku Generasi Milenial Menyikapi Globalisasi

Edukasi | Sunday, 26 Jun 2022, 19:08 WIB

Dinamis menjadi salah satu sifat yang senantiasa mengiringi masyarakat ke arah perubahan dan perkembangan. Kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari adanya perubahan sosial yang terjadi dalam tatanan masyarakat. Semakin kompleks manusia, maka semakin berkembang segala sesuatu yang ada dalam diri manusia. Sebagai mahkluk yang selalu berusaha untuk menyempurnakan dirinya, manusia selalu melakukan perubahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya agar tetap survive di tengah manusia lain (Marius, 2006). Sifat kedinamisan tersebut lah yang menjadi akar dari perubahan sosial dan globalisasi yang terjadi di Indonesia.

Pemuda milenial disini sebagai salah satu subjek dari perubahan tersebut, kelompok masyarakat inilah yang paling dipengaruhi oleh adanya perubahan sosial. Tak jarang, perubahan tatanan dan kebudayaan di lingkup masyarakat dimulai dari perubahan yang diciptakan oleh para generasi muda. Seorang pemuda didefinisikan sebagai sosok individu yang mempunyai karakter khas yang sesifik, yaitu optimis, revolusioner, dan cenderung memiliki pikiran progresif (Muqsith, 2019). Atas karakter tersebut, bukan menjadi suatu hal baru apabila mereka menjadi salah satu kelompok masyarakat yang memicu adanya perubahan. Atas pikiran yang cenderung ke arah progresif, para pemuda cenderung ingin menyesuaikan kehidupan sosial mereka dengan meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dengan berkiblat pada taraf hidup orang barat.

Cara seorang pemuda menyerap budaya yang kurang sesuai dengan Indonesia menunjukkan adanya dampak negatif yang berporos pada globalisasi yang terjadi. Atas fenomena tersebut, budaya tidak lagi bisa dijadikan pegangan bagi pemuda untuk memilah mana yang sekiranya mampu dipertahankan dan mana yang sekiranya bertolak belakang dengan moral sebuah bangsa. Dengan krisis sosial yang terjadi, agama megambil peran dalam pemuda dan masyarkat sebagai filter terakhir yang harus dipegang oleh para pemuda. Ketika budaya bangsa sudah bergeser ke arah yang nyaris dilupakan, maka agama menjadi satu-satunya hal yang dapat dijadikan pedoman seorang pemuda dalam menghadapi perubahan sosial-budaya atas fenomena globalisasi yang terjadi.

Globalisasi sebagai pintu masuk atas kebudayaan luar sudah menjadi hal biasa pada remaja ini. Kebudayaan yang masuk ke Indonesia tidak terbatas pada wilayah dan aspek tertentu. Seperti yang kita ketahui bersama, remaja ini kehidupan para pemuda sebagai tonggak generasi bangsa terus mengalami keprihatinan yang sangat kompleks (Sahrodi, 2017). Berkembangnya pemikiran bahwa mengikuti budaya luar adalah sebuah tren yang harus diikuti oleh para pemuda menggiring perilaku mereka ke arah yang kurang sesuai dengan budaya sendiri. Kondisi tersebut biasanya tercermin dari sikap para pemuda yang pada dasarnya berada pada usia potensial. Atas semangat yang ada dalam dirinya, mereka dengan clueless-nya menerapkan hal-hal yang tidak seusai dengan budaya kita ke dalam tatanan hidup dalam bermasyarkat. Salah satu konsep yang berkembang di pemuda pada saat ini adalah sekulerisme dimana terjadi pemisahan aspek-aspek rohani dalam kehidupan bermasyarakat.

Pemisahan kebudayaan dengan unsur-unsur agama tidak akan membawa kehidupan manusia ke arah yang lebih baik. Sekularisasi kebudayaan merupakan transformasi pada pikiran manusia yang tidak lagi menjadikan agama sebagai kerangka acuan dalam berperilaku (Pangestutiani, 2020). Gagasan tersebut berimplikasi pada pemisahakan aspek-aspek kehidupan di dunia dengan konsep agama. Kondisi tersebut berpengaruh pada cara menyikapi dunia dan perubahannya dengan sudut yang berbeda. Dengan pergeseran budaya tersebut, pemuda mengalami hilang kontrol atas perubahan-perubahan yang terjadi. Ketidakmungkinan para pemuda mengandalkan budayanya saja cenderung memperlihatkan kondisi sosial yang semakin mengalami krisis identitas. Oleh karena itu, ditambah dengan pemahaman sekularisme yang berkembang di kalangan pemuda, maka akan menimbulkan pertanyaan besar mengenai pegangan apa yang harus digunakan para pemuda dalam menyikapi perubahan sosial yang terjadi.

Atas paparan persoalan diatas, dapat kita lihat bahwa fenomena globalisasi yang dibarengi dengan pemahaman sekularisme dalam kehidupan pemuda milenial tidak akan bermuara pada sesuatu yang baik. Kehilangan kontrol dan pegangan atas perubahan yang terjadi tidak akan membawa Indonesia ke ranah yang lebih baik. Oleh karena itu, dalam kondisi seperti ini agama mengambil peran penting dalam mempengaruhi pemikiran pemuda milenial. Dengan meletakkan nilai-nilai kegamaan didalamnya, diharapkan setiap pemuda memiliki dasar pemikiran dan filter yang kuat dalam menyikapi dampak globalisasi yang terjadi.

Seiring dengan proses interaksi sosial yang berkesinambungan dengan menerapkan norma-norma agama, maka diharapkan para pemuda dapat melihat mana budaya yang baik bagi diri sendiri dan kaumnya, mana yang sekiranya kurang berkenan apabila diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Dengan pemahaman tersebut, maka pemuda milenial dapat dengan sendirinya memfilter budaya yang harus diikuti demi mengembangkan dirinya menjadi pribadi yang kritis, progresif, dan berguna di lingkungannya. Berbeda ketika tidak ada dasar peletakkan agama yang kuat di dalam diri mereka, maka yang tercipta adalah keserakahan dan kekacauan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image