Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image dhul ikhsan

Jakarta Punya Menara Miring Seperti Pisa di Italia

Wisata | Sunday, 26 Jun 2022, 17:32 WIB

Jakarta memiliki segudang hidden heritage yang bisa dikunjungi. Salah satunya landmark berupa menara dengan posisi miring layaknya Menara Pisa di Italia.

Ngomong-ngomong tentang Menara Pisa, nama lain dari Torre di Pisa tersebut miring karena bangunannya berdiri di atas kontur tanah yang tidak padat. Yah, kurang-lebih sama dengan yang ada di Italia, menara miring yang terdapat di utara Jakarta ini juga berdiri di lokasi tanah yang kurang-lebih sama tak padatnya.

Berada di daerah pesisir membuat bangunan tersebut rawan mengalami kemiringan. Begitupun bangunan ini termasuk bangunan tua. Kalian akan merasakan sensasi bergoyang ketika berada di atas menara, karena truk dan kendaraan berat yang lewat di depan jalannya.

Namanya Menara Syahbandar Jakarta. Bangunannya berdiri setinggi 12 meter, dengan ukuran 4x8 meter. Cagar budaya peninggalan kolonial Belanda ini dibangun pada tahun 1839. Saat Pelabuhan Sunda Kelapa tengah di masa jayanya, menara ini berfungsi memantau kapal yang keluar-masuk Batavia sekaligus sebagai kantor pemungut cukai bagi barang-barang bongkaran pelabuhan.

Penampakan menara miring, Menara Syahbandar Jakarta, mirip Pisa di Italia. Dokpri

Datang berkunjung ke bangunan yang juga dikenal sebagai Uitkijk Post (baca: etkeik pos) ini, seakan kembali ke zaman kolonial Belanda. Di seberang jalannya terdapat kantor Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang masih berdiri tegak. Masih satu kawasan dengan Menara Miring Syahbandar, terdapat gudang yang memanjang untuk menyimpan, memilah, dan mengepak hasil rempah-rempah yang terkumpul dari berbagai belahan bumi nusantara. Lalu kalau berjalan agak ke utara sedikit, kalian akan menemukan Masjid Luar Batang yang terkenal.

Sensasi Bergoyang di Menara Syahbandar

Menara Syahbandar terletak persis di depan Jalan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara. Jalanan tersebut hanya muat untuk dua kendaraan besar. Tidak jarang truk-truk besar seperti pengangkut kontainer berlalu-lalang melewatinya untuk sampai ke Pelabuhan Tanjung Priok. Kalau sedang lewat, pengendara lain mesti berhati-hati agar tidak tersenggol. Begitupun pejalan kaki harus merasakan debu-debu berterbangan, dan jalanan sedikit berguncang.

Lukisan Menara Syahbandar Jakarta zaman kolonial. Dokpri

Guncangan itu juga terasa hingga ke atas Menara Syahbandar di lantai 7-nya. Yup, Menara yang telah menjadi cagar budaya itu memiliki 7 lantai. Saat berdiri di atasnya kalian dapat melihat pantai disebelah utara daratannya. Di sana kalian dapat menyaksikan proses pembangunan kota yang terus bergeliat.

Di sebelah selatannya kalian dapat menyaksikan jalan pasar ikan dengan bangunan tua kantor VOC yang masih tampak terawat. Pada sisi bagian selatan inilah kalian bisa ikut merasakan sensasi seru goyangan akibat lewatnya truk-truk kontainer. Seakan-akan, lantai ketujuh menara tersebut berubah menjadi ombak di lautan. Belum lagi badan kita ikut miring ke bawah. Selain berombak-ombak, kalian juga seperti merasa hendak jatuh ke bawah tanah.

Bekas gedung kantor VOC masih terawat hingga kini. Dokpri

Sensasi seru di atas lantai teratas Menara Syahbandar ikut diperkuat dengan adanya hembusan angin dari arah lautan. Hembusannya cukup kuat sehingga para pengunjung serasa diajak menepi ke jendela bagian selatan. Jika ingin mencari foto terbaik lantai teratasnya, jendela utara menara memiliki latar yang bagus dengan pemandangan lautnya. Jika ingin merasakan sensasi goyangan seru, jendela bagian selatan jawabannya.

Hidden Heritage Utara Jakarta

Puncak Jakarta Hajatan tidak saja diisi dengan hingar-bingar pentas tari dan musik. Beberapa diantaranya diisi dengan membuka kembali ingatan anak bangsa terhadap Jakarta di masa lampau. Bentuk kegiatannya bedah buku dan kunjungan wisata ke beberapa lokasi gudang-gudang zaman kolonial.

Aktivitas menjelajah gudang-gudang zaman kolonial di Batavia. Sumber : Komunitas Indonesia Hidden Heritage

Kegiatan ini saya temui ketika beberapa pekan sebelumnya produk internet milik Telkom Group turut mengantarkan informasi kegiatan tersebut ke nomor Whatsapp saya. Tanpa pikir panjang, saya pun langsung mengisi daftar hadir untuk menjelajah hidden heritage milik kota Jakarta.

Tak lupa saya bagikan informasi ini kepada teman-teman beraktivitas. Ada yang menerimanya melalui jaringan internet lain, dan ada pula yang dibantu oleh jaringan internet rumah IndiHome.

Internetnya Indonesia menyatukan Indonesia adalah slogan yang tepat dimana hidden heritage milik Jakarta diperkenalkan melalui informasi kegiatan bersama yang berdaya guna. Maka, maksimalkan potensi internet rumah kita dengan aktivitas tanpa batas.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image