Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Riva Sahri Ramdani, SE., S.Pd.

Ada Apa Dengan Diriku?

Sastra | Friday, 24 Jun 2022, 16:09 WIB

Cerpen karya Nizma Anbya Rahma

@nizmanbya_

foto: republika

Delora Naditya Wijaya, seorang gadis berumur 17 tahun yang kebiasaannya hanya suka menulis diary. Gadis ini mempunyai paras yang sangat cantik, wajah tirus, kulitnya yang terbilang putih itu cocok untuk dirinya yang sering disebut sebagai putri Cinderella oleh orang terdekatnya, ia juga cerdas tapi tak secerdas dan sepintar saudaranya Anelya Tifani, Anelya selalu dibangga-banggakan dan disayangi oleh Mamanya, yah meskipun bukan Mama kandung bagi Delora dan kakak laki-lakinya.

Sayang sekali, Mamanya tak pernah memberi kasih sayang bahkan bangga padanya layaknya orang tua di luar.

Bahkan, Delora selalu berpikir bagaimana caranya agar Mamanya bangga pada dirinya. Ia selalu dibenci dan dimaki oleh Mamanya, dan dibalik sisi itu Delora selalu dilindungi oleh kakak laki-lakinya Genta Aroni Wijaya, kakaknya selalu ada disisinya. Entah sebenci apa Mamanya pada dirinya, ia pun tak tahu, salah dirinya dimana? Dan hanya gara-gara dia tak pintar seperti Anelya kah?, ada apa dengan diriku Tuhan?.

-o0o-

Pagi pukul 06:00.

Cahaya pagi menampar wajah mulus Delora, ia segera mengambil posisi duduk dan mulai mengumpulkan helaian rambutnya lalu mengikatnya dengan ikat rambut berwarna abu seperti piyama abu bergambar koala yang ia kenakan saat ini. Delora pergi mengambil seragamnya dan masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

“Lora..” panggil seseorang dari belakang pintu seraya mengetuk pintu. Ia tebak pasti Genta yang akan mengajaknya untuk sarapan pagi.

“Iya Gen, gue lagi pake sepatu nih!” ucap Delora teriak sambil menalikan sepatunya terburu-buru.

“Gue tunggu dibawah ya” ujar Genta-kakak laki-lakinya, lalu meninggalkan kamar adiknya.

Delora segera menuruni anak tangga sambil menenteng tas sekolahnya. Delora melihat keluarganya sudah berkumpul di ruang makan, ia duduk disebelah Genta dan menyiapkan makanannya.

Ia sekilas melirik Anelya yang duduk di samping Mamanya yang begitu dekat seraya terus memuji Anelya yang menyandang status sebagai adik tirinya. Lalu, Delora mengalihkan pandangannya karena tak mau iri pada Anelya, tanpa sadar tangan kekar milik Genta mengelus punggung Delora dengan lembut yang membuat dirinya tenang jika bersama Genta.

“Anel berangkat bareng Kak Genta sama Lora ya ma?” pinta Anelya pada Shafira, Mamanya. Shafira menatap tak suka pada Delora dan Genta.

“Gak! kamu berangkat sama pak Makmur saja, gak usah ikut sama mereka” tolak Shafira membenarkan rambutnya, Delora tersenyum miring pada Anelya, ini yang tak disukai oleh Delora.

“Makanya, gak usah so-soan pengen berangkat bareng gue sama kak Genta, udah tau di gak bolehin sama Mama lo.” Delora membawa tasnya dan pergi meninggalkan ruang makan karena tak nafsu melihat dua orang itu.

-o0o-

Sesampainya di sekolah, Delora menghampiri Naya yang sedang menunggunya di koridor kelas, Genta dengannya beda kelas ia menduduki kelas XI-Ipa dan Genta XII-Ips.

“Hai Lora!” sapa teman sebangkunya yaitu Naya.

“Hai Nay!” jawab Delora pada Naya.

“Nanti istirahat kita ke kantin soalnya ada menu baru di kantin tau!” seru Naya memukul-mukul meja.

“Wah.. kayaknya enak deh, pokoknya kita harus lebih awal kesana Nay” seru Delora dan diangguki Naya.

“Eh bu Mia udah dating aja sih, padahalkan masih pagi. Lo udah ngerjain tugas fisika yang minggu kemarin?” tanya Naya dengan nada kesal.

“Udah lah, gue semaleman ngerjain tuh tugas haha..” jawabnya sambal tertawa.

Jam pelajaran pun dimulai, pagi ini ia harus memperhatikan bu Mia si guru killer kimia di sekolahnya.

Sepulang sekolah ia menunggu Genta keluar dari kelasnya, mereka berdua selalu meninggalkan Anelya dari sekolah, karena Anelya tidak di perbolehkan berangkat dengan mereka. Genta melihat adiknya sudah menunggu di parkiran, ia segera berlari menghampiri adiknya, dan pergi meninggalakn sekolah menggunakan motor kesayangan Genta.

-o0o-

Setelah sampai di rumah, ia melangkah masuk ke dalam rumah besar sambal melihat sekeliling karena rumahnya sangat sepi, ia segera pergi ke kamar dan mengganti baju seragamnya menggunakan baju setelan yang selalu ia pakai di rumah, ia mulai mengambil buku diarynya karena sudah menjadi jadwalnya untuk menulis. Lalu, Delora mulai mengeluarkan isi hatinya hari ini.

Catatan Hari ini, 9 April 2019 pukul 13:55.

Ya Tuhan... Lora capek hari ini, kenapa mama selalu nyakitin hati Lora ya lora capek gini terus... lora selalu aja disbanding-bandingin, kalo aja Bunda ga pergi waktu itu pasti lora sama kak genta baik-baik aja sekarang.

Bunda lora rindu .

Flashback on

Seorang gadis berumur 14 tahun dengan mata cantik dan indah menghampiri Papanya yang sedang tak henti menangis, Delora memegang tangan Adi yang bergetar hebat.

“Papah kenapa? Papah kok nangis?” ucap khawatir Delora, Adi langsung memeluk anak gadisnya erat.

“Lora , ikhlasin Bunda ya nak?” ujar Adi masih menangis. Delora tak paham apa yang Papanya maksud.

“Bunda udah ninggalin kita untuk selama-lamanya Lora, maafkan Papa” ujarnya kembali seraya melepaskan pelukannya.

“Bunda kenapa Pa?” tanya gadis pemilik mata cantik itu berkaca-kaca.

“Bunda meninggal karena kanker otak stadium 4 Lora” jawab pelan Adi seadanya.

“Kenapa Bunda ngerahasiain ini semua dari Lora Pah? Kenapa?!” teriak Delora tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Papanya.

“Ikhlasin Bunda Lora , Tuhan lebih sayang Bunda Nak” Adi berusaha menenangkan Anak gadisnya.

“Kenapa Bunda pergi ” gumamnya sambal menangis.

Flashback off

Genta melihat adiknya mulai menulis diary pasti Delora akan menangis jika sudah menulis diary nya, Genta mendekati Delora dan mendengar isakan gadis itu Genta membawa Delora kepelukannya dan membiarkan adiknya mengeluarkan bebannya.

“Gen, gue capek gini mulu kapan ya Mama gak benci sama kita?” ucap pelan Delora memeluk erat Genta.

“Lo gak sendiri Lora, ada gue disini yang selalu ada buat lo” ujar Genta menenangkan Delora dan menghapus air mata adiknya dengan ibu jarinya.

“Emm bagus yaa, di kamar berduaan sambil nangis!” bentak Shafira yang sudah berdiri di ambang pintu kamar Delora. Mereka berdua pun menoleh bersamaan mendengar suara kencang itu.

“Apasi Ma! Tiap hari selalu aja marahin Genta sama Lora! Mama ga cape gitu marahin Lora? terus banding-bandingin Lora sama Anel” ucap keras Delora terisak-isak.

“Ohh.. mulai berani ngebentak Mama juga ya kamu Lora!” ujar Shafira mendekat lalu mendorong Delora keras, “Lora!” kaget Genta segera menolong adiknya.

“Iya!! Saya benci liat kalian berdua Delora Genta, kamu ga sepinter anak saya, Anel selalu buat saya bangga! Kamu tahu itu hah?!, saya malu punya anak kayak kalian!” maki Shafira seraya menunjuk Delora. Delora mengepal tangannya kuat mendengar cacian dari Mamanya.

“Andai kamu ga nikah sama papah Lora Shafira!, hidup Lora sama Genta gak akan gini kalo ga ada kamu Shafira! Lora sakit! Sakit hati!, puas kamu?!” ucap lantang Delora karena tak kuat dengan hatinya.

“Shafira apa-apaan kamu!!” suara bariton muncul dari balik pintu Adi-papanya, ia muncul dgn amarah melihat anak gadisnya terduduk menahan sakit dipunggungnya yang didorong oleh istrinya, Adi memopong tubuh kecil Delora untuk berdiri, Adi mengepal tangannya kuat

“Dia ga sopan ke aku, mas!” ucap Tifani dengan nada keras.

“Terus kenapa kamu harus dorong dia, kamu bisa bilang dia secara baik baik kan?” geram Adi menasihati istrinya.

“Udah lah mas aku males denger nasihat kamu!” Shafira pergi meninggalkan kamar Delora.

“Kamu ga papa sayang?” tanya Adi pada anaknya sambil mengusap lemput rambut gadis itu.

“A-aku gak papa kok, Pa.” Delora mengusap air matanya yang terus turun membasahi pipinya. Delora menatap Adi.

Lora sakit pah , batin Delora.

-o0o-

Malam hari pukul 19:17.

“Genta, Papa kemana?” tanya Delora duduk disamping Genta yang sedang berkutik dengan handphonenya.

“Papa pergi ke kantor katanya sih mau pulang jam dua belas” jawab Genta memainkan jari mungil Delora, Delora menyandarkan kepalanya ke bahu Genta.

“gue kangen bunda Gen ” ucap Delora menatap dalam Genta. Tiba-tiba pembantu rumahnya datang di ambang pintu dengan penuh hormat.

“Den Genta sama Non Lora makan malam dulu.” ujarnya dan kembali keluar dari kamar Genta.

“Iya bi, Genta nanti kebawah” jawabnya pada pembantunya. Pembantunya pun pergi meninggalkan kamar Genta.

“Gue bawa makan dulu, lo tunggu disini” pamit Genta dan diangguki Delora.

Genta kembali datang dengan piring di tangannya, lalu dia duduk kembali di samping Delora seperti tadi.

“Lo makan dulu nih, sama gue suapin” ucapnya sambal menyuapi Delora.

-o0o-

Delora terduduk diam seraya mengemil snack yang ada di pangkuannya begitupun dengan Genta yang sedang asyik bermain game online di handphonenya.

“Mama kemana Nel?” tanya Delora pada Anelya yang sedang memainkan rubik.

“Mama tadi keluar ga tau kemana, katanya sih mau ke temen nya” jawab Anelya antusias karena baru kalu ini Delora bertanya padanya, Delora mengangguk mengerti.

Adi menuruni anak tangga seraya melihat anak-anaknya sedang berkumpul, Adi berniat pergi ke kantor karena ada urusan mendadak dari kantornya.

“Hai Papa!” sapa Anelya melambaikan tangannya dan di senyumi Adi, Delora menoleh bersamaan dengan Genta melihat Adi berjalan menuju arahnya.

“Kalian mau nitip apa ke Papa?” tawar Adi.

“Anel mau es krim chocolate aja, Lora sama kak Genta mau apa?” tanya Anelya.

“Genta mau ramen, lo mau apa Lora?” Genta menoleh pada adiknya.

“Lora minta aja ke Genta” ucap Delora seraya menatap malas Papanya.

“Yaudah Papa pergi dulu ya, nanti kalo ada Mama kasih tau kalo papa pergi ke kantor.” Kata Adi pada anak-anaknya dan di angguki Anelya dan Genta, Delora tidak menganggukinya karena ia selalu malas jika mendengar kata “Mama”.

Dirinya iri melihat anak seperti umurannya disemangati jika ingin pergi sekolah, ia juga iri melihat anak seumurannya di sayangi dan di banggai oleh Mamanya, karena Delora tidak merasakan itu.

Jadi, Delora benci jika mendengar kata Mama, Delora pastikan Mamanya akan bangga dengan Adanya Dirinya.

-o0o-

Prang!!

Delora tidak sengaja menyenggol guci ketika ingin membawa buku pelajarannya yang terdapat di pinggir jendela dan membuatnya terjatuh. Untung saja Shafira sedang tidak berada di rumah.

Delora membereskan kepingan guci dan tak sengaja kepingan guci itu tergores pada telapak tangannya.

“Aww...” ringis Delora melirik tangannya yang banyak mengeluarkan darah.

Perlahan tangan Delora dengan telaten mengobati tangannya yang terluka sambil meringis karena perih. Delora mulai membereskan obat-obat yang ia pakai tadi.

Pukul 23.41.

Delora masih berkutat dengan buku mata pelajarannya, meskipun matanya memaksa untuk menghentikan belajarnya, tetapi Delora memaksakannya untuk tidak tidur terlebih dahulu, karena hari esok ia harus mendapatkan nilai di atas KKM.

“Ya tuhan, Lora udah ngantuk tapi Lora harus belajar buat ulangan besok” ucap Delora dengan tangannya yang terus membolak-balikkan halaman buku.

“Semangat Lora!, kamu bisa ngalahin Anel, kamu tuh bisa pintar kaya Anel, masa seorang Delora Naditya kalah sih” ujarnya semangat dan melanjutkan kegiatan belajarnya.

-o0o-

Kini Delora dan keluarganya sedang sarapan pagi sebelum melakukan tugasnya masing-masing. Delora menyuapkan nasi goreng ke dalm mulutnya.

“Kalian cepet-cepet berangkat bentar lagi jam 7 nanti kesiangan” suruh Papa menunjuk arloji yang menempel di tangannya.

Delora, Genta dan Anelya pergi menuju luar rumah untuk pergi ke sekolah.

Sesampainya di sekolah aku bergegas memasuki kelas karena ulangan akan dimulai lima menit lagi.

“Baik anak-anak hari ini kita akan melaksanakan ulangan akhir semester, Ibu harap nilai kalian tidak kurang dari KKM” ucap lembut Bu guru pada murid-murid dikelasnya. Bu guru membagikan kertas ujian, hari ini mata pelajaran di kelasnya ialah Matematika.

Semoga Lora bisa dapat nilai tinggi dalam pelajaran ini, batin Vania.

“Waktu Ujian 1 jam dari sekarang” Bu guru memberi aba-aba, semua murid mengerjakan soalnya masing-masing.

1 jam kemudian.

Delora menghela nafas berat karena telah menyelesaikan ulangan tadi. Ia melihat Naya yang terdiam dari tadi “Kenapa Nay?” tanya Delora pada Naya, Naya menoleh menatapnya.

“Gue takut nilai gue di bawah KKM, nanti Mama gue bisa marah” ujar pelan Naya.

“Gapapa, kita kan sama-sama belajar jadi gapapa kalo nilai kita kecil, yang penting hasil usaha sendiri” ucap Delora memberi semangat Naya.

“Makasi ya Lora, lo selalu semangatin gue kalo lagi ga baik-baik aja” Naya memeluk Delora, ia pun membalas pelukan Naya.

-o0o-

Sesampainya di rumah, ia segera pergi ke kamar untuk mengganti pakaian seragam yang ia pakai. Delora mendudukkan tubuhnya di kursi meja belajar, ia baru saja ingat kalau dirinya belum menulis diary.

Delora tertawa kecil ketika melihat gambar buatan Genta yang tertempel dikertas diarynya, Delora mengusap foto berukuran kecil yang berisikan Delora dan keluarganya ketika dulu.

Delora mulai menulis kembali curahan hatinya selama ini.

Catatan hari ini, 12 April 2019 pukul 13:35

Hari ini Lora ga dimarahin sama Mama Shafira Bunda, Tapi dia kayaknya ga suka deh sama Lora Bun. Lora capek tau ga pernah dapet kasih sayang sama Mama Shafira Bunda , Lora juga ga pernah dapet senyuman tulus dari Mama, Kenapa Anel selalu dapetin apa aja yang dia mau ya Bunda? Kenapa Lora engga? Lora juga pengen dapetin itu semua, aku pengen kayak Anel Bun

Kapan Lora dapetin apa yang Lora mau? Kapan Bun , aku selalu berdoa ke Tuhan biar aku dapet nilai bagus terus gimana caranya biar Mama bangga sama Lora Bunda , biar Mama bangga punya Lora. Biar Mama tuh tahu kalo dengan adanya keberadaan Lora Mama pasti seneng dan bangga punya Lora

Lora kangen Bunda , kenapa Bunda pergi ninggalin Lora sama Genta

Delora menghapus air matanya yang membanjiri pipinya sendiri, Delora menutup buku diarynya dan menyimpannya di laci meja.

Delora segera membawa buku pelajarannya dan rebahan di karpet bulu yang tergelar di lantai kamarnya, dirinya mulai belajar demi mendapatkan nilai yang memuaskan untuk dirinya sendiri.

-o0o-

Selama dua minggu menghadapi Ulangan Akhir Semester, hari inilah di umumkannya nilai rapot di WILLIAMS HIGH SCHOOL. Delora dan Anelya duduk disamping Shafira, ia sedari tadi berdoa kepada Tuhan agar do’a yang dirinya panjatkan selama ini dikabulkan oleh-Nya. Wali kelasnya sudah siap untuk mengumumkan peringkat tertinggi di kelas.

“Oke, ibu akan mengumumkan peringkat di kelas ini” ucap bu guru di depan, hatinya berdebar kencang tidak karuan menantikan ucapan Bu guru.

“Peringkat ke tiga di raih oleh ” Bu guru menggantungkan ucapannya.

“Anelya Tifani!” seru bu guru dan disusuli tepuk tangan dari wali murid lainnya.

“Maaf Ma..” ucap pelan Anelya, Shafira menatap Anelya.

“Gapapa sayang” ucap Shafira mengusap punggung Anelya.

“Peringkat ke dua di raih oleh Raffael Adnanta Putra!” seru Bu guru di susuli tepuk tangan juga. Delora terus berdoa berharap namanya terpanggil.

Aku kapan, batinnya overthinking.

“Dan yang kita tunggu-tunggu” ucap bu guru tersenyum senang, ia menatap bu guru lekat.

“Peringkat pertama diraih oleh Delora Naditya Wijaya!” ujar Bu guru tersenyum bahagia menatapnya.

Delora tersenyum Bahagia sekaligus terharu mendengar namanya terpanggil, usahanya sekarang tak sia-sia.

“Lora kamu peringkat satu sayang.” Mama segera menarik tubuh Delora ke dalam pelukannya, ia terharu ketika Mama memeluknya erat. Delora menahan air mata agar tidak jatuh, dirinya merasakan Shafira mencium pipinya singkat.

Delora sangat bahagia sekarang, bisa merasakan kasih sayang sebenarnya dari Mama.

Kini Lora merasakannya Tuhan, batinnya.

“Mama bangga sama kamu Lora, maafkan Mama ya nak? Mama selalu nyakitin hati kamu.” Mama menatap tulus padanya, ia pun mengangguk semangat.

“Lora selalu memaafkan Mama kok.” ucapnya tersenyum.

“Mama ga akan ngelakuin kesalahan yang Mama buat selama ini ” ucap Mama menyesal.

Delora dan keluarganya berada dilapangan sekolah “Papa bangga punya kamu, kamu bisa bekerja keras apa yang kamu mau Lora, kamu udah bekerja keras Lora” kata Papa mengelus kepalanya. Papa memeluknya dan disusuli Mama, Genta dan Anelya.

Kini ia tau jika ingin mendapatkan sesuatu, ia harus berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkannya. Dirinya sekarang bisa merasakan kasih sayang sebenarnya, ia bisa merasakan pelukan dari orang tuanya, dan merasakan apa yang ia inginkan selama ini. Akhirnya Delora bisa merasakan semuanya. Terima kasih Tuhan .

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image