Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Indar Cahyanto

Bahagia dalam Hidup

Agama | Friday, 24 Jun 2022, 08:43 WIB

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas karunia dan limpahan rahmat serta inayahNya kita dapat berkumpul melaksanakan kewajiban menjalankan ibadah sholat Jumat secara berjamaah. Sholawat serta salam kita sampaikan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW kepada keluarga dan sahabat nya hingga yaumil akhir nanti.

Kita sering dalam kehidupan dunia mendengar ungkapan atau kalimat “Jika Engkau Merasakan Bahagia, Aku pun turut merasakan rasa bahagia’. Atau ungkapan lain Aku senang melihat orang lain ikut merasakan kebahagian yang aku rasakan. Banyak ungkapan yang mengandung makna yang dalam dalam mensikapi setiap persoalan kehidupan. Persoalan kehidupan yang kita raih dan kita gapai dalam menggapai rasa kebahagian.

Dalam KBBI arti bahagia itu keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan. Bahagia merupakan suatu keadaan dimana manusia dalam berinteraksi social di masyarakat membebaskan diri dari sesuatu hal yang menyusahkan orang lain baik dalam kata dan perbuatan. Tidak adanya tekanan secara lahir dan batin yang menimbulkan rasa prasangka buruk kepada orang lain.

Rasa bahagia itu merupakan refleksi hidup yang dimiliki oleh manusia dalam menjalankan dinamika dan persoalan kehiduapan. Rasa bahagia didapat bukan dengan cara paksaan, tekanan, atau pun cara yang menyinggung perasaan. Ketika kita berteman hal-hal yang positif harus dibangun dengan cara makan bersama, ibadah bersama, jalan bersama. Menjauhkan sikap prasangka buruk dan memandang rendah orang lain. Sehingga kita selalu merasa bersyukur bahwa disetiap langkah pertemanan akan membawa pengaruh kepada rasa yang baik dalam membangun sikap rasa dekat beribadah kepada Allah SWT.

Definisi bahagia, dalam tradisi ilmu tasawuf, seperti yang disampaikan Imam al-Ghazali, dalam karyanya yang monumental Ihya Ulumiddin, merupakan sebuah kondisi spiritual, saat manusia berada dalam satu puncak ketakwaan. Bahagia merupakan kenikmatan dari Allah SWT. Kebahagiaan itu adalah manifestasi berharga dari mengingat Allah. Kebahagiaan adalah kedamaian dan keamanan serta ketenangan hati atau tuma’ninah. Kebahagiaan bisa mengakibatkan seseorang mengenal Allah Swt. dan memunculkan keimanan, juga sebagai pengenalan tentang Allah Swt. sebagaimana Dia menggambarkan diri-Nya dalam wahyu.

https://bincangsyariah.com/khazanah/mencari-arti-bahagia-dalam-al-quran/

Sebuah syair dalam bahasa Arab menyebutkan, “Wa-lastu araa as-sa’adata jam’u maalin wa-laakin at-tuqaa lahiya as-sa’iidu.” Artinya, kebahagiaan bukanlah mengumpulkan harta benda, tetapi takwa kepada Allah.

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan dengan sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi penduduknya mengingkari nikmat-nikmat Allah. Allah memberikan kepada mereka pakaian, kelaparan, dan ketakutan disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (QS an-Nahl [16]: 112).

Membangun rasa bahagia adalah sikap diri dari kita makhluk ciptaan Tuhan untuk selalu menjaga keseimbangan hidup dalam mengejar ketaqwaan. Orang-orang taqwa yang selalu menghadirkan Allah dalam setiap jengkal kehidupannya, Menghadirkan Allah dengan cara membangun rasa kenyaman yang tertanam dalam diri tapi bukan membangun kenyamanan untuk mempertahankan egoism diri. Membangun rasa kenyamanan jika orang disekitar kita tentram dan tak terganggu pola tingkah laku dan serta kata kita.

Program The Happiness Project ini mempercayai bahwa kebahagiaan itu memiliki rumus. Ada lima elemen kebahagiaan yang sudah dibuktikan melalui beragam riset. Kelima hal ini mendorong seorang anak untuk bisa unggul bukan dari segi kognitif saja, tapi lebih tangguh menghadapi hidup. Pertama Berteman: Memiliki relasi baik dengan orang lain, alam, lingkungan, bahkan hewan peliharaan. Ketika ada relasi yang baik maka ada perasaan tenang, utuh, bernilai. Itulah yang membawa peran positif untuk meningkatkan kebahagiaan diri. Kedua Bergerak: Kamu akan merasa lebih bahagia ketika badan ikut bergerak, seperti olahraga, berlari, menari, berjalan, dan sebagainya. Ketiga Bersyukur: Poin penting untuk bisa memahami bahwa kaya, sukses, bergelimangan harta bukanlah jaminan bisa hidup bahagia kalau tidak bisa bersyukur. Keempat Berbuat baik: Selain materi, apa yang kita beri kepada orang lain itu bisa membuat kita ikut merasa bahagia. Contohnya menyapa, bercanda, tertawa. Berbuat baik gak hanya untuk orang lain, melainkan diri sendiri. Kelima Berkreasi: Ketika bisa mempelajari hal baru atau berinteraksi dengan orang lain untuk berbagi hasilnya, hal ini pun bisa membawa kebahagiaan.

https://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/the-happiness-ajak-masyarakat-mengenal-arti-bahagia

Dalam al-Qur’an, kata bahagia merupakan terjemahan dari kata sa’id, sementara kata sengsara yang merupakan lawan kata dari bahagia adalah terjemahan dari Saqiy. Selain kata Sa’id, kata Falah, najat, dan najah juga digunakan al-Qur’an dalam makna bahagia. Menurut alQur’an, paling tidak ada enam cara untuk memperoleh kebahagiaan hidup yaitu: Pertama, menanamkan keyakinan bahwa dibalik kesulitan pasti ada kemudahan. Kedua, bersyukur atas nikmat yang diberikan, ridha, sabar, dan tawakkal atas segala musibah. Ketiga, memaafkan orang lain jika melakukan kesalahan. Keempat, menjahui buruk sangka. Kelima, menjauhi kebiasaan marah-marah ketika menghadapi atau tertimpa sesuatu. Keenam, mengurangi keinginan yang bersifat duniawi dengan zuhud dan qona’ah. https://core.ac.uk/download/pdf/266978934.pdf

Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membahagiakan saudara sesama muslim, mengangkat kesusahannya, membayarkan utangnya, atau menghilangkan rasa laparnya. Kebahagiaan tidak akan pernah mendatangi mereka yang tidak bisa menghargai apa yang sudah mereka miliki. Ucapkanlah syukur Alhamdulillah setiap saat.

Intisasri Khutbah Jumat Tanggal 24 Juni 2022 di Masjid Ulil Albab SMAN 25 JAKARTA

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image