Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mafaza Ahsanutaqwim

Maulid Nabi dalam Perspektif Ahlussunnah Wal Jamaah

Agama | Tuesday, 19 Oct 2021, 12:52 WIB
Rumman Amin (unsplash.com)" />
diambil dari Rumman Amin (unsplash.com)

Sebelum membahas mengenai maulid Nabi, perlu kita ketahui terlebih dahulu penjelasan dari Ahlussunnah Wal Jamaah. Ahlus Sunnah Wal Jamaah merupakan satu kesatuan pengertian yang terdiri dari kata Ahl, Al Sunnah, Al Jamaah. Ahlu yang bermakna golongan, As Sunnah dalam konteks ini mempunyai makna yaitu semua perkataan, perbuatan dan pengakuan dari Nabi Muhammad Saw yang bersumber dari Al Qur’an dan Hadits. Al Jamaah merupakan kaum muslimin yang mengikuti jejak kebaikan Nabi dan para sahabat yang mereka bersepakat berdasarkan Al Qur’an dan Hadits. Maka dari itu dapat kita simpulkan bahwa Ahlus Sunnah Wal Jamaah merupakan golongan umat muslim yang mengikuti dan mengamalkan sunnah Nabi Muhammad Saw dan juga para sahabatnya.

Dalam perkara Sya’riyah atau Fiqih, Ahlus Sunnah Wal Jamaah mempunyai empat sumber yang dijadikan sebagai pegangan atau pedoman untuk hal-hal yang berkaitan dengan Fiqih yaitu ada Al Qur’an, Hadits atau Sunnah Nabi, Ijma’ (kesepakatan ulama), dan Qiyas.

Al Qur’an merupakan sumber utama yang dijadikan pedoman oleh Aswaja, akan tetapi mereka tidak melupakan Sunnah Nabi, Ijma’, dan Qiyas untuk dijadikan pegangan dalam mengatasi setiap masalah kehidupan, dan inilah yang menjadikan golongan Aswaja tidak serampangan memberikan hukum terhadap amalan yang mungkin secara tersurat tidak ada dalam Al Qur’an dan Hadits, tetapi ternyata jika dilihat dari Ijma’ para ulama masih dapat di Qiyas kan dengan amalan yang dilakukan Nabi dahulu.

Maka secara jelas Aswaja memandang bahwa peringatan Maulid Nabi bukan merupakan bid’ah dhalalah (mengada-ada keburukan). Bahkan dalam perspektif Aswaja ada dalil-dalil yang menguatkan bahwa memperingati Maulid Nabi merupakan sebuah kebaikan.

Maulid Nabi merupakan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad Saw yang jatuh pada 12 Rabiul Awal tahun Hijriyah. Perayaan maulid ini merupakan sebuah tradisi yang memang belum ada ketika Nabi masih hidup bahkan baru berkembang jauh setelah Nabi wafat. Tetapi secara substansi perayaan ini merupakan peringatan hari kegembiraan atas lahirnya Nabi Muhammad Saw. Kegiatan Maulid Nabi biasanya diisi dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an, Tahlilan, Doa bersama, dan Ceramah tentang hal-hal yang berkaitan dengan Nabi Muhammad Saw. Banyak manfaat yang bisa diambil dengan adanya kegiatan Maulid Nabi ini, salah satunya yaitu kegiatan ini menjadikan masyarakat menjadi lebih mengenal Rasulullah Saw, dan mengingatkan kembali pada masanya Nabi Muhammad Saw telah berjuang dengan keras, bukan untuk dirinya sendiri akan tetapi justru untuk kebaikan umatnya atau generasi-generasi berikutnya agar selamat dunia akhirat.

Seperti sahabat Nabi, Sa’d bin Abi Waqash RA pernah berkata, “Kami selalu mengingatkan anakanak tentang peperangan yang dilakukan Rasulullah SAW, sebagaimana menuntun menghafal satu surat dalam Al-Qur’an.” Ungkapan ini menjelaskan bahwa para sahabat sering menceritakan apa yang terjadi dalam perang Badar, Uhud dan lainnya, termasuk peristiwa saat perang Khandaq dan Bai’atur Ridhwan.

Maka sebetulnya ada dalil-dalil yang menguatkan amalan Maulid Nabi ini yaitu sebagai berikut

Pertama, kita dianjurkan untuk bergembira atas rahmat dan karunia Allah SWT sebagaimana firman QS Yunus : 58 “Katakanlah : dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang kumpulkan”. Kelahiran Nabi Muhammad Saw merupakan rahmat yang luar biasa untuk seluruh makhluk yang ada di bumi bukan hanya untuk kaum muslim saja, karena Nabi selalu menebar kebaikan kepada setiap makhluk.

Kedua, Rasulullah juga mensyukuri kelahirannya seperti yang tertera dalam hadits berikut ini “Dari Abi Qotadah al-Anshari RA sesungguhnya Rasulullah Saw pernah ditanya mengenai puasa hari senin. Rasulullah Saw menjawab: Pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku". (H.R. Muslim, Abud Dawud, Tirmidzi, Nasa'I,Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Ibnu Abi Syaibah dan Baghawi).

Kegita, dalam Al Qur’an juga disebutkan doa kesejahteraan atas lahirnya para nabi, seperti kata Nabi Isa As dalam surat Maryam ayat 33 “kesejahteraan atasku pada hari kelahirannku”. Maka dari itu Rasulullah juga lebih berhak mendapatkan doa kesejahteraan pada hari kelahirannya.

Keempat, Allah SWT juga menyebutkan kisah-kisah para anbiya dalam Al-Qur’an seperti kisah kelahiran Nabi Yahya, Siti Maryam dan Nabi Musa AS. Allah menyebutkan kisah-kisah kelahiran para Nabi tersebut tidak lain adalah untuk menjadi peneguh hati Rasulullah Saw, sebagaimana firman Allah surat Hud ayat 120 “Dan semua kisah dari rasul-rasul ceritakan kepadamu, lah kisah-kisah yang dengannya teguhkan hatimu”.

Maka kesimpulannya bahwa peringatan Maulid Nabi bukan merupakan sebuah bentuk ibadah taufiqiyah atau ibadah yang tata cara pelaksanaannya hanya dibolehkan mengikuti yang dicontohkan oleh Nabi, akan tetapi Maulid Nabi merupakan salah satu cara untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT karena di dalamnya terdapat amalan-amalan yang tidak melenceng dari yang di sunnahkan oleh Nabi Muhammad Saw.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image