Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Didi Rosadi

THOMAS DAN UBER CUP ; TEMPAT BERTEMPURNYA PEJUANG TANPA PELURU

Guru Menulis | Monday, 18 Oct 2021, 07:10 WIB
Para pemain Thomas Cup mengangkat piala, setelah mengalahkan Cina tiga set langsung

Piala Thomas dan Uber merupakan tempat bertandingnya para gladiator cabang olah raga badminton yang diselenggarakan oleh Federasi Badminton Dunia (BWF) setiap dua tahun, yang awalnya diadakan setiap tiga tahun sekali. Thomas dan Uber Cup di tahun 2020 gagal dilaksanakan akibat pandemik covid-19 yang melanda seluruh negara. BWF melaksanakan pertandingan di bulan Oktober 2021 di Aarhus Denmark. Pertandingan diikuti oleh pemain-permain kelas dunia yang selalu mendominasi turnamen-turnamen bergengsi. Keikutsertaan pemain mengatasnamakan negara, dengan sistem beregu lima partai pertandingan, dan Indonesia masuk kontestan.

Peserta enam belas negara berlaga untuk menjadi yang terbaik dan layak mengibarkan bendera negara pemenang, dengan tetap menjungjung tinggi sportifitas. Olah raga yang dipertandingkan dengan mengatasnamakan negara bukan hanya sekedar pertandingan teknik dan strategi, akan tetapi sarat makna yang tidak terlihat kasat mata, dengan tidak mengukur materi semata. Olah raga yang mengatasnamakan negara akan melibatkan emosional yang tinggi baik untuk pelaku maupun pendukung. Dalam pertandingan olah raga mengaktifkan ide dan ingatan tentang siapa kita sebagai warga negara.

Di negara-negara yang sudah merdeka perjuangan tidak lagi dengan mengangkat senjata, membunuh dan meluluh lantakan peradaban manusia, akan tetapi dilakukan dengan berkarya nyata dengan menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dan satu diantaranya dengan prestasi olah raga.

Para pemain Thomas dan Uber Cup seperti para pejuang perang yang mengangkat bambu runcing atau senjata modern, menusuk dan menikam musuh untuk tampil sebagai pemenang. Para pemain tidak lagi berbicara “aku” sebagai individu akan tetapi sebagai “kita” warga negara. Seorang pemenang akan berdiri tegak menyanyikan lagu kebangsaan dan melihat bendera kebanggaan, larut di situasi kebatinan yang dalam merasakan kebanggaan sebagai salah satu bagian dalam negara.

Olah raga memang mendapatkan tempat istimewa di hati masyarakat, menyikapi Thomas dan Uber Cup yang baru saja selesai ada berbagai pesan yang bisa kita maknai, bukan hanya ritual dua tahunan yang setelah selesai hilang tak berbekas. Akan tetapi ada pesan terdalam yang bisa tersampaikan, diantaranya nasionalisme, identitas kebangsaan, pencitraan negara, dan materi.

Nasionalisme. Dalam setiap pertandingan dengan mengatasnamakan negara akan dimulai oleh lagu-lagu kebangsaan atau minimal memakai atribut negara, semua pemain akan berdiri tegak menyanyikan lagu kebangsaannya, yang terkadang sampai membuat mata berkaca-kaca. Peristiwa ini menjadi point penting penanam rasa nasionalisme sebagai pertanggung jawaban moral bahwa dipundak pemain ada nama negara. Kecintaan terhadap negara akan tertanam kuat dan menjadi spirit terdalam dalam membaktikan dirinya untuk negeri.

Identitas kebangsaan. Salah satu identitas suatu bangsa yaitu bahasa, dalam hal ini bahasa pahami sebagai sistem perlambang yang dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia sekaligus mewakili jati diri, ciri khas serta karakteristik antara satu bangsa dengan bangsa yang lain. Point ke kedua dari Thomas dan Uber Cup secara tegas para pemain akan menyanyikan lagu kebangsaan Pemain disatukan dalam identitas bahasa sama, karena banyak perbedaan-perbedaan bahasa yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Menurut Voessler, rasa kebangsaan (nasionality) itu tergantung sekali oleh bahasa nasional, karena bahasa nasional itu merupakan elemen yang membentuk rasa kebangsaan suatu bangsa. Bahasa Indonesia telah menjadi lem perekat berbagai suku bangsa yang memiliki bahasa berbeda. Selain itu, ketika pemenang menyanyikan lagu kebangsaan di ikuti oleh kibaran bendera merah pituh, yang mengingatkan kita akan tanah air.

Citra negara. Di tengah pandemic covid-19 yang berdampak kepada kesehatan, perekonomian, pendidikan bahkan ke kehidupan sosial masyarakat. Di carut marutnya penanganan covid-19 kita masih bisa menyaksikan prestasi terbaik putra bangsa para pemain Thomas Cup di tahun 2021, hal ini akan memberikan citra baik buat nama Indonesia di dunia internasional.

Materi. Pemain Thomas dan Uber Cup dengan membawa nama negara, tentu akan diberikan imbalan terbaik buat para pemain. Lihat saja para atlit ajang multi event olahraga Paralimpiade Tokyo 2020 mendapatkan bonus sebesera 5.5 Miliar untuk peraih medali emas dan 2.5 Miliar untuk peraih medali perak serta 1.5 untuk medali perunggu. Penulis tidak akan berspekulasi berapa bonus yang akan diberikan presiden untuk para pemain Thomas dan Uber Cup, kita tunggu saja. Selamat kepada para pemain, Jonatan Christie yang sudah memberikan yang terbaik buat Indonesia, kalianlah para pejuang tanpa peluru kebanggaan bangsa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image