Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Widiarini

Efektivitas Pembelajaran Daring Kala Pandemi

Guru Menulis | Sunday, 10 Oct 2021, 23:21 WIB

Telah diketahui bersama bahwa selama kurang lebih dua puluh bulan kita mengalami peristiwa global yakni, virus corona atau disebut covid-19. Bangsa Indonesia dan negara di berbagai belahan dunia tengah sibuk bagaimana menghadapi kondisi diluar kendali ini. Seketika dampak segera terasa kala hampir semua orang harus berada di rumah, dan menahan diri untuk tidak keluar rumah. Hal inipun memberikan dampak di hampir semua sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Pun harus terjadi pada lini pendidikan kita.

Ketidakbiasaan bermula dari covid ini. Pembelajaran dan kegiatan belajar mengajar harus segera diubah dari yang biasanya dilakukan secara langsung tatap muka di sekolah/madrasah, kini harus dilakukan secara DARING (Dalam Jaringan). Pembelajaran Daring ini mengharuskan stakeholders memiliki dan sekaligus memanfaatkan teknologi masa kini dengan menggunakan media handphone dan laptop. Aktivitas pembelajaran dengan sistem seperti ini merupakan hal baru bagi bangsa Indonesia untuk semua jenjang pendidikan dari tingkat PAUD/TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK hingga pada level Perguruan Tinggi.

Sesungguhnya pada tingkat pendidikan di level menengah atas SMA/MA/SMK, terutama para pelajar di usia ini, menurut pakar psikologi, anak sudah diperbolehkan mempunyai handphone sendiri. Salah satu alasannya adalah karena mereka sudah memiliki pengetahuan tentang baik dan buruk atau dalam terminologi agama, anak di usia ini dapat dikatakan sudah baligh. Selama ini kegiatan belajar di sekolah/madrasah kebanyakan belum bahkan tidak memperbolehkan para siswa membawa handphone ke sekolah. Namun kondisi saat ini benar-benar mengharuskan para siswa untuk mendapat bimbingan dari guru melalui fasilitas handphone disebabkan tidak boleh ada pertemuan langsung di kelas. Sehingga di masa pandemi ini mereka harus menggunakan handphone sebagai media untuk dapat mengikuti pembelajaran secara daring.

Pembelajaran Daring ini mengharuskan para siswa dapat belajar secara mandiri dengan memanfaatkan media pembelajaran yang diberikan guru melalui berbagai media dalam bentuk word, powerpoint, video pembelajaran dan media lainnya. Begitupun tugas yang harus disampaikan melalui cara yang sama. Hal ini mengharuskan para siswa dapat belajar dalam kondisi tiba-tiba mengalami keterbatasan dalam berkomunikasi dengan gurunya. Sehingga biasanya anak cenderung bertanya kepada orang tua mereka di rumah. Ternyata hal ini memberikan permasalahan tersendiri. Karena tidak semua orang tua dapat melakukan bimbingan terhadap anaknya. Apalagi jika kondisi orang tua sangat terbatas terutama dalam perekonomiannya.

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa proses kegiatan belajar mengajar melalui Daring dalam waktu satu semester berjalan, telah memicu berbagai macam keluhan dari banyak kalangan. Para siswa, para orangtua juga para guru mengalami banyak keluhan berupa kendala dan hambatan yang tidak sedikit.

Dalam penelitian terhadap para siswa SMA pada mata pelajaran Matematika di Yogyakarta bahwa pembelajaran Daring selama pandemi covid-19 masih memiliki banyak kekurangan yaitu, motivasi belajar kurang dan hasil belajar matematika siswa menurun. Hal ini terjadi hampir di seluruh wilayah, alasannya dikarenakan para siswa mengalami fase jenuh dengan model Daring, penugasan dikirim melalui Whatshapp atau aplikasi Google Classroom atau E-learning. Kesemua bentuk aplikasi itu bukan membuat semakin ingin belajar, malahan sebaliknya membuat sedikit belajar. Porsi lain cenderung digunakan untuk main game, lihat film atau tontonan yang menghibur. Pada awalnya rajin mengisi absensi, semakin lama, tertunda nanti-nanti absen juga kirim tugasnya.

Di sisi lain, para orangtua merasa bingung, di satu sisi harus mencari nafkah untuk kebutuhan keluarga, di sisi lain harus membimbing/menemani anak dalam belajarnya. Saat pemberlakuan lockdown di daerah, perekonomian keluarga jatuh. Hingga kurang memberikan perhatian saat anak belajar. Sebagian kalangan orangtua yang notabene kurang atau katakanlah kehidupannya masih menengah ke bawah, mengalami masalah alat yang digunakan untuk belajar sang anak yaitu handphone yang harus android. Ditambah lagi jika dalam satu keluarga mempunyai lebih dari satu anak usia belajar dan semua membutuhkan handphone pada saat yang sama. Hal ini tentu tidak akan menjadi masalah bagi kalangan menengah ke atas karena sudah terbiasa menggunakan alat ini.

Dalam pembelajaran Daring, semua guru dituntut harus bisa menggunakan berbagai media untuk menunjang kegiatan belajar mengajara. Para guru muda, milenial yang melek teknologi mungkin tak memiliki kendala. Tetapi menjadi tantangan tersendiri untuk para guru senior yang mendekati masa pensiun, kadang hanya mengandalkan komunikasi satu jalur Whatshapp saja. Yang terpenting bagi mereka adalah tersampaikannya kompetensi belajar yang harus dimiliki siswa. Penugasan yang diberikan kepada siswa lebih sering tidak dapat langsung dikoreksi. Banyak siswa yang mengirim tugas secara rapel sebelum akhir semester, bahkan ada pula yang hanya memiliki nilai Penilaian Tengah Semester dan Penilaian Akhir Semester saja. Hal ini tentunya membuat kebingungan para guru dalam proses penilaian. Tetapi akhirnya harus menaikkan semua para siswa betapapun hasilnya belum maksimal. Kondisi ini berakibat pada hasil pendidikan secara umum tidak mencapai harapan seperti saat kondisi normal.

Hal positif kondisi kala pandemi yang secara nyata memberikan dampak kemajuan para siswa adalah mereka menjadi lebih mengetahui berbagai macam aplikasi teknologi terkini. Mereka juga semakin gesit dalam mengerti operasional teknologi. Tidak jarang banyak orangtua yang malah diajari oleh anaknya tentang penggunaan handphone. Namun, bagaimanapun juga masa remaja mereka harus tetap dalam bimbingan dan pengawasan dari para orang tua. Orang tua tetap harus mewanti-wanti sang anak untuk lebih memilih konten-konten yang positif dan berguna bagi dirinya dan oranglain. Bahkan terjadi fenomena bahwa para siswa belajar berjualan online. Kata mereka, kegiatan ini sangat membantu untuk membeli paket data atau kuota. Jika lebih bisa untuk membantu orangtua dan menabung untuk masa depan.

Ada banyak hikmah dibalik kondisi pandemi yang kita alami ini, terutama bagi sebagian besar keluarga inti, yang terdiri dari Ayah, Ibu dan anak-anak. Pada kondisi normal sebelumnya, para anggota keluarga melakukan aktivitas atau kesibukannya masing-masing. Hingga mungkin komunikasi antara mereka menjadi jarang terjalin. Namun pada kondisi pandemi ini, seakan sang Pencipta menegur para orang tua untuk mengedepankan kepentingan keluarga terutama anak-anaknya. Hubungan orang tua dengan anak menjadi dekat bahkan sangat dekat. Kasih sayang orang tua dapat secara langsung dirasakan oleh sang anak. Sebagian orangtua mengharuskan diri bekerja dari rumah atau WFH (Work from Home).Di samping itu, sang anakpun harus melakukan belajar dari rumah. Dengan demikian semakin dekatlah komunikasi orang tua dengan anaknya. Dan anakpunmerasa diperhatikan oleh orang tua, baik dalam hal makanan, kesehatan, belajar, juga ibadah dilakukan bersama orang tua dan keluarga. Disinilah peran utama orang tua benar-benar terealisasikan. Menjadikan dirinya sebagai orang tua sekaligus guru bagi anak-anaknya. Belajar lebih bersabar, karena harus menjadi tempat utama pelayanan terhadap pertanyaan-pertanyaan seputar pelajaran anak-anaknya. Kondisi ini membuat para orang tua bisa lebih merasakan bagaimana perjuangan seorang guru memberikan pemahaman pelajaran ke setiap anak didiknya. Betapa jauh dari kata mudah.

Bagi para guru, kondisi pandemi ini banyak memberikan inspirasi usaha. Usaha yang dimaksud dalam konteks peningkatan sumber daya dirinya sebagai pembelajar, apalagi di era 4.0 ini. Tidak ada kosakata tidak bisa. Semua yang ada di depan mata harus bisa ditaklukkan, harus bisa dientaskan. Langkah strategisnya adalah mau belajar hal-hal baru. Karena para siswa di era ini, bisa jadi mereka sudah dapat mengoperasikan teknologi sendiri tanpa bantuan guru. Namun terpenting bagi guru adalah bagaimana tetap bisa memompa semangat belajar para siswa sembari terus mempelajari cara-cara jitu agar pembelajaran yang ia lakukan menjadi lebih menarik. Tantang diri sendiri untuk serba bisa. Tidak usah menunggu instruksi Kepala atau Pengawas sekolah/madrasah. Para guru dituntut lebih proaktif, kreatif mencari cara terbaik memberdayakan dirinya untuk pendidikan yang lebih baik. Yakinkan diri untuk terus maju. Maju dalam hal ilmu, iman dan ketakwaan juga dalam suri tauladan. Berikan inspirasi sekaligus motivasi kepada para siswa untuk tidak terlena mager di rumah saja. Tetapi justru gunakan kesempatan mager di rumah dengan bisa menghasilkan atau produktif. Jika mampu gurupun harus berani memberikan contoh real, misalnya membuat buku tentang pembelajaran atau motivasi belajar anak.

Banyak peristiwa yang telah kita lalui bersama merasakan, bahkan banyak yang menderita corona covid-19 hingga berjatuhan nyawa masyarakat Indonesia. Dari berbagai sektor kehidupan yang terpuruk juga berimbas pada pelaksanaan pembelajaran Daring yang serba terbatas memberikan nilai unggul pada kita, masyarakat dan pemerintah Indonesia. Semakin memiliki kesadaran akan budaya bersih, budaya hidup sehat, budaya berhemat, mengubah keadaan terpuruk menjadi peluang usaha baru serta mentalitas positif.

Masih banyak pekerjaan rumah bagi kita untuk turut andil dalam memajukan dunia pendidikan Indonesia. Dengan dibukanya PTM (Pembelajaran Tatap Muka) memberikan angin segar bagi dunia pendidikan dengan tetap menjalankan protokol kesehatan secara ketat, kita semua harus optimis. Semoga krisis pandemi ini dapat segera berlalu dan kita bukan sekedar menjadi LC alias Lulusan Covid tetapi menjadi pemenang di hati anak-anak kita dan para siswa Indonesia, Sang Pewaris masa depan bangsa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image