Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rurin Elfi Farida, SH.I., M.Pd.I., M.Pd

GURU MILENIAL KAWAL GENERASI ANDAL

Guru Menulis | Sunday, 10 Oct 2021, 23:17 WIB

GURU MILENIAL KAWAL GENERASI HANDAL

Dinamisasi kemajuan teknologi informasi berimbas pada transformasi digital. Lompatan perubahan terjadi secara frontal di luar ekspektasi kita. Generasi masa kini memasuki era millenial yang ditandai dengan perubahan tatanan yang meliputi hampir seluruh aspek kehidupan mulai dari teknologi, informasi, ekonomi hingga pendidikan. Transformasi di dunia pendidikan yang terjadi jauh melampaui perilaku dan budaya masyarakat sebelumnya. Akibatnya muncullah perbedaaan kehidupan yang sangat kontras dengan kondisi kehidupan pada masa sebelumnya sebagai konsekuensi logis dari era revolusi industri 4.0. Hal inilah yang menuntut seorang guru untuk dapat menyesuaikan diri agar beradapatasi dengan cepat dan tepat untuk menyelarasakan ritme kehidupan digital. Jika guru tak bisa beradaptasi, maka bisa dipastikan sang guru terjebak dalam stagnasi dan mengakibatkan ketidakseimbangan dalam proses pembelajaran di dunia pendidikan digital .

Dialektika modernitas menuntut adanya guru yang handal, ideal dan profesional. Tentu banyak hal yang harus dipersiapkan agar guru bisa menjadi pendidik yang adaptif, solutif dan ideal bagi generasi milenial yang hidup dalam kehidupan global yang serba instan dan dinamis. Filosofi Kuub al-Khaly atau gelas kosong adalah kondisi dimana seorang guru harus selalu siap menjadi pembelajar sepanjang zaman. Prinsip long life education bukan hanya slogan tapi harus diimplementasikan dalam kehidupan riil. Guru harus selalu haus ilmu dan bersemangat untuk terus belajar dan menambah ilmu pengetahuan. Toh, saat ini sangat mudah menyerap ilmu karena banyak sekali diklat- diklat atau webinar daring yang menyuguhkan berbagai keterampilan dan disiplin keilmuan yang variatif dan beragam. Tinggal bagaimana seorang guru menyerap semua ilmu tersebut dalam konteks kehidupan milenial. Jika seorang guru merasa bahwa ilmu yang dimilikinya sudah cukup memadai, justru di saat itulah pada hakikatnya dia harus belajar banyak.

Dalam kondisi pandemi yang tak juga usai, kehidupan pendidikan mau tak mau mengalami perubahan frontal. Gadget yang biasanya cenderung dihindari, hari ini menjadi kawan karib yang harus digeluti. Pembelajaran daring menjadi harga mati, terlebih di masa awal pandemi. Tentu, perubahan ini juga membawa signifikansi di banyak hal. Guru konvensional yang tak paham seluk beluk pembelajaran digital, mau tak mau harus mengikuti ritme kehidupan dunia pendidikan yang tak biasa agar proses pendidikan anak bangsa tak terkendala. Guru harus mempersiapkan banyak hal untuk meningkatkan kualitas personal yang handal. Diantara hal urgen yang harus dipersiapkan oleh guru di masa milenial terlebih di saat pandemi antara lain:

Pertama, Guru yang literat dan moderat serta tidak Gaptek (gagap teknologi). Era digital milenial menjadikan terjadinya pergeseran besar pada paradigma berpikir maupun pada pola kehidupan para pendidik dan bahkan peserta didik kita. Ibarat dua sisi mata uang, tentu saja perubahan tersebut mengandung sisi positif dan negatif. Sebagai pengawal generasi, guru seharusnya ada di garda terdepan dalam penguasaan teknologi dan informasi terbaru. Guru harus selalu update dan upgrade. Berbagai platform pembelajaran harus dikuasai secara maksimal agar bisa mengimbangi kehidupan generasi milenial yang sarat dengan kemajuan digital. Sangat memalukan jika masih ada guru yang tidak familiar dengan kehidupan digital. Kita tentu tak bisa menutup mata, bahwa para pembelajar hari ini adalah generasi digital yang sangat familiar dengan gadget, aplikasi dan berbagai kecanggihan yang lain. Tentu, sebagai guru yang profesional, kita harus bisa mengimbanginya dengan penguasaan teknologi. Dengan demikian, kita bisa mengontrol kehidupan digital mereka di dunia maya dengan mengembangkan dominasi parental engagement. Hubungan yang dibangun dengan memaksimalkan pengawasan orang tua di rumah, sehingga proses pembelajaran tetap aman terkendali.Tentunya hal ini sangat efektif dalam meminimalisir merasuknya pengaruh negatif dunia digital dalam kehidupan generasi milenial. Bagaimanapun, peran orangtua sangat dominan dalam menjadi pemicu kesuksesan putra-putrinya di era pembelajaran serba digital seperti sekarang ini.

Kedua, Pergeseran pola hubungan guru dan murid. Guru tidak lagi seperti masa lalu superior dengan pola instruktif. Pola relasi yang dibentuk dengan murid tidak lagi hubungan instruktif tapi lebih pada humanistik. Istilah kerennya guru gaul. Dalam terminologi Quantum Teaching adalah jargon Bawalah ke dunia mereka. Artinya kita harus melebur dalam hiruk pikuk dunia muda untuk memahami alur berpikir dan kecenderungan belajar. Dengan demikian, kita bisa menemukan formula yang tepat dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif. Guru masa kini, adalah mitra bagi murid. Hubungan yang ideal lebih pada kolaboratif dalam pembelajaran. Guru bukan lagi seseorang yang harus dikultuskan, tapi lebih familiar sebagai teman sharing. Pola kepercayaan (trust) menjadi sangat urgen agar tercipta hubungan interpersonal yang baik pada masing-masing peserta didik. Murid menjadikan guru orang tua di sekolah, yang sangat dipercaya dan bahkan bisa menjadi tempat sharing segala masalah dan kesulitan belajar. Guru ideal adalah guru yang tidak hanya bisa menjadi teman baik bagi para pembelajar namun juga sparring patner yang memotivasi mereka dalam iklim kemajuan yang dinamis dan terarah dalam prose pembelajaran.

Ketiga, guru yang update dan upgrade. Artinya guru harus membekali diri dengan berbagai macam teknik, metode dan model mengajar kontemporer. Media pembelajaran interaktif sangat diperlukan terutama dalam kondisi pembelajaran seperti sekarang ini. Pola pengajaran komunikatif sangat diperlukan. Tak lagi monoton dan hanya satu arah tapi adanya feedback yang baik dari para pembelajar terhadap segala hal yang dibeikan guru. Sudah bukan zamannya guru terjebak dalam stagnasi kehidupan konvensional atau euforia masa lalu.

Keempat, Guru harus kreatif dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan penuh makna (meaningful learning). Betapa waktu sangat berharga di kondisi sekarang. Pembukaan PTM terbatas menjadi angin segar bagi guru untuk mengisi hal-hal yang tidak bisa maksimal dilakukan saat pembelajaran daring. Pembentukan karakter, penguatan motivasi belajar dan memperbaiki kemmapuan dasar murid sangat diperlukan. Fenomena learning loss yang merupakan suatu kondisi menurunnya kemampuan dan ketrampilan siswa yang terjadi akibat dari pandemi berkepanjangan. Tentu hal tersebut tidak bisa kita diamkan begitu saja. Kita harus segera mengatasi Learning loss dengan program percepatan pemahaman materi pembelajaran agar tidak terjadi degradasi kualitas generasi.

Kelima, diharapkan guru bisa menjadi role model bagi peserta didik. Seseorang yang memberikan teladan dan perilaku yang bisa dicontoh oleh para pembelajar. Tentu guru harus mempunyai kelebihan dari para murid. Guru harus mampu menumbuhkan motivasi dan cita-cita yang tinggi. Guru adalah motivator utama dalam kesuksesan murid-muridnya. Guru milenial harus bisa mewujudkan 4 C yang meliputi Curiosity( rasa ingin tahu), Collaboration (kemmapuan bekerjasama), Critical Thingking ( berpikir kritis) dan Creativity (kreatif) pada diri generasi milenial. Untuk mencapai itu, seorang guru masa kini harus mempunyai formula 6 C yaitu :

1. Care

Guru harus mempunyai rasa peduli pada keberlangsungan belajar murid-muridnya. Memahami kondisi murid yang heterogen. Memperlakukan mereka dengan kesamaan di ranah keadilan. Memperlakukan mereka sesuai dengan modal belajar murid yang variatif dengan mempertimbangkan unsur-unsur lain yang signifikan.

2. Compasioner

Mendampingi dengan cinta. Teach with Love menjadi bara penyemangat bagi guru. Perbedaan yang sangat besar akan terjadi ketika guru mendampingi dengan rasa ikhlas dan penuh cinta terhadap mereka.

3. Courage

Berani melakukan hal yang berbeda. Kondisi pandemi mengharuskan guru menggali kreatifitas yang tentu tak bisa dipukul rata antar daerah satu dengan yang lain. Berbuatkah dengan sesuatu yang unik hingga membuat semua orang akan tertarik.

4. Communication

Guru harus bisa menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua, dengan sejawat guru yang yang paling urgen adalah dengan para peserta didik. Komunikasi yang terbangun dengan baik akan menambah kedekatan yang berimbas akan tercapainya tujuan pembelajaran.

5. Comitmen

Artinya ketika seseorang komitmen terhadap profesi keguruannya, dia akan menjadi malu jika tidak belajar secara terus menerus. Komitmen artinya bersungguh-sungguh dalam menjalani profesinya. Kualitas menjadi faktor teratas bagi mereka yang mempunyai komitmen tinggi.

6. Competen

Harus mempunyai kompetensi yang layak sebagai konsekuensi logis profesi guru. Banyak pendidik yang pada faktanya tidak mempunyai kompetensi yang bagus. Kompetensi yang dimaksud tentu kemampuan di segala bidang yang akan menjadi daya dukung bagi keberlangsungan prose belajar mengajar.

Demikian, semoga guru milenial bisa menjadi pengawal generasi emas yang merupakan calon-calon pemimpin handal dari negeri Indonesia ini. Guru harus bertekad untuk melakukan terobosan dengan mulai dari sekarang, mulai dari hal yang kecil dan mulai dari diri sendiri. Insyaallah, dengan demikian akan muncul guru-guru berprestasi yang membumi.

Tentang Penulis

Bernama lengkap Rurin Elfi Farida, ibu guru ini lahir di kota Blitar, Jawa Timur 10 Mei 1978. Alumni Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2002), Magister Pendidikan Islam Universitas Sunan Giri Surabaya (2010) dan Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulanan Malik Ibrahim Malang (2019).

Penulis bisa dihubungi di nomor WA 085233775929

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image